Sikapi Antrean Panjang di Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk, Gubernur Khofifah Kirim Surat ke Kemenhub.

Minggu 27-07-2025,18:28 WIB
Editor : Elsa Fifajanti

Menurut Nyono, antrean panjang di Pelabuhan Ketapang menyusul penurunan jumlah kapal yang melayani penyeberangan ke Gilimanuk, pasca peristiwa tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya pada 2 Juli 2025 lalu.

Dari 15 kapal yang semula aktif di lintasan Ketapang-Gilimanuk, kini hanya enam yang diizinkan beroperasi. Penurunan armada sendiri hasil evaluasi keselamatan ketat dari otoritas pelayaran KSOP Tanjungwangi, pasca kecelakaan laut KMP Tunu Pratama Jaya.

Selain itu, kapal-kapal yang sebelumnya mampu mengangkut hingga 20 kendaraan, kini hanya diizinkan mengangkut lima unit kendaraan saja, karena penyesuaian beban dan panjang rampdor kapal LCT yang mempengaruhi kestabilan kapal.

Sementara kapal-kapal LCT, selama ini mengangkut truk beban berat terutama truk lebih dari tiga sumbu dengan panjang lebih dari 12 meter.

“Bayangkan, dari 15 kapal menjadi hanya enam yang beroperasi, dan dari kapasitas 20 kendaraan per kapal kini tinggal seperempatnya. Ini jelas menyebabkan antrean panjang,” ujarnya.

BACA JUGA:Peringkat Porprov 2025 Merosot, KONI Mojokerto Ajukan Tambahan Anggaran untuk Porprov X Jatim

BACA JUGA:3 Pengurus Koni Kabupaten Mojokerto Dikabarkan Mundur Usai Porprov Jatim IX 2025

Imbasnya, terjadi antrean panjang terutama truk-truk bertonase berat, mengular hingga puluhan kilometer sampai saat ini.

Kondisi diperparah karena kapal LCT yang berkurang, dampaknya truk truk berat tersebut harus menunggu kapal LCT bongkar muat terlebih dahulu di pelabuhan Gilimanuk.

Butuh waktu lama menunggu kapal tersebut kembali ke pelabuhan Ketapang, karena jumlah kapalnya yang memang berkurang.

“Solusinya adalah butuh tambahan kapal kapasitas besar yang bisa beroperasi di pelabuhan Ketapang sesuai isi Surat Ibu Gubernur kepada Pak Menhub,” pungkas Nyono.

Kategori :