Kopi Hitam Bu Miseni Stadion Gajah Mada Mojosari ‘’Menantang Zaman’’

Rabu 13-08-2025,17:27 WIB
Reporter : Satria Al Fauzi
Editor : Elsa Fifajanti

 

Mojokerto, diswaymojokerto.id - Bagi masyarakat Mojosari, Mojokerto dan sekitarnya warung kopi di depan Stadion Gajah Mada ini, bukan tempat yang asing. Warung milik Bu Miseni ini dikenal dengan kopi hitamnya yang memiliki arima khas, karena kopinya digoreng dan ditumbuk dengan cara tradisional. 

Seperti siang itu, aroma kopi semerbak bersama sapuan angin lembut yang menggoyangkan pepohonan di halaman Stadion Gajah Mada Mojosari. Musik keroncong mengalun lunglai dari sebuah speaker VCD lawas milik Bu Miseni, seorang penjual kopi yang setiap hari selalu tampak tersenyum.

Ia sedang mengaduk kopi hitam di balik gerobak hijaunya pagi itu, Selasa, 12 Agustus 2025. Kopi hitamnya serupa telaga bagi orang-orang yang hendak beristirahat dari sibuknya dunia.

“Banyak pembeli yang bilang kalau kopi hitam saya ini punya rasa khas. Ya mungkin karena kopi hitam saya bukan kopi sachetan, tapi menggiling dan menggoreng sendiri,” ucapnya sembari tersenyum. Wajahnya sudah tampak keriput, menyiratkan ketabahan yang luar biasa.

Pelanggan berdatangan silih berganti: para pemuda dan kerabat Bu Miseni, membawa kabar hangat atau sekadar sapaan sendu.

Warung kopi Bu Miseni terletak di halaman Stadion Gajah Mada Mojosari, dekat pintu masuk stadion bola.

Gerobak kecilnya berwarna hijau, serasi dengan warna dedaunan pohon yang berdiri di sekitarnya. Seolah warung kopinya merupakan bagian dari alam, seperti oase di tengah hutan.


Halaman Stadion Gajah Mada Mojosari-Foto : Satriya Al Fauzi-

Dari depan akan terlihat berbagai macam barang dagangan seperti air mineral, mie instan, kerupuk, dan rentengan minuman-minuman sachet. Jika kita mulai mendekat dan memasuki warung kopinya, akan terdengar berbagai obrolan hangat yang dilontarkan oleh para pelanggan.

Di saat kebanyakan warung kopi berlomba menaikkan harga untuk meraih untung sebanyak-banyaknya, tidak dengan Bu Miseni. Kopi yang dijualnya cenderung murah, bahkan super murah.

Ia hanya memasang harga Rp.3000 untuk kopi hitamnya, dan untuk minuman-minuman lain maksimal harganya hanya Rp. 5000.

BACA JUGA:Kasus Dugaan Penyelewengan Dana Banpol PDIP Mojokerto, Pelapor Serahkan Bukti Tambahan

BACA JUGA:Pengurus KMP di Kota Mojokerto Peroleh Pelatihan SOP dan SOM

“Saya nggak tega, Mas, kalau ngasih harga mahal-mahal. Toh, yang beli juga teman-teman sendiri. Kadang juga anak-anak sekolahan yang uang sakunya mungkin nggak seberapa,” ucapnya.

Ketika hari mulai siang, matahari dan waktu semakin bersekutu. Warung kopi Bu Miseni lambat laun sepi, hanya terlihat beberapa pelanggan yang tetap ngopi sembari melanjutkan obrolan.

Terdengar deru kendaraan di jalan depan dan sesekali suara penjual pentol yang melintas.

“Ya gini, Mas, setiap hari memang sepi. Sejak ada Corona, Stadion Gajah Mada jadi sepi, nggak seperti dulu,” ucap Bu Miseni seusai mematikan kompor dan menuang air panas ke dalam gelas kecil berisi bubuk kopi.


Bagian dalam warung Bu Miseni-Foto : Satriya Al Fauzi-

Seketika tercium aroma yang mengandung semangat.

Meskipun demikian, Bu Miseni nyaman berjualan di Stadion Gajah Mada. Di sana jarang terdapat konflik antar sesama pedagang, bahkan cenderung tidak pernah.

Bagi para pedagang di sana, Stadion Gajah Mada bukan sekadar tempat mencari peruntungan, tapi merupakan tempat berlangsungnya hubungan antar sesama. Mereka saling mengenal satu sama lain dan saling bahu membahu.

Selain murahnya kopi yang dijual Bu Miseni, ia juga menggratiskan kopi hitamnya setiap hari Jum’at. Semua pelanggan yang datang di hari Jum’at dan memesan kopi hitam, tidak diperkenankan membayar oleh Bu Miseni.

BACA JUGA:Selama Juli 2025, Komoditas Cabai Rawit Andil Indeks Fluktuasi Harga di Mojokerto Naik

BACA JUGA:Kolaborasi UBAYA dan UWKS Dukung Pengembangan Desa Atsiri di Mojokerto, Terapkan Sistem IoT untuk Pertanian

“Ya tapi hanya kopi hitam saja yang gratis, Mas,” ucap Bu Miseni. Meskipun hanya kopi hitam yang gratis, kita tidak akan menemukan warung kopi lain yang seperti ini.

Bu Miseni seperti sedang menentang zaman dengan kopi hitamnya.

Kita semua tahu, di zaman ini, terutama di Mojokerto, banyak berdiri cafe-cafe yang harga kopinya melangit. Mereka menjual gengsi di balik kopi. Namun, Bu Miseni, ia tidak sekadar menjual kopi, tapi juga kenyamanan, kehangatan, dan rasa teduh.

Dengan kopi hitamnya, ia menawarkan seutas semangat bagi setiap warga Mojosari yang sedang lelah.

 

 

 

Kategori :