Kurangi Produksi Sampah, Syukuran Mantu Tak Gunakan Tisu

Senin 01-01-2024,08:24 WIB
Editor : Andung

 

Jogja,  Mojokerto.disway.id  - Sampah bisa muncul dimana-mana, di berbagai acara dan kegiatan. Banyak aktivitas yang bisa memproduksi sampah, baik organik maupun anorganik. 

 

Berbagai kampanye pengurangan sampah, sampai pengelolaan sampah pun banyak dilakukan, dengan berbagai kegiatan. Seperti yang dilakukan Erwan Widyarto, pegiat lingkungan di Jogakarta ini.

 

Bahkan acara syukuran Nduwe  mantu  pun jadi ajang kampanye pengurangan produksi sampah. Erwan yang juga pengelola Bank Sampah Griya Sapu Lidi, Sleman, inipun menggelar mantu dengan meniadakan sediaan tisu. 

 

Acara R esepsi Nduwe Mantu  yang digelar di Rocket Convention Hall, Sidomoyo, Sleman, digelar dengan meminimalkan produksi sampah. ‘’Dengan meniadakan sediaan tisu, sekaligus mengurangi produksi sampah di acara ini,’’ katanya via WA.

 


‘Kampanye’ pengurangan sampah sudah disiapkan sejak technical meeting resepsi-Erwan Widyarto for Disway Mojokerto-

 

Resepsi  Nduwe Mantu  yang dilaksanakan Minggu 31/12/23 itu pun jadi unik. Karena sebagai pengganti tisu, Erwan yang juga pengawas Forum Upcycle Indonesia (FUI) itu menyediakan lap kain dan dibagikan kepada setiap tamu.

 

‘’Setiap tamu datang kami bagi lap makan atau serbet makan yang dibagikan saat mengisi buku tamu kehadiran. Syukur-syukur tamu sudah terbiasa membawa sapu tangan sendiri he..he..,’’ tuturnya.

 

 Erwan pun menuturkan alasannya meniadakan sediaan tisu di acara resepsi  Nduwe Mantu  nikahan anaknya, Zaky Fadhila dengan Ayu Putri Ana, dan Tsany Raihan dengan Fitri Noviyanti. Memang ada dua pengantin di resepsi  Nduwe Mantu  itu.

 

Selama ini, paparnya, kegiatan festival, MICE, pentas musik, dan sejenisnya, sering dituding sebagai produsen sampah. Pada setiap kegiatan berakhir, sampah selalu menumpuk. 

 

‘’Ini tentu sangat tidak enak dipandang. Begitu pula dengan kegiatan resepsi pernikahan, selalu menghasilkan sampah,’’ sahutnya. 

 

Erwan yang selama ini juga bergiat di dalam pariwisata, sangat perhatian dengan persoalan sampah tersebut. ‘’Bahkan dalam berbagai diskusi, kami terus membahas agar event yang digelar bisa mengelola sampah dengan baik," ujarnya. 

 

Karena itu, Erwan pun melakukan aksi nyata saat punya gawe, resepsi  Nduwe Mant u. Acara itu pun digelar dengan menerapkan _Resepsi Nduwe Mantu_ yang digelar pada konsep minim sampah. 

 

‘’Kami berpikir dari konsep awal pengelolaan sampah, yaitu pengurangan. Karena itu, kami desain satu resepsi yang tidak menggunakan tisu. Mengurangi munculnya sampah tisu," tandasnya.

 

Memang, selama resepsi berlangsung, lanjut Erwan, tidak disediakan tisu di lokasi acara. Harapannya, 'langkah kecil' ini  migunani  untuk bumi. 

 

Dia berinisiatif mengurangi sampah tisu karena ada ‘cerita dan rantai panjang’ dalam sepotong tisu. ‘’Cerita yang harus kita perhatikan dengan serius. Cerita ini ada dalam kemasan  souvenir  yang kami bagikan untuk para tamu," ungkapnya. 

 

 Pemilik akun @juraganerwan ini pun lalu menuturkan cerita tentang tisu tersebut. Menurut Erwan, tisu, meskipun lembut namun sampahnya termasuk sampah anorganik yang sulit terurai. 

 

Di Indonesia, sahutnya, ‘diproduksi’ sampah tisu sebanyak 25 ribu ton/tahun. ‘’Bayangkan, tumpukan tisu tersebut memenuhi TPA. Karena tisu selama ini dianggap residu yang harus berakhir di TPA,’’ paparnya.

 

Erwan menyebutkan, menurut World Wide Fund (WWF), setiap hari sebanyak 270.000 pohon ditebang untuk membuat tisu. ‘’Dari ratusan ribu pohon yang ditebang itu, berakhir sia-sia di tempat sampah,’’ tuturnya

 

Ternyata, lanjutnya lagi, produksi tisu juga menghabiskan begitu banyak air. Dihabiskan 324.000 liter air untuk membuat 1 ton tisu. 

 

Dia pun lalu menuturkan lebih rinci, untuk produksi 1 rol tisu, diperlukan 140 liter air. ‘’Jadi, kalau satu orang per hari menghabiskan 20 lembar tisu, sebanyak 71,4 liter air terbuang percuma,’’ ungkapnya.

 

Karena itu, melalui resepsi  Nduwe Mantu  tersebut Erwan bersama juga menyampaikan pesan saatnya kita mengurangi tisu dan kembali menggunakan sapu tangan dan serbet makan. ‘’Serbet makan bisa diguna-ulang sehingga tidak menambah sampah,’’ tegasnya.

 

Selain mengurangi tisu, ternyata resepsi  Nduwe Mantu  juga mengurangi penggunaan botol dan gelas plastik. Minuman yang disajikan untuk tamu, semua disediakan dengan gelas kaca, bukan gelas atau kemasan plastik. 

 

‘’Alhamdulillah, venue tempat acara kami ternyata juga sangat peduli dalam hal sampah ini,’’ tambahnya lagi.

 

Kepedulian itu terungkap saat persiapan acara pernikahan. Ketika  technical meeting , Nurul Atik,  owner Rocket Convention Hall (RCH) hadir dan menjelaskan bahwa pihaknya selalu sigap mengelola sampah dan menururkan bahwa dalam waktu 1 hingga 2 jam setelah acara, venue harus bersih.

 

‘Peringatan’ itu pun disampaikan kepada pihak katering yang bekerja sama dengan RCH dalam acara itu. ‘’Katering harus siap mengelola sampahnya. Sampah sisa makanan harus dibawa keluar sendiri dari RCH,’’ pungkas Erwan menirukan Nurul.  (*)

Tags :
Kategori :

Terkait