Mojokerto, Diswaymojokerto.id – Karena mangajarkan dan menerapkan budaya Jawa dan Bahasa Jawa kepada anak sejak Pendidikan usia dini (PAUD), Dr Sutik, S.Pd, M.Pd, Kepala TK Al Amin, Pacet, Kabupaten Mojokerto, meraih juara 1 Jambore untuk Guru TK Dedikatif – Kepala TK tingkat Jawa Timur. Dia mendapat piagam penghargaan untuk Peringkat 1 GTK Deduktif – Kepala TK dalam Jambore GTK Hebat 2024 Provinsi Jawa Timur Tahun 2024 yang diselenggarakan BBGP (Balai Besar Guru Penggerak) Provinsi Jawa Timur.
Menurut Sutik, keinginannya menerapkan Budaya dan Bahasa Jawa berawal dari keprihatinannya pada anak didik yang sudah tidak berbahasa Jawa. Padahal lingkungannya berada di dusun yang termasuk pelosok Desa Pacet, dan jumlah anak-anaknya tidak terlalu banyak. ‘’Jangan anak-anak, yang dewasa saja sudah jarang yang menggunakan Bahasa Jawa,’’ katanya.
Dr Sutik, S.Pd, M.Pd melatih anak-anak bermain dakon pada saat menerapkan Budaya dan Bahasa Jawa di TK Al Amin, di Dusun Pacet Selatan, Desa Pacet, Kecamatan Pacet-dok Sutik for Disway Mojokerto-
Karena itu, dia pun lalu secara bertahap menerapkan penggunaan Bahasa Jawa di TK Al Amin, di Dusun Pacet Kidul, Desa Pacet, Kecamatan Pacet. Tidak itu saja, pada hari-hari tertentu dia juga mewajibkan siswa dan guru mengenakan pakaian adat Jawa dan menggunakan Bahasa Jawa untuk berkomunikasi.
‘’Memang pada awalnya juga masih banyak yang ‘kecolongan’ menggunakan bahasa non Jawa dalam komunikasi. Alhamdulillah, sekarang sudah lancar menggunakan Bahasa Jawa,’’ katanya.
BACA JUGA:JPU Belum Siap, Sidang Tuntutan Polwan Polres Mojokerto Kota Bakar Suami Hingga Meninggal Ditunda
Disebutkan, mengajarkan dan menarapkan Budaya Jawa sejak usia dini lebuh mudah dan akan sangat berpengaruh pada tindakan dan tingkah laku anak-anak. ‘’Saat ini anak lebih banyak terpengaruh gawai. Penerapan Budaya Jawa ini sedikit banyak mulai mengalihkan perhatian anak-anak usia dini dari gawai,’’ tuturnya.
Dengan pengenalan dan penerapan Budaya Jawa di sekolah, anak-anak tidak hanya mengenal, namun juga mulai menerapkan dalam komunikasi dan pergaulannya, terutama di sekolah. ‘’Kalau di sekolah, pada hari tertentu, anak-anak harus menggunakan Bahasa Jawa. Kalau sesame anak atau sebaya, bisa menggunakan Bahasa Jawa Ngoko (kasar-bahasa pergaulan), kalau berbicara dengan orang yang lebih tua harus menggunakan bahasa krama (lebih halus),’’ sahutnya.
Anak-anak berbaju adat Jawa di sekolah saat penerapan Budaya dan Bahasa Jawa di TK Al Amin-dok Sutik for Disway Mojokerto-
Tidak itu saja, selain berbahasa Jawa, pada hari-hari yang sudah ditentukan, permainan lokal juga dibiasakan pada anak-anak, seperti ‘dakon’, dan permainan lainnya. ‘’Harapannya, anak-anak pada usia dini lebih mudah bersosialiasai dengan teman-temannya menggunakan Bahasa dan Budaya Jawa. Yang laki-laki mengenakan beskap, yang perempuan mengenakan pakaian Jawa (kain Panjang, dan baju tradisional Jawa),’’ sahutnya.
Begitu juga dengan guru-gurunya harus mengenakan busana adat Jawa. ‘’Pakaian adat Jawa dan berbahasa Jawa,’’ paparnya.
BACA JUGA:Kasus ASN Digrebek Suami di Mojokerto Terus Bergulir dan Segera Diadili
Dengan penarapan Budaya dan Bahasa Jawa sejak usia dini itulah, istri Moh Mukhiddin, pengasuh pondok anak yatim dan terlantar di Villa Doa Durian, di Desa Kembangbelor, Kecamatan Pacet, itu berhasil meraih juara 1 tingkat Provinsi Jawa Timur pada Jambore GTK Hebat 2024. Dia satu-satunya peserta yang membawa materi penerapan Budaya Jawa pada anak usia dini.
Saat ini, Sutik sedang melanjutkan penilaian di tingkat nasional. Dia berharap, penerapan Budaya dan Bahasa Jawa pada usia dini bisa menginisiasi pendidikan dini di semua daerah. Karena penguasaan budaya dan Bahasa daerah sangat penting, baik untuk pergaulan maupun pengetahuan.