Slamet, Aktivis Lingkungan Mojokerto Penerima Penghargaan Nominator Kalpataru 2024

Rabu 19-06-2024,12:37 WIB
Reporter : Fio Atmaja
Editor : Elsa Fifajanti

BACA JUGA:Peringati Hari Lingkungan Hidup se Dunia, DLH Kota Mojokerto Lakukan Aksi di TPA Randegan

Memiliki 10 mitra kerja di Surabaya dan sudah eksis selama kurang lebih 13 tahun, kirim produk setiap hari Senin dan Kamis. Pada tahun 2014 telah mendapat  penghargaan karya penanggulangan kemiskinan (Pro Poor Award) Provinsi Jawa Timur. 

Prestasi ini diperoleh karena dengan aktifitas tersebut bisa meningkatkan pendapatan keluarga rata-rata Rp  500.000 per bulan. Komunitas ini telah memiliki sertifikasi organik dan lisensi halal. Setidaknya 126 item yang sudah dan tengah dalam proses sertifikasi halal. Hal ini cukup membantu untuk branding produknya.

Selain itu, Komunitas Brenjonk ini juga mengurus segala proses mulai dari hulu sampai hilir. Kualitas pengolahan pertanian secara organik, produk hasil pertanian organik, pasca panen, hingga pasar yakni di salah satu supermarket di Surabaya.

"Kami urus hulu hilir. Produksinya, budidayanya, pasca panennya, marketnya, dan sertifikasinya itu kami urus semua. kami sudah kontrak itu, kira-kira sudah jalan 12 tahun, setiap Senin dan Kamis sudah panen," ungkapnya.

BACA JUGA:Aktivis Lingkungan Desak Pemerintah Australia dan Jepang Berhenti Kirim Sampah ke Indonesia

Selain aktif dalam pertanian organik, Slamet juga berkontribusi dalam kehutanan. Gundulnya hutan pada tahun 2002 akibat penjarahan massal hingga mengakibatkan hutan seluas 222 hekater di Dusun Ngembes gundul total mengakibatkan hama tikus meledak karena tidak ada persembunyian lagi. 

"Karena melihat kondisi tersebut akhirnya saya memutuskan bersama beberapa warga membentuk kelompok Forum Perjuangan Rakyat Trawas (Foras) berisi 300 pesanggem melakukan penolakan terhadap tanaman produksi," ucapnya. 

Komitmen dibidang Pelestarian Hutan dan Ekonomi Pesanggem

Gundulnya hutan milik Perhutani di wilayah Kabupaten Mojokerto tahun 2002 akibat maraknya penebangan liar membuat masyarakat tergabung dalam FORAS terus bergerak untuk memperjuangkan kelestarian hutan beserta kebermanfaatannya bagi masyarakat sekitar hutan.

BACA JUGA:Keren!!! Ini Kertas Ramah Lingkungan Produksi PT Tjiwi Kimia Tbk

Saat itu, pohon-pohon di Desa Penanggungan banyak yang digunduli. Foras ingin mereboisasi hutan supaya bisa menopang keberlangsungan hidup masyarakat. Foras tidak ingin hutan gundul karena penebangan pohon.

“Sayangnya, pihak Perhutani bersikeras menanam bibit kayu untuk ditebang di kemudian hari. Oleh karena itu, Foras mengambil jalannya sendiri untuk melestarikan lingkungan dengan melakukakan aksi pembibitan tanaman konservasi seperti Seperti pohon kemiri, kluwek, nangka, durian, pete, singkong, dan tanaman agro yang lain,” terangnya. 


Kondisi hutan milik Perhutani saat ini menghijau dengan tanaman agroforestri. Seperti pohon kemiri, kluwek, nangka, durian, pete, singkong, dan tanaman agro yang lain.-Foto : Slamet for Disway Mojokerto-

Seiring berjalannya waktu, Foras terbagi dalam beberapa sektor. Ada berjuang di sektor pertanian organik dengan mendirikan Brenjonk 2007. Kemudian di sektor kehutanan, pada tahun 2018, mereka membentuk Kelompok Tani Hutan Aman, Lestari, Adil, Sejahtera (KTH Alas). 

Pada tahun 2019, mereka mendapat hak mengelola lahan seluas 114 hektar dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Pada tahun 2023, hak tersebut diperbarui menjadi persetujuan pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm).

Kategori :