Bekas Pabrik Tenun Kesono Gondang, Pabrik Era Kolonial Hingga Gagalnya Kota Kecil Berdiri di Mojokerto

Sabtu 18-10-2025,18:28 WIB
Reporter : Fio Atmaja
Editor : Elsa Fifajanti

Mojokerto, Diswaymojokerto.id - Bekas pabrik tenun Kesono di Dusun Kesono, Desa Bakalan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto menyimpan banyak kisah sejarah. Kawasan ini pernah direncanakan menjadi kota kecil mandiri oleh pengusaha tekstil Martak bersaudara pada masa kolonial. Namun rencana besar itu tak pernah terwujud, menyisakan puing-puing kejayaan masa lalu.

Sejarahwan Mojokerto, Ayuhanafiq menjelaskan, rencana pembangunan pabrik ini dimulai pada tahun 1934. Pengusaha tekstil keturunan Arab, Faradj Martak ingin memperluas usahanya. Pabrik tekstilnya di Keputran, Surabaya sudah tidak mencukupi kapasitas produksinya. 

Atas saran Ir Darmawan Mangunkusumo, dipilihlah daerah Kesono, Mojokerto. Sebuah desa dekat Pugeran masuk wilayah distrik Mojosari, Regentschap Mojokerto. Lokasi berdirinya pabrik terhubung dengan jaringan transportasi yang memadahi dengan adanya rel kereta api yang dioperasikan oleh Modjokerto Stroom Maskapij (MSM).

BACA JUGA:PWI Mojokerto Sinergi Berbagai Lembaga, dari Diskusi, Futsal, hingga Jumat Berkah

BACA JUGA:Candi Sumur Gantung, Persembahan untuk Putri Kerajaan Bulu Ketigo

"Pabrik ini diresmikan pada Agustus 1935, dan  dinamakan Kesono NV. Pabrik tenun itu sendiri dibangun lebih kurang setahun hingga saat siap dioperasikan. M.W.G Surtel, seorang admisnistrator berkebangsaan Belanda ditunjuk sebagai manajer operasional pabrik tersebut," terangnya, Sabtu, 18 Oktober 2025. 

Pemilihan Desa Kesono ini karena dekat dengan sumber air Jubel yang bagus kualitas airnya untuk membasuh kain tenun. Segera dia membeli bekas bangunan pabrik gula yang kemudian dibongkar dan dipindahkan ke Kesono. 

Untuk menampung 1000 mesin modern dan manual dibutuhkan 25 bangsal atau gudang dalam satu komplek pabrik. Dengan mesin yang dimilikinya, pabrik tenun Kesono saat itu menjadi industri tekstil terbesar dan termodern di Indonesia. 

"Untuk menangani produksi tekstil pada pabrik tersebut dipekerjakan sekitar 3.000 orang. Para pekerja tersebut bukan hanya berasal dari sekitar pabrik, sebagian diantaranya didatangkan dari Bojonegoro," ujarnya. 

Selain itu, untuk menggerakkan mesin tenunnya juga dibangun pembangkit tenaga air. Dari waterkracht (sumber air) dialirkan melalui dua pipa besar dengan aliran yang 360 PK. 

Listrik yang didapat bisa mencukupi kebutuhan seluruh kebutuhan pabrik dan perumahan karyawannya. Dalam rencananya, disekitar pabrik akan didirikan gedung bioskop, gedung pertunjukan, sarana olah raga sepak bola dan tentunya tempat ibadah. Pasar penyedia kebutuhan sehari-hari sudah ada di Pugeran. 


Bekas Pabrik Tenun Kesono Gondang, Pabrik Era Kolonial -Foto : Fio Atmaja-

Tak hanya itu, mereka juga berencana membangun sebuah sekolah tekstil. Tentu lulusannya akan dipekerjakan di pabrik yang dipimpin oleh Achmad Martak itu. Guvermen melalui Departemen Economische Zaken dan Onderwijs sudah menyeetujui rencana itu. Kemungkinan sekolah tekstil akan didirikan di Mojosari letaknya tidak jauh dari Kesono.

Diketahui, selain memproduksi sarung sebagai komoditas utama, NV Kesono juga menghasilkan kain. Sebagian kalin produksinya dipergunakan untuk memenuhi pesanan seragam tentara Hindia Belanda atau KNIL. 

Karena sedemikian strategisnya, pabrik tenun itu dijaga oleh polisi agar tidak terjadi gangguan keamanan selama produksi berlangsung. Produksi pabrik sempat terhenti ketika Jepang masuk ke Indonesia.

Kategori :