Mojokerto, Mojokerto.disway.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto kembali menetapkan status tanggap darurat kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan (Karhutla) melalui keputusan Bupati 1 November - 20 Desember 2023.
Letak geografis Kabupaten Mojokerto diapit tiga gunung, seperti Gunung Penanggungan, Welirang, dan Anjasmaro tak menutup kemungkinan saat musim kemarau tiga gunung tersebut sering kali mengalami kebakaran.
BPBD Kabupaten Mojokerto mencatat, sedikitnya 190 insiden kebakaran dilaporkan terjadi sejak Januari hingga pertengahan Oktober. Meningkatnya peristiwa kebakaran belakangan ini salah satunya didukung faktor cuaca di tengah kemarau panjang.
Ratusan peristiwa kebakaran yang terjadi tersebut mulai dari kebakaran rumah, tempat usaha, kandang ternak, lahan dan hutan hingga pabrik.
Terjadinya kebakaran terus meningkat sejak memasuki musim kemarau. Sejak Juni dan bulan sebelumnya, insiden kebakaran di bawah angka 15 setiap bulan. Namun melonjak dua kali lipat saat memasuki Agustus dengan 36 peristiwa, dan 50 kejadian kebakaran pada September lalu serta 60 kebakaran dilaporkan terjadi hingga akhir Oktober. Kebakaran terjadi di Mojosari 29 Oktober 2023 menewaskan satu orang
Tertinggi pada 17 Oktober lalu. Petugas Damkar BPBD menerima 8 laporan kebakaran dalam sehari.
"Dari ratusan peristiwa yang terdata sejauh ini, mayoritas kebakaran lahan. Sekitar 30-40 persen. Secara keseluruhan kemungkinan tahun ini ada peningkatan. Karena tahun lalu kita mengalami kemarau basah," ucap Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD kabupaten Mojokerto, Abdul Khakim, Rabu (1/11/2023).
Kebakaran punya dampak yang luas. Selain menimbulkan kerugian materi juga korban luka dan jiwa. Seperti kebakaran pabrik tisu PT Sun Paper Source di Desa Sukoanyar, Kecamatan Ngoro, 12 Oktober lalu. Yang menewaskan seorang karyawan dan satu security terluka saat memadamkan api.
Selain itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dimungkinkan merusak lingkungan.
’’Total kerugian materi dari periode (Januari-Oktober) ini bisa sampai miliar rupiah. Apalagi ada kebakaran pabrik. Tapi kami belum tahu pasti nominalnya karena ini tupoksi kepolisian,’’ beber Khakim.
Dampak iklim ekstrem Juli-Oktober 2023 ini disebut kekeringan dan krisis air. Sebanyak tiga desa Di Kabupaten Mojokerto mengalami krisis air bersih, adapun tiga daerah di Kabupaten Mojokerto masih mengalami kekeringan yakni, Desa Kunjorowei, Desa Manduro Manggung Gajah di Ngoro, dan Desa Duyung, Trawas.
Tiga desa tersebut di suplai 500 tangki air bersih oleh Pemerintah melalui BPBD Kabupaten Mojokerto menggunakan anggaran Bantuan Tidak Tetap (BTT) tahap pertama. Setiap tangki memiliki kapasitas 4 ribu liter. Adapun rincian detailnya yakni, empat tangki air bersih disalurkan ke Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, untuk membantu sekitar 1.635 jiwa terdampak.
Sementara masing-masing tiga tangki air bersih dialokasikan ke Desa Manduromanggunggajah,Kecamatan Ngoro, terdampak sekitar 2.142 jiwa, dan Dusun/Desa Duyung, Kecamatan Trawas, terdampak 831 jiwa dari 277 KK.
Khakim menambahkan bahwa penyaluran bantuan air bersih telah dimulai sejak Rabu 6 September 2023 bulan lalu.
"Bantuan ini dilakukan melalui Anggaran Bantuan Tidak Terduga (BTT) untuk membantu warga terdampak krisis air bersih. Proses penyaluran bantuan air bersih ini dijadwalkan akan berlangsung hingga 25 Oktober 2023," imbuhnya.
Sebelumnya Pemkab telah melakukan dropping air bersih dengan menggunakan APBD namun karena status tanggap darurat kekeringan, Pemkab Mojokerto melalui BPBD kabupaten Mojokerto menyalurkan bantuan air bersih sejak 6 September - 25 Oktober 2023.
"Setelah habis, saat ini tiga desa sudah mengajukan lagi dan masih kami proses untuk dropping air bersih menggunakan anggaran BTT," tandasnya.(*)