Rumah Pompa Peninggalan Belanda di Mojokerto, Saksi Bisu Sejarah Pengairan Perkebunan Tebu di Mojokerto

Senin 18-08-2025,15:40 WIB
Reporter : Fio Atmaja
Editor : Elsa Fifajanti

Kegiatan pembangunan itu seperti yang dilaporkan oleh WP Hillen, residen Surabaya dalam memory serah terima tahun 1924. 

BACA JUGA:Daun Pinus Bisa Disulap Jadi Minuman Soda Alami yang Segar dan Unik

Sementara itu di wilayah utara Sungai Brantas sulit untuk dibuat irigasi teknis. Hal itu dikarenakan lahan disana susah air dan petani hanya mengandalkan air hujan untuk bisa bercocok tanam. 

Pabrik Gula Gempolkerep tentu sulit berkembang jika tidak mendapat pasokan bahan baku tebu yang cukup. 


Bagian dalam pompa air sudah terbengkalai.-Foto : Fio Atmaja-

Tanah kering disekitar pabrik harus diairi agar tebu bisa tumbuh. Sementara tidak mungkin membuat bendungan bertujuan menaikkan permukaan air untuk bisa mengalir ke daerah sekitarnya.

"Lahan di utara sungai Marmoyo letaknya lebih tinggi yang tidak memungkinkan dibuat bendungan. Pilihan untuk bisa mengalirkan air ke wilayah tersebut adalah dengan sistem pemompaan air dan membuat tandon air. Izin pemompaan air untuk daerah utara diperoleh pada tahun 1907," jelasnya. 

Setelah mendapatkan izin tersebut dimulailah pembuatan istalasi pompa air di Japanan. Sebuah pompa digerakkan oleh tenaga mekanis menyedot air dari Sungai Marmoyo dan menaikkannya pada tangki dibuat tinggi letaknya. 

BACA JUGA:Pemkot Mojokerto Bebaskan PBB-P2 Bagi Ribuan Warga Kota Terdampak Banjir Tahun 2024

BACA JUGA:Usung Konsep Alam, Kafe Batas Desa Tawarkan Nuansa Alami yang Menyejukkan

Dari tandon itu kemudian dibuat pipa saluran dari besi membentang dari rumah pompa Japanan ke utara mengikuti jalur jalan. Dengan rumah pompa itu lahan kritis berubah menjadi produktif. Pembangunan rumah pompa itu kemungkinan selesai sempurna tahun 1912.

Selain pompa air Djapanan, PG Gempolkrep saat itu dipimpin Pierre Eschauzier juga membuat rumah pompa di Tapen Kecamatan Kudu Jombang. Pompa di Tapen itu menyedot air Sungai Brantas. Dengan keberadaan pompa itu PG Gempolkrep bisa mendapatkan konsesi lahan kebun tebu luas.


Rumah Pompa Peninggalan Belanda di Mojokerto, Saksi Bisu Sejarah Pengairan Perkebunan Tebu di Utara Sungai Brantas-Foto : Fio Atmaja-

Untuk menyalurkan air dipasang pipa berdiameter lebih dari satu meter hingga ke perempatan Tanjungan. Dari ujung pipa tersebut air Sungai Marmoyo diarahkan ke timur dengan jaringan selokan irigasi. 

Pipa besi itu masih terlihat sekitar tahun 1990. Namun, sekarang sudah hilang seiring menjamurnya pompa diesel dioperasikan sendiri oleh petani disana. 

Setelah rumah pompa tidak beroperasi maka hilang pula pipa salurannya. Di lahan bekas tempat pipa air terpasang, kini banyak berdiri bangunan rumah dan tempat usaha milik masyarakat sekitar.

Kategori :