Mojokerto, mojokerto.disway.id - Hadi Siswanto, warga Dusun Tegalan, Desa/Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, masih eksis selama 18 tahun menekuni kerajinan Terakota atau miniatur candi.
Keuletan dan keterampilan pria akrab dipanggil Hadi Candi ini dimulai sejak ia terjun ke dunia kesenian tahun 1998.
Kala itu di usianya masih remaja, ia bekerja di kerajinan patung cor kuningan di Desa Bejijong, Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Dari situlah keterampilannya terus diasah bertahun-tahun.
"Awalnya dulu saya seorang perajin kuningan, namun saat ayah saya meninggal dunia 2006, mau tidak mau harus memutar otak karena harus menggantikan posisi ayah menjadi tulang punggung keluarga. Waktu itu penghasilan dari bekerja di industri patung cor kuningan tak cukup untuk menafkahi ibu dan keempat adik laki-laki," ucapnya, Rabu (17/1/2024).
Hadi Candi saat melakukan finishing terakota. (Foto : Fio Atmaja)--Hadi secara bertahap mulai beralih dari sebelumnya menjadi perajin kuningan ke terakota. Perpindahan itu tidak secepat dibayangkan, ia bahkan waktu itu masih bekerja di kerajinan kuningan. Ketika ada waktu, ia mengisi waktu senggang dengan belajar membuat miniatur candi berbahan tanah liat.
"Awalnya memang dari coba - coba membuat terakota selama 3 tahun. Seiring berjalannya waktu, karya saya hasilkan kemudian ada yang tertarik. Waktu itu dibeli harga murah, dan saya kasihkan daripada tidak ada untuk makan. Lama-lama banyak tamu datang, saya kasihkan ke pembeli harganya lebih mahal," katanya.
Tahapan demi tahapan cukup panjang untuk terus belajar Sampai-sampai namanya dikenal dengan Hadi Candi. Selama ini ia hanya membuat miniatur satu model candi yang artistik. Desain ini terinspirasi Candi Penataran di Blitar, Candi Jawi peninggalan di Pasuruan, serta Gapura Bajangratu di Trowulan.
Proses pembakaran terakota atau miniatur candi. (Foto : Fio Atmaja)--
Seperti kebanyakan candi peninggalan Kerajaan Majapahit, miniatur candi buatan Hadi juga menggunakan bahan dasar tanah liat. Ia menghabiskan 5 hari untuk menyiapkan bahan saja.
Semula tanah liat hitam ia rendam dengan air di sebuah bak di halaman rumahnya. Lumpur tanah liat itu lantas ia saring dan dipindahkan ke bak kedua untuk menghilangkan kerikil maupun pasir.
Lumpur tersebut ia diamkan selama 4 hari sampai mengendap. Selanjutnya endapan tanah liat dipindahkan ke bak ketiga yang terbuat dari tatanan bata merah berada di teras rumahnya.
Permukaan tanah liat sudah lembut itu juga di tutup dengan bata merah untuk mempercepat berkurangnya kadar air. Kemudian tanah liat itu ia aduk-aduk sebelum dicetak menjadi miniatur candi.
"Proses panjang tersebut untuk menghasilkan tanah halus, selain itu juga untuk menghasilkan miniatur candi yang kuat dan tidak mudah pecah," bebernya.
Terakota atau miniatur candi buatan Hadi memiliki berbagai macam motif di setiap sisinya. Bagian kaki candi dihiasi ukiran bunga teratai di keempat sisinya. Terdapat tangga lengkap dengan pipi tangga menuju ke pintu yang tembus dari sisi depan ke belakang.
Beberapa pesanan terakota sudah jadi terpanjang di depan rumah Hadi. (Foto : Fio Atmaja)--
Selain itu ukiran bunga menghiasi pipi tangga, gawang pintu hingga dinding kanan dan kiri candi. Tepat di atas pintu candi terdapat ornamen wajah kala. Begitu juga di sisi kanan dan kiri candi.
Tak kalah eksotis, kepala atau mahkota candi terdiri dari 6 susun. Masing-masing susun dihiasi ukiran bunga pada keempat sisinya.
Sedangkan hiasan sudut-sudut mahkota candi berupa ukiran kepala kala berbentuk bunga. Pintu candi sengaja hanya dibuat pada sisi depan dan belakang. Karena kalau dibuat di empat sisi, miniatur candi akan mudah patah.
"Sebenarnya model candi bukan hanya satu, tapi menyesuaikan jenis pesanan seringkali di pesan. Untuk varian, dan ukurannya sendiri biasanya yang saya buat mulai dari tinggi 70 cm, 110 cm, 150 cm, sampai 250 cm," terangnya.
Tarakota atau miniatur candi buatan Hadi menggunakan teknik cetak dan ukir manual sehingga membutuhkan ketelitian dan waktu yang lama.
Proses pembuatan rumit dan lama ini, terakota di patok sama Hadi dengan harga bervariasi, mulai Rp 550 ribu untuk miniatur candi setinggi 70 cm, Rp 950 ribu ukuran 110 cm, Rp 1,7 juta ukuran 150 cm, serta ukuran 250 cm seharga Rp 5 juta.
"Fungsinya beragam. Sebagai tempat meletakkan sesaji di pura, hiasan pagar, hiasan taman, hiasan tepi kolam," tandasnya.