Tri Mulyani : Saya Lebih Senang disebut Pendidik daripada Pengajar
Dra Tri Mulyani M.Pd Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Bangsal Mojokerto bersama keluarga--
Mojokerto, mojokerto.disway.id – Masih dalam rangkaian hari guru nasional, Dra Tri Mulyani, MPd seorang guru SMP Negeri 1 Bangsal Kabupaten Mojokerto yang telah mengabdikan dirinya selama 26 tahun mengungkapkan lebih senang disebut sebagai pendidik daripada pengajar.
Kenapa demikian? Tri Mulyani, yang mengajar Bahasa Inggris di SMP tersebut mengisahkan, selama 26 tahun mengajar ia lebih banyak mendapatkan pengalaman ‘suka’ daripada ‘duka’nya. ‘’Saya nyaris tidak pernah mengalami hal-hal yang tidak enak selama mengajar,’’ kisahnya kepada Disway.id (26/11/2023).
Ia menceritakan, hal yang paling membuatnya Bahagia bukan pada saat dirinya mengajar di depan kelas. Tetapi pada saat ia bisa menjadi tempat curhat bagi anak didiknya, lalu bisa memberikan solusi atas masalah yang dihadapi siswa-siswinya. ‘’ Makanya, saya lebih senang disebut pendidik daripada pengajar,’’ katanya tersenyum.
Ibu dua orang anak ini menyampaikan saat peringatan hari guru nasional ini, ia sempat dibuat merinding dan terharu ketika mendengarkan anak didiknya menyanyikan hymne guru. ‘’Saya merinding, karena syairnya kan sangat memuliakan dan menghargai profesi guru dan dinyanyikan anak-anak, ini membuat saya bangga karena bisa berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara, ‘’ ungkapnya.
Meski nyaris tidak pernah mengalami hal yang membuatnya tidak nyaman, Tri Mulyani menyampaikan ada juga yang membuatnya prihatin. Yakni, ada siswa yang sudah lulus Sekolah Dasar (SD) tetapi belum bisa membaca dengan lancar. ‘’Bahkan harus mengeja satu persatu,’’ tuturnya.
Untuk mengatasi masalah ini, memang butuh perhatian dari banyak pihak terutama orang tua, sekolah dan pemerintah. Orang tua harus meluangkan banyak waktu untuk mendampingi putra putrinya belajar, sedangkan kalau di sekolah anak ini dibimbing khusus di luar jam pelajaran, misalnya saat istirahat anak ini diajari mulai dasar lagi mengenal huruf, menulis dengan bantuan buku menulis halus. ‘’Idealnya memang ada guru yang menangani anak-anak yang super istimewa ini, tetapi karena di sekolah kami belum ada,akhirnya ditangani oleh guru BK dan wali kelas,’’kisahnya. (*)
Sumber: