banner hari pahlawan 2024 TJiwi Kimia

Debat Capres -Cawapres, Debat dalam Kesetaraan

Debat Capres -Cawapres, Debat dalam Kesetaraan

Cahya Suryani-Dok Disway Mojokerto-

 

 

Apakah perdebatan harus setara? Esensi perdebatan sesungguhnya adalah adu ide dan gagasan dengan mengutamakan tujuan yang jelas. 

Dalam konteks perdebatan cawapres di tanah air, kemarin, bertujuan untuk memaparkan dan mempertahankan visi dan misi. Bukan tentang umur dan juga tingkat pendidikan.

Namun, sejak majunya salah satu cawapres muda karena adanya perubahan syarat pendaftaran, lini masa berisik, kicauan X, meme, bahkan hujatan kebencian seakan menjadi menu harian. Sempat redam beberapa saat, namun menjadi berisik lagi seusai debat cawapres hari minggu lalu.

Anak muda ini mendapat komentar, hujatan dan caci maki seakan dia tidak punya adab, nir etika, bahkan tidak tahu unggah ungguh. Tentu saja makian tersebut semakin menjadi karena perilaku yang ditunjukkannya saat debat kemarin.

Seakan hampir semua fyp di tiktok, trend di X, menghakimi anak muda tersebut. Hanya ada beberapa akun yang berani menyuarakan, membela “mungkin yang boleh tengil dan merendahkan hanya pasangan capres lain, ketika yang muda akan menuai hujatan”

Linimasa sekarang tidak sehat, apa harus terjadi perpecahan seperti proses lima tahun lalu? Ini hanya “pesta lima tahunan”, jangan sampai rusak pertemanan hanya karena itu.

Terlepas itu semua, saya ingin berbagi pandangan mengenai “psychology war“ atau perang psikologis. Perilaku yang perlihatkan oleh cawapres dalam debat kemarin menunjukkan perang psikologis. 

Bentuknya pun verbal berupa sindiran ataupun perilaku yang tampak seperti gesture clingak clinguk mencari jawaban. Dan itu hal yang lumrah untuk mengalihkan konsentrasi lawan.

Perang psikis memiliki target, yaitu reaksi psikologis dari manusia. Perang psikologis juga terjadi antara pendukung pasangan calon yang hadir lengkap dengan kostum dan yel-yel. 

Perang psikis ini memiliki titik serang berupa pikiran manusia dan respon emosi. Terlepas dari terpancing dan tidaknya peserta debat untuk terlibat dalam perang psikis, ternyata imbas dari debat tersebut mengena pada pendukung masing- masing calon.

Hingga melahirkan hujatan dan kebencian yang bisa jadi menjadi bumbu- bumbu perpecahan jika tidak berhasil dipadamkan.

Satu hal yang perlu kita pikirkan sebelum ikut terlibat dalam perang psikologis pesta lima tahunan, dalam perdebatan hal biasa menggunakan strategis emosional. Juga  perlu digarisbawahi, debat yang terjadi ini merupakan debat visi dan misi. 

Sumber:

b