MPP Gajah Mada, SIMOJO, Masyarakat, dan Operator

Mall Pelayanan Publik Kota Mojokerto - Islah Aurellia Nurhamidah -dok Disway Mojokerto-
Oleh: Islah Aurellia Nurhamidah*)
Hampir semua dari. kita pasti pernah mengalami betapa melelahkannya mengurus administrasi di kantor pemerintahan dengan antrean yang sangat panjang. Harus berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, dan sering kali pulang dengan rasa jenuh.
Namun, di Kota Mojokerto, sejak hadirnya Mal Pelayanan Publik (MPP) Gajah Mada,, situasi semacam ini mulai berubah secara nyata. Pelayanan menggunakan aplikasi SIMOJO – Sistem Monitoring Pelayanan dan Perizinan Online, memudahkan dan meringankan pengurusan adminstrasi untuk masyarakat
MPP Gajah Mada menaungi lebih dari 160 jenis layanan dari 24 instansi. Tapi yang paling menarik, mungkin, adalah langkah berani yang diambil pada 1 September 2024, saat layanan Samsat Mojokerto resmi dipindah sepenuhnya ke dalam MPP.
Bukan cuma soal efisiensi, tapi ada pergeseran cara pandang, pelayanan publik seharusnya menyatu, bukan tersebar dan menyulitkan. Mojokerto jadi daerah pertama di Jawa Timur yang mengintegrasikan Samsat ke dalam MPP secara penuh. Ini patut diapresiasi dengan diacungi jempol.
Dari segi lokasi, letak MPP di tengah kota tentu bukan kebetulan. Ini sejalan dengan gagasan Michael Teitz, ahli perencanaan kota yang menekankan pentingnya pemerataan akses terhadap fasilitas publik.
Masyarakat yang tinggal jauh dari pusat kota pun masih bisa menjangkaunya tanpa harus kehilangan waktu atau tenaga terlalu banyak. Prinsip dasar keadilan layanan semacam ini penting, terutama di kota-kota yang sedang berkembang.
Yang membuat MPP Gajah Mada terasa berbeda adalah sentuhan pelayanannya yang humanis. Ada ruang laktasi, pojok baca, area bermain anak, bahkan toilet yang ramah disabilitas.
Ini bukan hanya gedung pelayanan, tapi ruang publik yang terasa hidup. Karena, kadang kita lupa, pelayanan publik bukan soal kertas dan meja, tapi soal pengalaman warga yang datang.
BACA JUGA:Jelang 1 Suro, Pemkab Jember Gelar Apel Kebangsaan Kesiapan Pengamanan Terate
Dan ketika mereka disambut ruang yang ramah, itu sudah setengah dari pelayanan itu sendiri. Dan ini ada di MPP Gajahmada di Kota Mojokerto.
Dari sisi teknologi, kehadiran SIMOJO layak disebut sebagai langkah maju dalam pelayanan publik di Mojokerto. Aplikasi dan situs ini dirancang oleh pemerintah kota untuk membantu masyarakat mengakses berbagai layanan secara daring, terutama untuk keperluan perizinan.
Melalui SIMOJO, warga dapat memilih jenis layanan yang dibutuhkan, menjadwalkan waktu kedatangan, dan menyampaikan pengaduan seperti kesalahan data, keterlambatan proses, atau biaya yang tidak sesuai.
Hanya saja, belum semua warga merasa terbantu secara maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati dan timnya tahun 2022, mencatat, meskipun SIMOJO memberi kemudahan dalam beberapa hal, masih banyak yang merasa kebingungan saat menggunakannya.
BACA JUGA:Truk Bermuatan Tebu Terguling di Pungging Mojokerto, Diduga Sopir Gagal Kendalikan Setir
Kurangnya sosialisasi dan panduan teknis membuat sebagian masyarakat enggan mencoba. Tidak sedikit yang masih bertanya-tanya harus mulai dari mana dan bagaimana melanjutkan proses saat menemui kendala.
Padahal, hambatan semacam itu bisa diselesaikan dengan solusi yang sederhana. Pemerintah bisa menyediakan panduan yang lebih mudah dipahami, menambah petugas pendamping di lokasi MPP, atau menyebarkan video simulasi penggunaan aplikasi agar lebih akrab di masyarakat.
Apa yang ditemukan oleh Purnamawati juga diperkuat oleh studi lain dari Mulyana dan Jamaludin. Mereka menekankan bahwa kualitas layanan digital tidak hanya bergantung pada ketersediaan aplikasi, tetapi bagaimana sistem tersebut terintegrasi dengan baik, memiliki keamanan data yang terjaga, dan mudah digunakan oleh publik.
Oleh karena itu, pengembangan SIMOJO sebaiknya diarahkan ke fitur yang lebih lengkap. Misalnya, aplikasi ini bisa menyimpan riwayat dokumen, mengingatkan warga tentang masa berlaku izin, dan menghubungkan sistem pembayaran elektronik yang sudah banyak digunakan masyarakat.
BACA JUGA:Pemkab Jember Siap Bersinergi Sukseskan 2 Raperda Inisiatif DPRD Jember
Dengan pembaruan seperti itu, SIMOJO tidak sekadar menjadi formalitas digital. Tapi bisa benar-benar menjadi alat bantu yang memudahkan urusan warga sehari-hari.
Dan lebih dari itu, ia menjadi bukti bahwa pemerintah tidak hanya membangun aplikasi, tetapi juga membangun kepercayaan. Artinya, ke depan SIMOJO bisa dikembangkan lebih jauh.
Tidak hanya meminta perizinan, tetapi juga mampu menyimpan data dokumen, membuat antrean online, memberi pengingat jatuh tempo, bahkan terhubung dengan dompet digital (e-wallet). Diharapkan juga untuk selalu memperhatikan aplikasi tersebut apabila membutuhkan perbaikan agar meminimalisir terjadinya error.
Teknologi tetap hanyalah alat. Kualitas pelayanan tetap sangat bergantung pada orang-orang yang menjalankannya. Tidak jarang, keramahan satu petugas bisa menyelamatkan hari seseorang.
Oleh karena itu, pelatihan petugas MPP harus mencakup hal teknis dan emosional dalam bagaimana mendengarkan. Bagaimana menjawab dengan empati, bagaimana tetap ramah di tengah tekanan antrean.
Sebagai warga yang pernah menikmati layanan di tempat ini, saya melihat MPP Gajah Mada bukan hanya proyek fisik, tapi cermin dari niat baik pemerintah. Niat untuk berubah dan melayani lebih baik. Niat baik harus disertai keberlanjutan.
Evaluasi rutin, mendengar suara warga, serta keterbukaan terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan zaman adalah hal-hal yang perlu dipertahankan. MPP Gajah Mada adalah bukti bahwa pelayanan publik bisa tampil lebih manusiawi.
Dan apabila dikembangkan terus-menerus dengan cara yang tepat, bukan tidak mungkin MPP Gajah Mada Kota Mojokerto dapat menjadi ruang pelayanan terbaik sesuai standar nasional. Tidak hanya karena bangunannya yang megah, tetapi karena kota tersebut berhasil mendekatkan negara kepada warganya dengan cara yang sederhana, ramah, dan nyata.
*) Penukis adalah Mahasiswa Universitas Airlangga
Sumber: