Tim Pencarian Peninggalan Majapahit Gunakan Teknologi LiDAR dan Georadar di KCBN Trowulan
Situs Bhre Kahuripan yang berada di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Trowulan. -Foto : Fio Atmaja-
Mojokerto, Diswaymojokerto.id - Upaya pencarian peninggalan Kerajaan Majapahit di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Trowulan kini memanfaatkan teknologi pemetaan modern, yakni Light Detection and Ranging (LiDAR) serta Georadar. Pencarian menggunakan alat modern tersebut saat ini sudah mendapatkan datanya, dan tinggal menunggu detailnya.
Teknologi tersebut memungkinkan pendeteksian struktur bawah tanah tanpa perlu melakukan penggalian awal. Teknologi ini diharapkan mampu mengungkap jejak peninggalan yang selama ini belum terungkap di area KCBN kurang lebih seluas lebih dari 13 ribu hektare.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI, Endah Budi Heryani mengungkapkan, proses pemindaian telah dilakukan dan hasil awalnya sudah diterima. Namun, pihaknya masih menunggu pemetaan detail untuk memastikan temuan yang lebih akurat.
“Perkembangan pencarian menggunakan LiDAR kemarin baru dapat datanya, tapi detailnya belum. Kemungkinan satu bulan lagi,” ujarnya, Selasa, 4 November 2025.
Ia mengatakan, Kementerian Kebudayaan RI telah memberikan arahan terkait pemanfaatan hasil pemindaian LiDAR.
“Seluruh area KCBN sudah dipetakan selama lima hari. Saat ini kami menunggu hasil data untuk kemudian dianalisis dan ditindaklanjuti,” jelasnnya.

Upaya pencarian peninggalan Kerajaan Majapahit di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Trowulan kini memanfaatkan teknologi pemetaan modern, yakni Light Detection and Ranging (LiDAR) serta Georadar. -Foto : Fio Atmaja-
Menurutnya, Kementerian Kebudayaan RI juga menggandeng Dewan Pimpinan Umat Buddha Indonesia (Walubi) melalui program CSR untuk mendukung riset di Trowulan.
“Sejauh ini belum ada temuan langsung karena data LiDAR masih harus diolah lebih lanjut agar bisa diinterpretasikan,” ujarnya.
Selain LiDAR, tim dari ITS telah melakukan uji coba teknologi Geolistrik, Georadar, dan Geomagnet di tiga situs, yakni Candi Bajang Ratu, Klinterejo, dan Sentonorejo.
"Dari uji coba tersebut ditemukan sejumlah anomali di bawah tanah yang berpotensi menunjukkan adanya struktur tersembunyi. Kami tinggal menindaklanjuti hasil tersebut," tambahnya.
BACA JUGA:Jangan Mengaku Pendaki Tulen Jika Belum Menaklukan 5 Destinasi Pendakian di Mojokerto ini
BACA JUGA:Selama Oktober 2025, Emas Perhiasan Sebabkan Indeks Fluktuasi Harga di Mojokerto Naik
Sementara itu, Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon menegaskan, penggunaan teknologi ini akan menjadi dasar dalam pemetaan serta pengambilan kebijakan.
Sumber:




