banner hari pahlawan 2024 TJiwi Kimia

Jembatan Deng-Deng, Jembatan Ekstrem Peninggalan Belanda di Mojokerto

Jembatan Deng-Deng, Jembatan Ekstrem Peninggalan Belanda di Mojokerto

Penampakan Jembatan Deng - deng di Kabupaten Mojokerto. (Foto : Fio Atmaja)--

Mojokerto, mojokerto.disway.id - Jembatan penghubung antara Desa Wonoayu dan Desa Perning, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, memiliki nama unik, yaitu jembatan deng-deng. Nama itu diberikan warga sekitar karena suara besi terdengar saat kendaraan atau pejalan kaki melintasi jembatan itu.

Jembatan ekstrem di Kabupaten Mojokerto ini membuat pengendara yang lewat di jembatan harus ekstra berhati-hati. Jembatan ini dulunya difungsikan sebagai jembatan rel atau lori untuk mengangkut tebu menuju pabrik gula setempat pada zaman Belanda.

Sayangnya, tidak banyak ditemukan informasi mengenai jembatan ekstrem di Kabupaten Mojokerto ini. Di bawah jembatan mengalir Sungai Kalimas dengan arus deras. Jembatan ini sendiri tidak ada pembatas kanan dan kiri.


Penampakan Jembatan Deng - deng di Kabupaten Mojokerto. (Foto : Fio Atmaja)--

Jadi pengendara harus ekstra fokus dan hati-hati karena sedikit saja meleset bisa tercebur ke dalam sungai sangat dalam. Jembatan deng-deng hanya bisa dilintasi satu kendaraan roda dua saling bergantian. Tidak bisa melintasi secara berlawanan, karena jembatan itu lebarnya hanya 2 meter.

Heri Yatno (63), warga Desa Wonoayu, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, mengatakan bahwa jembatan ini sudah ada sejak dirinya kecil. Jembatan ini merupakan peninggalan zaman Belanda digunakan sebagai perlintasan lori tebu atau disebut kereta pengangkut tebu. Jembatan ini sudah tidak difungsikan lagi untuk lori tebu, namun dijadikan jembatan untuk penghubung desa. Meski terbilang ekstrem banyak orang-orang melintas jembatan ini.

"Jembatan ini dulunya dari rel kereta atau lori, kemudian dipasang warga kayu-kayu yang ditata dari ujung ke ujung agar bisa dilintasi pejalan kaki dan kendaraan roda dua. Tidak ada pembatas jembatan kanan dan kiri dari dahulu hingga sekarang. Dulunya tidak seperti ini jembatannya, hanya dipasang papan kayu saja berjajar dari ujung ke ujung. Kemudian ditali menggunakan tali besi (seling). Kalau sekarang digunakan cor itu baru-baru saja," ujarnya, Kamis (4/1/2023).

Heri juga menceritakan bahwa di sekitaran desanya dulunya ada pabrik gula pada zaman Belanda, maka dari itu dibuatlah jembatan lori untuk mengangkut tebu. Namun saat ini pabrik itu sudah dibongkar. Hanya tersisa dua rumah zaman Belanda.


Heri Yatno (63), warga Wonoayu, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. (Foto : Fio Atmaja)--
“Jembatan ini sekarang dipasang plat besi setebal 5-10 cm dengan panjang lebar 1 meter yang dipasang sejajar dari ujung ke ujung. Bagi pengendara roda dua atau pejalan kaki saat melintasi jembatan terdengar suara deng-deng dari suara besi. Maka dari itu dinamakan jembatan deng-deng,” ucapnya.

Sebelumnya sering terjadi pengendara sepeda motor terjatuh saat melintasi jembatan deng-deng. Menurutnya hal itu disebabkan kurangnya konsentrasi saat melintasi jembatan itu, dan juga tidak adanya pembatas jembatan kanan dan kiri.

Selain itu ada juga pengendara sepeda motor tidak ingin melintasi jembatan dan rela berputar jauh karena takut terjatuh ke dalam sungai.

"Kami berharap ada perhatian dari pemerintah untuk memperbaiki jembatan ini. Seperti pemasangan pembatas jembatan kanan dan kiri agar lebih aman. Kami juga berharap pengendara sepeda motor lebih berhati-hati dan tidak melaju kencang saat melintasi jembatan ini agar tidak ada lagi korban terjatuh dari jembatan ini," tambahnya.

Sumber:

b