Mojokerto, mojokerto.disway.id - Slamet, Ketua Komunitas Organik Brenjonk, masuk nominasi penerima Kalpataru. Aktivis lingkungan yang merintis komunitas organik sejak tahun 2007 itu masuk nominasi penerima Kalpataru kategori perintis. Dari komunitas organik itulah Slamet dan teman-teman di kelompoknya merintis laboratorium agen kehati yang telah memproduksi 9 mikroba. Mikroba tersebut untuk ekosistem dan siklus biologi tanah. Slamet menyebutkan, pihaknya diminta mengirim proposal untuk penilaian Kalpataru tersebut. Dalam proposalnya, dia menguraikan berbagai kegiatan Komunitas Organik Brenjonk dari awal sampai berbagai prestasinyang dicapai.
Kampung organik Brenjonk di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto-- Di Komunitas Organik Brenjonk, Slamet sudah melatih dan mendampingi 109 peserta kader organik. Para kader itu tersebar di 5 desa, termasuk Desa Penanggungan, di Kecamatan Trawas. ‘’Anggotanya sebagian besar perempuan, dan sebagian ada yang laki-laki. Semuanya aktif melakukan aktivitas penanaman organik,’’ katanya, Senin, 25/3/24. Slamet menuturkan, sampai saat ini lahan yang sudah bersertifikadi organik sudah seluas 18 hektare. Dari jumlah itu, yang 8 hektare berupa lahan pekarangan rumah.
Kuliner Sawah dengan menu organik hasil panen sawah di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas-Komunitas Organik Brenjonk for Disway Mojokerto- ‘’Ada yang menggunakan model green house di lahan pekarangannya, ada juga yang ditanam di pot dan pekarangan tanpa penutup,’’ tambahnya. Sedangkan yang 10 hektare lahan berupa area klaster dan padi organik. ‘’Di tahap awal, fokus kegiatan adalah optimalisasi pekarangan dengan inovasi rumah sayir organik skala keluarga,’’ tuturnya. Setelah berupaya dan bekerka keras di bidang penanaman dan pengolahan organik, Slamet dan Komunitas Brenjonk menerapkan SNI sistim pangan organik. Dan setelah 11 tahun berkecimpung di bidang tanam organik, pihaknya berhasil melakukan sertifikasi organik. Dari hasil bercocok tanam organik, Brenjonk berhasil bekerjasma dengan 10 mitra kerja di Surabaya. ‘’Kami kirim produk organik setiap Senin dan Kamis,’’ sahutnya. Salah satu hasil yang diraih dalam pemberdayaan dengan sistim organik tersebut, pada 2014 Slamet mendapatkan penghargaan Pro Poor Award dari Pemprov Jatim. Hal itu karena dengan kegiatan tersebut Komunitas Brenjonk bisa meningkatkan penghasilan anggotanya sebesar Rp 500 ribu/bulan.
Salah satu lokasi eduwisata yang dikembangkan Brenjonk di Desa Penanggungan bekerjasama dengan BUMDES Penanggungan, Kecamatan Trawas-Andung - Disway Mojokerto- Selama ini, Komunitas Brenjonk juga aktif di edukasi organik dan mentoring berbagai komunitas organik. ‘’Kami terus kampanye organik dan sudah meluas ke berbagai daerah di Jawa Timur,’’ sahutnya. Brenjonk bahkan sering menerima kunjungan wisata dari pelajar, mulai TK sampai perguruan tinggi. Bahkan tak jarang pula mahasiswa luar negeri yang ikut pertukaran pelajar juga melakukan study di Brenjonk. Saat ini sudah sangat banyak kemajuan yang dicapai Komunitas Brenjonk. Selain membuat eduwisata kuliner organik di tengah sawah Kuliner Sawah (Kuwah), Slamet juga aktif di Kelompok Tani Hutan di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas. (*)