“Sebab pertanian organik tidak bisa menghasilkan pendapatan secara instan. Selain itu, panen juga tidak langsung dalam jumlah besar,” terang lulusan sastra Inggris Unesa ini.
Sejak 2015 dalam menjual hasil panennya, Maya enggan hanya mengandalkan reseller, ataupun tengkulak seperti petani pada umumnya. “Kami menolak mengikuti pasar mainstream untuk menjual produk pertanian organik,” ungkapnya.
Pengunjung bisa ikut belajar cara bercocok tanam sayur organik-Fio Atmaja-
Setiap pekan mereka bisa panen 3 kali. Setiap panen mereka mengirim produk 20-30 Kg kepada para konsumen. “Pendapatan sekali kirim Rp 1,5-2 juta, anggaplah Rp 5-7 juta per minggu,” tandasnya.
Kini Twelve’s Organic mempunyai 300 pelanggan rumah tangga, 4 toko organik dan 3 reseller. Ratusan konsumen pertanian organik itu tersebar di Malang, Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Situbondo, Jakarta, Tangerang dan Bogor.
Twelve’s Organic juga membuka garden fresh market di Dusun Claket. Komunitas petani organik ini melayani tamu yang ingin belajar dan merasakan langsung bertani secara organik dari proses tanam sampai panen. (*)