Situs Siti Inggil, Tempat Suci dan Sejarah di Trowulan Mojokerto

Sabtu 16-12-2023,15:05 WIB
Reporter : Fio Atmaja
Editor : Eno

Mojokerto, mojokerto.disway.id - Situs Siti Inggil menjadi salah satu destinasi wisata sejarah terletak di Dusun Kedungwulan, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. 

Keberadaan situs ini dipercaya sebagai petilasan pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya bergelar Maharaja Kertarajasa Jayawardahana. Situs ini menarik banyak pengunjung, baik dari masyarakat umum maupun tokoh-tokoh besar ada di Indonesia.

Situs Siti Inggil memiliki banyak julukan, seperti Petilasan Raden Wijaya, Lemah Duwur, atau Candi Antapura. Istilah Lemah Duwur berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tanah tinggi. Istilah Candi Antapura merujuk pada fungsi situs ini sebagai tempat penyaluran doa bagi agama Hindu.

Juru kunci Situs Siti Inggil, Rifai (52) menceritakan, dulunya situs ini hanyalah gundukan tanah. Namun, setiap menjelang magrib, masyarakat setempat melihat sinar berwarna biru keluar dari gundukan tanah. 

“Sebelum ditemukan situs, setiap hendak menjelang magrib itu gundukan tanah ini mengeluarkan cahaya berwarna biru. Dan orang tua-tua dahulu atau embah-embah saya penasaran, kemudian dibersihkanlah gundukan tanah ini dan digali ternyata ditemukan situs Siti Inggil ini dengan susunan batu bata merah,” ucapnya.

Rifai menambahkan bahwa situs Siti Inggil ini dahulunya tempat untuk penyaluran doa yang dinamakan candi atau Pura Antapura. Candi Antapura itu termasuk pura itu untuk sembayang agama Hindu. 

“Kalau disebut petilasan Raden Wijaya  untuk penyelamatan pura, orang-orang zaman dahulu memberikan nama makam Raden Wijaya, namun itu bukan makam. Mereka melakukan hal itu agar tidak ada yang merusak bangunan sejarah ini,” imbuhnya. 

Pengunjung di situs Siti Inggil ini kebanyakan pengunjung mempunyai kepentingan khusus, contohnya seperti menginginkan sesuatu dan memanjatkan doa kepada leluhur-leluhurnya agar bisa terkabulkan. 

“Banyak sekali dari jajaran pejabat-pejabat yang berkunjung ke sini, dari jendral hingga presiden. Salah satunya Presiden ke 2 RI, Soeharto yang sering berkunjung ke sini, bahkan bapak Soekarno juga pernah kesini,” bebernya.


Pendopo di sekitar kompleks Situs Siti Inggil-Fio Atmaja-

Area kompleks dalam Situs Siti Inggil terdapat lima makam dan di batu nisan tertulis nama-nama. Yakni makam Raden Wijaya, Garwo Padmi Ghayatri, Garwo Selir Dhoro Pethak, Garwo Selir Dhoro Jinggo, serta Abdi Kinarsih Kaki Regel. Di luar kompleks Situs Siti Inggil terdapat Sanggar Pamujan dan dua makam bertuliskan Sapu Jagad dan Sapu Angin merupakan pengawal dari Raden Wijaya.

“Pada hari-hari tertentu banyak wisatawan berkunjung di petilasan Raden Wijaya ini, apalagi apabila ada acara ruwah desa. Mereka datang ke petilasan Raden Wijaya untuk mengikuti acara slametan atau doa untuk desa ini. Di sini juga dihadirkan wayang, jaran kepang, tayup, dan dakwah dari kiai,” tandasnya.

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) , situs Siti Inggil merupakan suatu fondasi bangunan dengan bahan bata, seperti halnya bangunan-bangunan masa Majapahit. Bangunan segi empat arah hadap ke barat dan berhias pilaster. (*)

Kategori :