Jembatan Pagerluyung Mojokerto, Akses Vital Antarwilayah yang Berusia Hampir Satu Abad
Jembatan Pagerluyung Mojokerto -Foto : Fio Atmaja-
Mojokerto, Diswaymojokerto.id - Jembatan Pagerluyung yang melintasi Sungai Brantas masih menjadi jalur vital penghubung antardaerah di Mojokerto dan Jombang.
Meski dibangun pada era kolonial Belanda dan awalnya difungsikan sebagai jalur lori pengangkut tebu, hingga kini jembatan tersebut tetap menjadi akses utama warga dan jalur transportasi Pabrik Gula (PG) Gempolkrep.
Jembatan yang berada di perbatasan Kecamatan Sooko, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, dan Kota Mojokerto serta Kesamben Jombang itu setiap hari dilintasi ratusan kendaraan, baik milik warga maupun angkutan tebu.
Lebarnya yang terbatas tidak mengurangi peran strategisnya sebagai penghubung sisi utara dan selatan Sungai Brantas.
Sejarawan Mojokerto, Ayuhanafiq, menyebut jembatan ini dibangun pada 1938 oleh PG Gempolkrep. Saat itu, jembatan hanya diperuntukkan bagi jalur lori demi mempercepat pengiriman tebu dari wilayah Watudakon ke pabrik.
Jembatan Pagerluyung dilihat dari sisi bawah jembatan -Foto : Fio Atmaja-
“Awalnya tebu diangkut menggunakan cikar. Angkutan menggunakan tenaga sapi itu harus memutar lewat Jembatan Terusan. Jaraknya mencapai 10 kilometer sehingga biaya dan waktu tempuh menjadi tidak efisien,” ujarnya, Minggu, 16 November 2025.
Keberadaan jembatan ini menjadi solusi setelah Nederlandsche-Indische Suiker Unie (NISU) melakukan evaluasi efisiensi pasca-malaise 1930-an, yang menyebabkan banyak pabrik gula di Mojokerto tutup. Lahan tebu dari pabrik yang berhenti beroperasi, seperti PG Sumemgko dan PG Perning, kemudian dialihkan, termasuk sebagian kepada PG Gempolkrep.
BACA JUGA:3 Raperda yang Diajukan Pemkot Mojokerto (Eksekutif), Semuanya Bersifat Urgen Harus Dikawal
BACA JUGA:Kuota Haji Kabupaten Mojokerto 2026 Bakal Mengalami Kenaikan
Masalah jarak angkut yang terlalu jauh membuat PG Gempolkrep memutuskan membangun jalur lori baru lengkap dengan jembatan penghubung dan emplasemen tebu di wilayah Dulak. Investasi besar tersebut dianggap sebanding karena lori mampu mengangkut tebu lebih cepat dan dalam jumlah lebih banyak dibanding cikar.
Selain mempercepat distribusi tebu, Jembatan Pagerluyung juga meningkatkan mobilitas warga. Sebelum jembatan berdiri, masyarakat harus menggunakan perahu tambangan untuk menyeberang ke Kesamben atau wilayah sekitarnya.

Imbas kontruksi retak, saat ini Jembatan Pagerluyung di tutup sementara. -Foto : Fio Atmaja-
Secara konstruksi, jembatan ini tidak hanya melintasi Sungai Brantas, tetapi juga berfungsi sebagai fly-over di atas jalur raya Mojokerto–Ploso serta rel kereta api milik Staats Spoorwegen (SS). Karena itu, kekuatan beton yang digunakan harus mampu menahan beban berat dan benturan dari kendaraan besar.
Sumber:


