Candi Tikus, Situs Petirtaan yang Merekam Perjalanan Majapahit

Sabtu 11-10-2025,19:51 WIB
Reporter : Yasmine
Editor : Elsa Fifajanti

Mojokerto, diswaymojokerto.id - Candi Tikus yang terletak di Desa Temon, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, merupakan situs petirtaan kuno yang ditandai dengan adanya pancuran dan bangunan kolam. Konon, petirtaan ini merupakan tempat pemandian raja sekaligus lokasi untuk melaksanakan perayaan upacara-upacara tertentu.

Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1914 oleh masyarakat sekitar saat melakukan penggalian gundukan tanah yang menjadi sarang tikus. Dari situlah pemandian ini dinamakan Candi Tikus.

“Dulu masyarakat dilanda wabah hama tikus. Akhirnya, dilakukan gropyokan, pengejaran masal untuk mencari sarang tikus. Dari pengejaran ini, tikus berlari ke gundukan tanah yang ternyata di bawahnya ada struktur bata, diduga sebagai candi,” tutur Isharyanto, juru pelihara Candi Tikus.

Bangunan candi memiliki denah bujur sangkar berukuran sekitar 22,5 meter dengan kedalaman mencapai 3,5 meter di bawah permukaan tanah. Pada salah satu sisinya terdapat tangga yang mengarah ke bagian bawah kolam. Sementara bagian tengahnya terdapat miniatur candi induk sebagai puncak bangunan yang dikelilingi oleh delapan puncak kecil dan 17 pancuran pada tiga sisi menara.

Petirtaan tersusun dari bata merah sebagai bahan utama bangunan, sedangkan pancuran terbuat dari batu andesit. Penggunaan material yang berbeda ini menimbulkan dugaan bahwa Candi Tikus dibangun pada dua periode berbeda. 


Candi Tikus yang menyimpan banyak kisah-Foto : Yasmin (Magang)-

Anggapan tersebut didukung oleh detail halus dan indah pada pancuran. Garapan ini mencerminkan kesenian Majapahit pada masa kejayaannya, yang diperkirakan digunakan kembali ketika Majapahit sudah mengalami kemunduran.

Dari bentuk bangunan yang semakin kecil ke bagian atas, muncul penafsiran bahwa candi Tikus merupakan simbol dari Gunung Meru yang merupakan gunung suci sebagai pusat alam semesta pada kepercayaan Hindu-Budha.

Dalam mitologi, Gunung Meru dikaitkan dengan “air amrta” atau air kehidupan yang memiliki kekuatan istimewa untuk memberi energi dan kehidupan bagi seluruh makhluk. Konsep inilah yang diduga menjadi latar belakang berdirinya Candi Tikus, yaitu sebagai simbol air yang memancar dari gunung.

BACA JUGA:Hindarkan Umat dari Jeratan Pinjol, Kemenag-Baznas Luncurkan Program Microfinance Masjid

BACA JUGA:BMKG: Sebagian Besar Daerah di Jatim Hari Ini Cenderung Cerah Berawan

Lebih lanjut, pancuran pada Candi Tikus berbentuk kepala makara, makhluk mitologi laut, dan motif bunga teratai. Keduanya dianggap suci, sehingga air yang mengalir dari pancuran juga dipercaya sebagai air suci atau yang dapat menyucikan.

Selain berfungsi sebagai petirtaan, ada pula pendapat yang menyebut bahwa bangunan ini dijadikan sebagai barometer untuk memantau debit air dari waduk dan bendungan di kawasan Trowulan. Barometer maksudnya berkaitan dengan perbandingan besar air mengalir melalui saluran candi hingga mencapai titik tertentu yang menjadi patokan menutup dan membuka lubang saluran.


Candi Tikus jika difoto dari sisi depan-Foto : Yasmin (Magang)-

Kini, Candi Tikus menjadi situs sejarah yang merekam jejak kehidupan Kerajaan Majapahit. Candi ini menjadi saksi bisu perjalanan peradaban Majapahit dari periode keemasan sampai masa kemundurannya.

Tags :
Kategori :

Terkait