ucapan pelantikan wali kota - bupati  - disway moj

Proyek Mewlafor Masuk Tahap II, Direktur PEPDAS Audiensi dengan Bupati Mojokerto

Proyek Mewlafor Masuk Tahap II, Direktur PEPDAS Audiensi dengan Bupati Mojokerto

Direktur PEPDA Kementerian Kehutanan, Nurul Iftitah, S.Hut, M.Si, bersama Tim Melwafor foto bersama Bupati Mojokerto Dr H Muhammad Al Barraa Lc, M.Hum, Sekda Kabupaten Mojokerto, Teguh Gunarko usai audiensi Proyek Mewlafor tahap II -dok Tim Mewlafor for Disway Mojokerto-

Mojokerto, Diswaymojokerto.id - Proyek Mewlafor (Maintaining Enhance Water Yield through Land and Forest Rehabilitation) atau mempertahankan peningkatan hasil air melalui rehabiltasi lahan dan hutan, memasuki tahap ke II. Fasilitator Proyek Mewlafor, Ir Sutisna, menyebutkan, tahap II berupa pembuatan sumur resapan dan biopori.

‘’Saat ini kami sedang membuat peta indikasi sumur resapan di lokasi-lokasi catchment area di desa-desa di wilayah atas Kabupaten Mojokerto,’’ katanya, Selasa, 18 Maret 2025.

Sumur resapan yang dibangun di wilayah atas Kabupaten Mojokerto diantaranya di wilayah Kecamatan Pacet Trawas, Gondang, Jatirejo. Dijelaskan, dalam Proyek Mewlafor akan dibangun 597 sumur resapan di wilayah catchment area atau daerah tangkapan air.


ProyekMewlafor memasuki tahap II dengan program membangun sumur resapan dan biopori. Untuk itu Direktur PEPDAS Kementrian Kehutanan bersama Tim Mewlafor melakukan audiensi dengan Bupati Mojokerto di smartroom Pemkab Mojokerto, Kamis. 13 Maret 2025-andung - disway mojokerto-

‘’Salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan volume resapan air yang bisa meningkatkan debit air di mata air atau air bawah tanah. Fungsi lain adalah menyimpan air langsung ke dalam tanah sehingga air tidak langsung mengalir di permukaan tanah,’’ tambahnya.

BACA JUGA:Siapkan Pengamanan Menjelang Lebaran, Polres Mojokerto Kota Gelar Ops Ketupat 2025

BACA JUGA:Wali Kota bersama Forkopimda Mojokerto Temukan Makanan Diduga Mengandung Boraks Saat Sidak di Swalayan

Pada tahap II ini, Direktur Prencanaan dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (PEPDAS) Brantas Sampean Kemenetrian Kehutanan, Nurul Iftitaah S.Hut, M.Si, pada Kamis, 13 Maret 2025 melakukan audiensi dengan Bupati Mojokerto, Dr. H. Muhammad Al Barra, Lc., M.Hum. Pada kesempatan itu, Nurul Iftitah menjelaskan garis besar Proyek Mewlafor sampai progres proyek tersebut di Kabupaten Mojokerto.

Disebutkan, sekitar 18.367 hektar lahan di wiayah sub DAS Brangkal, Sadar dan Porong, mengalami degradasi lahan. ‘’Penyebabnya, penggundulan hutan dan konversi lahan untuk pertanian tanpa konservasi sehingga mengurangi kapasitas tanah dalam menyerap air,’’ katanya.

Nurul juga menyebutkan, terjadi krisis air dan penurunan kualitas hidrologi yang disebabkan, antara lain, air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah. Ini menyebabkan menurunnya debit mata air dan kekeringan di musim kemarau,’’ tambahnya.


Bupati Mojokerto, Dr H Muhammad Al Barraa Lc, M.Hum menerima Direktur PEPDAS Kementrian Kehutanan bersama Tim Mewlafor dalam audiensi Proyek Mewlafor Tahap II-andung - disway mojokerto-

Selain itu, hilangnya vegetasi sehingga memperparah erosi tanah yang meningkatkan sedimentasi di sungai dan menurunkan kapasitas DAS Brantas menyimpan air. ‘’Limbah pertanian dan tanah yang tererosi mengandung nutrient berlebih, sehingga memicu eutrofikasi dan menurunkan kuaitas air sungai,’’ tuturnya.

BACA JUGA:Libur Lebaran, BPJS Komitmen Buka Akses Layanan Nonstop

BACA JUGA:Kereta Api Logawa hingga Gaya Baru Malam Selatan Jadi Favorit Pemudik di Stasiun Mojokerto

Nurul Iftitah juga menyebutkan, pengurangan tutupan hutan menyebabkan hujan deras berubah menjadi limpasan permukaan yang memicu banjir bandang dan tanah longsor di area hilir. Saat ini, tercatat sekitar 23 juta orang bergantung pada air dari DAS Brantas. Perusahaan dan masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan pasokan air yang stabil.

‘’Aliran Sungai Brantas melewati beberapa kabupaten dan kota. Dan wilayah DAS Brantas meliputi beberapa wilayah kabupaten,’’ paparnya.

Pada kesempatan itu  Bupati Mojokerto dr H Muhammad Al Barraa Lc, M.Hum, menyambut baik dan menyampaikan terimakasih. Disebutkan saat ini masalah air adalah masalah yang krusial karena menyangkut hajat hidup masyarakat. ‘’Manusia lebih bisa menahan lapar daripada kekurangan air. Dan di Kabupaten Mojokerto memang ada beberapa daerah yang saat ini juga kekurangan air bersih.

Gus Barra, sapaan akrab bupati, juga meminta Tim Mewlafor juga memberi perhatian kepada daerah-daerah di Mojokerto yang kekurangan air dan yang menjadi jangkauan Proyek Mewlafor. ‘’Semoga program ini berjalan lancar dan bisa mendukung keberadaan sumber air sehingga bisa membantu mengurangi masalah air di Kabupaten Mojokerto,’’ tuturnya.

BACA JUGA:Pendaftaran Beasiswa Indonesia Bangkit Kementerian Agama 2025 Segera Dibuka, Simak Syaratnya!

BACA JUGA:Wujudkan Program 100 Hari Kerja, Gus Barra Buka Bimbingan Teknis Pasca Bencana

Usai audiensi bersama bupati, Tim Mewlafor melakukan rapat terbatas dengan Aliansi Air mengenai Proyek Mewlafor yang saat ini memasuki tahap II. Dalam rapat dengan Aliansi Air di Smartroom Pemkab Mojokerto, diperoleh masukan mengenai pembuatan biopori di sekolah dan pembuatan sumur resapan di Kawasan tangkapan air.

Sumber:

b