Umat Kristen Ortodoks di Mojokerto Rayakan Natal 7 Januari dengan Khusyuk

Minggu 07-01-2024,10:47 WIB
Reporter : Fio Atmaja
Editor : Syahrul



Mojokerto, mojokerto.disway.id  - Umat Kristen Ortodoks di Mojokerto merayakan hari raya Natal dengan berbeda dari umat Kristen pada umumnya. Mereka merayakan malam Natal dengan sembahyang setiap tanggal 6 Januari malam dan puncaknya setiap tanggal 7 Januari.

Meski eksistensi Kristen Ortodoks diterima dan diakui pemerintah Indonesia, namun nyatanya jumlah umat Kristen Ortodoks sangatlah sedikit. Di Indonesia sendiri jumlahnya hanya sekitar 4.000 orang, sementara di Kapel Demetrios Mojokerto sendiri hanya sekitar 30 orang.

Perayaan Natal umat Ortodoks Mojokerto terlihat dalam misa yang mereka jalankan di Kapel Demitrios beralamat di Jalan Jayawardana, Gatol Gang V, Desa Banjaragung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto pada, Sabtu (6/1/2024) kemarin.
Umat Kristen Ortodoks di Mojokerto Rayakan Natal dengan khusyuk. (Foto : istimewa)--

Perayaannya pun cukup berbeda dengan Natal pada umumnya. Tak ada keramaian, tak ada pesta. Yang ada kesunyian dan ritual berdoa dengan khusyuk. Ibadah natal di Kapel Demitrios berlangsung dengan penuh khidmat. Romo Yohanes Bambang Cahyo Wicaksono memimpin proses Liturgi (ritual).

Romo Yohanes membuka Liturgi dengan Kyros atau pembukaan gerbang kudus dan mempersiapkan sakramen perjamuan kudus. Setelah itu, ia mengangkat Injil dan membacakan Litani Panjang, dilanjutkan dengan arak-arakan Injil dan pembacaan Epistel dan Injil. Kemudian ia melakukan Homili atau pesan tersirat dari bacaan injil.

Romo Yohanes mengatakan, Natal umat Kristen Ortodoks menggunakan sistem penanggalan yang berbeda. Jika kebanyakan umat Nasrani menggunakan kalender Gregorian, umat Kristen Ortodoks mendasarkan perhitungan hari pada sistem penanggalan kalender Julian.

"Kelahiran kristus itu memang 25 Desember. Lah karena ada gereja menggunakan kalender lama, ada perbedaan antara kalender Julius dan Gregorius. Ada perbedaan 13 hari. Kalau gregorius tanggal 25 Desember, Julius 7 Januari. Di dalam Natal bukan hura-hura tapi memang isinya mengandung sarat teologis sekali," bebernya.

Romo Yohanes menjelaskan, Natal menuju pada perdamaian, membawa suatu pesatuan antara manusia dan alam. Natal tidak bisa dilihat hanya sekadar perayaan. Sebab, perayaan Natal membawa pesan dan kesan tersendiri. Yakni pesan kedamaian dan kesan keharmonisan.
Umat Kristen Ortodoks di Mojokerto Rayakan Natal dengan khusyuk. (Foto : istimewa)--

"Karena kedatangan sang sabda menjadi manusia tak lain dan tak bukan untuk mengembalikan jati diri manusia sebagai gambar dan rupa Allah yang mempunyai sifat heterogen dan bhineka. Perbedaan bukanlah satu hal yang untuk saling diperbenturkan satu sama lain. Namun, justru bagaimana bisa saling membangun," terangnya.

Selain itu, ia juga menyerukan perdamaian di antara umat manusia. Menurutnya, sudah seharusnya manusia hidup harmonis dan berdampingan satu sama lain. Dengan begitu, mereka bisa saling bermanfaat. Sebaliknya, kata dia, perbedaan jangan sampai membuat umat manusia terpecah. Meski berlabel minoritas, mereka tetap bisa hidup berdampingan dan menunjukkan kekeluargaan.

Sehingga dalam peringatan Natal tersebut, Kapel Demetrios, Mojokerto juga mengundang Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia (PCTAI). Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PCTAI Kota Mojokerto Wisnu Wijaya bersama Dewan Pendiri PCTAI Wisnu hadir langsung.

"PCTAI ini anggotanya lintas agama, lintas keyakinan, lintas budaya, lintas sektoral tapi tujuannya bukan agama. Tapi membawa misi kebangsaan untuk mempersatukan anak bangsa yang ada, menjaga keutuhan NKRI. Visi dan misi lebih luas lagi yakni menjadikan Indonesia perdamaian nusantara dan menjadi imam perdamaian dunia," tandasnya.

Kategori :