banner hari pahlawan 2024 TJiwi Kimia

Sosialisasi Bank Sampah, Wehasta dan Aliansi Air juga Inisiasi Bikin Kompos

Sosialisasi Bank Sampah, Wehasta dan Aliansi Air juga Inisiasi Bikin Kompos

Sisyantoko menunjukkan tanaman yang bisa ditanam dalam pot potongan galon air dan mengunakan pupuk kompos-Fio Atmadja-

 

Mojokerto, mojokerto.disway.id - Wehasta dan Aliansi Air terus melakukan sosialisasi dan pembinaan mengenai lingkungan hidup. Kali ini sosialisasi dilakukan di lingkungan sekolah, tepatnya di SDN Temon, Trowulan, Mojokerto.

Sisyantoko, Direktur Wehasta - Wahana Edukasi Harapan Semesta - menyampaikan pentingnya semua pihak menjaga lingkungan. Terutama perilaku membuang sampah yang harus sangat diperhatikan. 

‘’Kebiasaan buruk kita, membuang sampah tidak pada tempatnya, justru makin merusak lingkungan. Apalagi kalau membuang sampah dan melempar begitu saja saat melewati jembatan yang di bawahnya ada aliran sungai,’’ katanya di hadapan Kepala SDN Temon, Dra Erna Dwikoraningrum, siswa, guru, paguyuban, anggota komite sekolah.

Menurut Cak Toko, panggilan akrabnya, membuang sampah di sungai sangat merusak lingkungan. ‘’Pertama, biasanya sampah rumah tangga yang tidak dipilah-pilah itu diwadahi kresek atau plastik. Ke dua, sampah yang tercampur jadi satu itu terdiri dari berbagai jenis sampah,’’ sahutnya. 

Nah, tambahnya, membuang sampah di sungai akan mengganggu kelangsungan hidup biota sungai. ‘’Ini lama-lama juga akan berpengaruh pada kehidupan kita. Air yang dicemari sampah juga akan mengganggu kehidupan kita,’’ tuturnya.

Karena itu, lanjutnya, akan lebih baik kalau sampah sudah dipilah sejak dari rumah. ‘’Sampah organik dipisah dengan sampah anorganik,’’ paparnya.

Sampah anorganik, nantinya harus dipilah juga. Mulai plastik, kulit, logam, atau yang lainnya. ‘’Semua sampah itu masih mempunyai nilai ekonomis kalau kita bisa memilah dan mengolahnya,’’ katanya.

Kemudian Cak Toko mengupas sedikit mengenai bank sampah. ‘’Kami nanti akan ambil atau beli sampah yang sudah dipilah,’’ tambahnya lagi.

Sementara itu, mengenai bank sampah, Muryanto dari TPS2R Trawas yang mengelola bank sampah, menjelaskan tentang jenis-jenis sampah anorganik yang bisa dibeli bank sampah. Bahkan limbah minyak goreng pun bisa ditampung.

‘’Kalau ibu-ibu usai menggoreng, jelantahnya jangan dibuang. Kami bisa membelinya. Kami ada kerjasama dengan perusahaan pengolah minyak jelantah menjadi minyak biodiesel,’’ katanya.

Jadi, tambahnya, limbah minyak goreng atau jelantah tidak akan digunakan lagi untuk memasak atau menggoreng. ‘’Karena kalau digunakan untuk menggoreng lagi justru akan menimbulkan masalah kesehatan,’’ tuturnya.

Muryanto yang akrab dipanggil Cak Ambon itu juga menjelaskan jenis-jenis sampah anorganik dan harga yang dipatok bank sampah. ‘’Jadi sampah yang sudah dipilah dan dikumpulka nanti akan kami beli. Sampah yang sudah dipilah terus dikumpulkan, kalau sudah banyak, kami akan datang mengambilnya,’’ ujarnya.

Selain bank sampah, Cak Ambon dan Cak Toko juga menjelaskan tentang pengolahan sampah organik. Mulai sampah daun atau tumbuh-tumbuhan sampai sampah dapur.

‘’Kalau halaman rumah memungkinkan bikin lobang akan lebih baik dibuatkan lobang, karena proses pengomposannya akan lebih alami,’’ katanya.

Kalau tidak memungkinkan, bisa dibuatkan komposter yang terbuat dari drum plastik atau pvc. Drum dipotong bagian dasarnya sehingga kalau dipasang, bagian dasar drum akan berupa tanah tempat drum tersebut dipasang. 

‘’Yang perlu diperhatikan, kondisi komposter jangan terlalu lembab. Kalau sudah diisi sampah dapur, untuk menjaga agar tidak lembab bisa diberi arang sekam,’’ jelasnya.

Setelah beberapa lama akan terbentuk pupuk kompos. ‘’Ini bisa digunakan untuk memupuk tanaman atau sayuran, baik yang ada di pot maupun langsung ditanam di tanah,’’ tambahnya lagi.

Pada kesempatan itu Cak Toko juga memperlihatkan tanaman yang dipupuk dengan pupuk kompos. ‘’Tanaman akan sehat karena semua unsur kebutuhan nutrisinya bs terpenuhi dari pupuk kompos,’’ sahutnya. 

Jadi halaman sekolah juga bisa dibuatkan lubang untuk komposter. ‘’Jadi sekolah juga menjadi agen pemelihara lingkungan yang baik karena banyak pihak bisa dilibatkan. Mulai dari siswa, guru, paguyuban, juga komite sekolah,’’ pungkasnya. (*)

 

Sumber:

b