Selain itu, di platform TikTok, warganet juga ikut meramaikan untuk me-review film yang baru saja rilis di bioskop ini. Seperti akun @putri_12 yang berkomentar di akun @your cancer mate, “Oh ini bioskop yang penuh, tak pikir sangat cinta animasi lokal ternyata ngerosting rame-rame,” tulisnya.
Melalui komentar-komentar netizen itu, menjadikan film animasi One for all ini memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi penonton yang memiliki rasa penasaran tinggi.
Meski beberapa kali terdapat cuitan larangan menonton film ini bersama-sama sebagai bentuk protes atas buruknya kualitas, beberapa warganet masih banyak yang tetap menonton hanya untuk me-review film ini secara bebas. Suka atau tidak suka, One For All telah membuktikan satu hal, bahwa film animasi lokal bisa memicu percakapan publik berskala nasional.
BACA JUGA:Tiga Pengurus Undur Diri Pasca Porprov 2025, Ketua Koni Kabupaten Mojokerto: Itu Hak Pribadi
BACA JUGA:Menikmati Senja di Titik Nol Trawas, Pesona Alam di Kaki Gunung Penanggungan
Merah Putih: One For All mungkin tidak akan memuaskan semua orang, tetapi keberaniannya untuk bereksperimen layak diapresiasi. Dalam lanskap animasi Indonesia yang terus berkembang, film ini menjadi bukti bahwa karya lokal mampu menantang batas meskipun risiko kritik selalu mengintai.