Haul Abah Yat, Momentum Kenang Perjuangan Laskar Hizbullah

Jumat 12-01-2024,18:53 WIB
Editor : Elsa Fifajanti

Mojokerto, mojokerto.disway.id - Puncak peringatan Haul ke-33 KH Achyat Halimy atau yang lebih dikenal Abah Yat digelar di Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin pada Kamis (11/1/2024), malam.

  Peringatan ini sekaligus menjadi momentum untuk mengenang perjuangan sosok ulama serta pejuang kemerdekaan asli Kota Mojokerto.


“Kita harus turut bangga dan tidak boleh lupa sejarah. Karena Abah Yat adalah kiai kharismatik pendiri Laskar Hizbullah, yang berjasa besar dalam perjuangan melawan tentara sekutu yang akan kembali menjajah, termasuk ikut dalam peristiwa 10 November di Surabaya,” ujar Pj Wali kota Moh. Ali Kuncoro yang juga turut hadir dalam peringatan haul..


Mas PJ.Wali Kota dengan paratokoh agama menghadiri haul ke 33 Aba Yat-Foto : Kominfo Kota Mojokerto-


Perlu diketahui, sosok yang lahir tahun 1918 dari pasangan Hj Marfu’ah dan H Abdul Halim ini adalah murid dari Pendiri NU, KH M. Hasyim Asy’ari, yang juga pendiri Pesantren Tebuireng, Jombang.

  Dalam buku berjudul “Berjuang Tanpa Akhir-KH Ahyat Halimy” yang ditulis Yazid Qohar, disebutkan jika beliau adalah sosok santri yang cerdas dan disiplin.


Salah satu titik balik keterlibatan Abah Yat dalam pergerakan salah satunya ditandai dengan pendirian Ansoru Nahdlatoel Oelama (ANO), yang sekarang bernama Gerakan Pemuda (GP) Ansor.

 

Bersama teman-temannya antara lain M Thoyib, M Thohir, Sholeh Rusman, Aslan, Mansur Solikhi dan Munasir, Abah Yat mendirikan organisasi kepemudaan itu di tahun 1940.

Abah Yat mendapat amanah menjadi Ketua GP Ansor masa khidmah 1940 hingga1942. Di tahun berikutnya, tentara Jepang masuk ke Mojokerto.

 

Bersama Mansur Solikhi, Abah Yat mulai menggalang gerakan GP Ansor untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan Jepang yang terang-terangan menindas rakyat.


Pergolakan yang tak kunjung berakhir, membuat Abah Yat bersama KH Suhud, Ahmad Yatim dan Mulyadi membentuk Laskar Hizbullah.

 

Seluruh anggota GP Ansor digerakkan untuk masuk ke Laskar Hizbullah. Dalam kurun satu bulan Laskar Hizbullah Mojokerto berhasil membentuk dua batalyon.


Perlawanan terus dilakukan oleh Laskar Hizbullah. Hingga puncaknya, saat resolusi jihad telah dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari 10 November 1945, seluruh personil Laskar Hizbullah Mojokerto berangkat ke Surabaya untuk ikut berperang melawan pasukan Hindia Belanda, demi mempertahankan kemerdekaan RI.

Pasca perang mereda, kontribusi Abah Yat tidak lantas putus. Abah Yat melanjutkan perjuangannya dalam bidang pendidikan, yakni melalui pondok pesantren Sabilul Muttaqin, serta bidang kesehatan dengan melopori berdirinya Rumah Sakit Sakinah.


“Dari sosok Abah Yat kita belajar, semangat perjuangan, ikut membela bangsa telah dimiliki sejak muda.

 

Motivasi ini sangat relevan untuk hari ini, dimana saya harapkan para pemuda juga ikut andil dalam berbagai pembangunan di Kota Mojokerto, sesuai peran masing-masing,” pungkas sosok yang akrab disapa Mas PJ ini.(*)

 

Kategori :