Oleh: Islah Aurellia Nurhamidah *)
KH Agus Salim adalah seorang pahlawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Dia juga dikenal sebagai bapak pandu Indonesia. KH Agus Salim ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia pada 27 Desember 1961.
Masa Kecil
Lahir pada 8 Oktober 1884 di Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat dengan nama Masjhoedoelhaq. Masa Kecil Agus Salim dipanggil Masihud al-Haq yang artinya pembela kebenaran.
Agus Salim merupakan anak ke-5 dari 15 bersaudara dari pasangan Engko Sutan Muhammad Salim dan Siti Zainab. Kakeknya, Abdul Rahman d Rangkayo Basa, adalah seorang jaksa di Padang.
Ketika Agus Salim berumur 6 tahun, ia bersekolah di ELS (Europische Lager School), sekolah yang mirip dengan sekolah dasar masa kini. ELS merupakan sekolah untuk anak-anak keturunan Eropa. Bahasa sehari-hari di sekolah adalah bahasa Belanda.
KH Agus Salim-PWMU.co-
Agus Salim bukan keturunan Inggris. Namun, penunjukan ayahnya sebagai advokat senior di Pengadilan Tinggi Daerah Riau membuat Agus Salim bisa kuliah di ELS. Agus Salim adalah anak yang cerdas.
BACA JUGA:Mewarnai Batik Terpanjang dengan Peserta Terbanyak di Kota Mojokerto Sukses Pecahkan Rekor Muri
Setelah lulus dari ELS pada tahun 1898, ia melanjutkan pendidikannya di Batavia, Agus Salim bersekolah di HBS (Hoger Berger School) di Batavia (sekarang Jakarta). Agus Salim adalah seorang polyglot, orang yang mampu berbicara dalam berbagai bahasa. Dia menguasai tujuh bahasa, yaitu bahasa Belanda, Inggris. Jerman. Perancis, Arab, Turki, dan Jepang selain bahasa Indonesia
Dunia Jurnalistik, Politik, dan Diplomasi
Banyak pengalaman menarik yang dialami oleh Agus Salim selama bekerja di surat kabar Fadjar Asia. Agus Salim sering turun ke lapangan untuk mendapatkan secara langsung bahan berital yang akan ditulisnya.
Dia pernah memasuki pedalaman-pedalaman di Jawa. Sumatera, Kalimantan. Dia juga menyaksikan kesengsaraan yang diderita masyarakat akibat berbagai peraturan dan ketentuan pemerintah Hindia Belanda yang memeras harta mereka hanya untuk kepentingan pihak kolonial semata.
Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan kuli kontrak dengan memberikan bayaran yang sangat kecil (poenale sanctie) dan tanah rakyat disewakan kepada pengusaha Eropa dalam jangka panjang (erfpacht). Pada akhir kekuasaan Jepang di Indonesia pada 22 Juni 1945, H Agus Salim turut merancang Piagam Jakarta.
BACA JUGA:Palang Pintu Perlintasan Kereta Api Damarsi Mojokerto Resmi Beroperasi
Piagam Jakarta adalah hasil kompromi tentang dasar negara Indonesia yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan dan disetujui antara pihak Islam dan kaum kebangsaan (nasionalis). Agus Salim juga pernah menjadi anggota Panitia Perancang UUD 1945.
Bersama dengan Djajadiningrat dan Soepomo, ia menjadi penghalus bahasa dalam penyusunan batang tubuh UUD 1945. Setelah Indonesia merdeka, ia diangkat oleh Menteri Luar Negeri Soebardjo sebagai penasihat pribadinya sejak bulan Oktober 1945-Maret 1946.
Lalu menjadi Menteri Muda Luar Negeri pada Kabinet Syahrir Il tahun 1946 dan Kabinet Syahrir III tahun 1947. Agus Salim juga menjadi Menteri Luar Negeri pada Kabinet Amir Sjarifuddin tahun 1947-1950.
Pada Kabinet Hatta tahun 1948-1949, H Agus Salim menjadi Menteri Luar Negeri, serta menjadi Menteri Luar Negeri pada masa Kabinet Presidentil. Karena pengetahuan dan kepiawaiannya dalam berdiplomasi. Agus Salim dipercaya dalam berbagai misi diplomatik di luar negeri dalam rangka memperkenalkan negara baru, Republik Indonesia.
BACA JUGA:Kolaborasikan Inovasi dan Tradisi, Batik Mojokerto Kian Melesat ke Panggung Nasional
Di kancah internasional, H Agus Salim menghadiri Inter Asian Relation Conference di New Delhi, India, sebagai wakil RI pada 1947. Diplomasinya kemudian dilanjutkan ke Timur Tengah.
Salah satu upaya diplomasi yang la lakukan adalah adanya pengakuan negara-negara Arab atas kemerdekaan Indonesia dan ditanda tanganinya pengakuan kedaulatan dan perjanjian persahabatan dengan Mesir pada 1947. Melalui desakan Ikhwanul Muslimin yang dipimpin Hasan al-Banna, Mesir tercatat sebagai negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia.
Selain Mesir, negara lainnya. adalah Syiria dan Libanon. Sejak masuknya H Agus Salim ke dalam dunia diplomasi, banyak undangan yang la hadiri. Agus Salim yang berpeci, bertubuh pendek, berjanggut putih, dan berkumis melintang ini, memang salah seorang yang terkenal dengan kelucuannya.
la memiliki banyak sebutan yang diberikan untuknya. Kelompok politikus menjulukinya ‘siasi mumtaz’ yang artinya politikus istimewa. Haji Agus Salim pernah menjadi dosen tamu di Universitas Cornell dan Universitas Princenton, Amerika Serikat, la diundang ke Comell karena pengetahuannya yang luas tentang Islam.
BACA JUGA:JAMIN Gelar Doa Bersama Ratusan Warga Kota, Tegaskan Bukan Calon Boneka
Dalam kuliahnya, Agus Salim berbicara mengenai pentingnya modernitas Islam dan pemahaman jihad yang bukan semata-mata perjuangan fisik. Jihad berarti kerja keras untuk membela kebenaran, bukan menyerang atau agresi.
Agus Salim juga menganjurkan agar masyarakat selalu mengikuti Al-Quran dan Sunnah Rasul. Dia menekankan perlunya pemberdayaan masyarakat melalui gerakan-gerakan swadaya masyarakat.
Tutup Usia
Sepulangnya dari Amerika, la merayakan ulang tahunnya yang ke- 70 pada 8 Oktober 1954. Sebulan setelah merayakan ulang tahunnya, tanggal 4 November 1954. Agus Salim meninggal dunia di RSU Jakarta karena sesak napas dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.
Semasa hidupnya, H Agus Salim tidak pernah mendapatkan tanda jasa. la berjuang semata-mata untuk mendapatkan ridho Allah demi tegaknya Republik Indonesia dan martabat umat Islam.
Pada 17 Agustus 1960, Almarhum Agus Salim mendapat Bintang Mahaputera Ri. Pada 20 Mei 1961, Almarhum dianugerahi Satyalencanal Peringatan Perjuangan. Kemerdekaan. Pada 27 Desember 1961 Almarhum Agus Salim ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden RI. No. 657 Tahun 1961.
*) Penulis adalah mahasiswa Universitas Airlangga