Mojokerto, Diswaymojokerto.id – Gathering ke 3 Perusuh Disway selama 2 hari di 2 kota, Surabaya dan Mojokerto berlangsung seru. Apalagi di Mojokerto, ada kartunis Wahyu Kokkang yang juga datang dari Semarang khusus untuk mengikuti gathering Perusuh Disway.
Rombongan Perusuh Disway dari Surabaya tiba di DIC Farm di Gondang sekitar pukul 11.00. Sampai di DIC Farm, mereka melihat-lihat kebun organik yang berisi berbagai tanaman dan buah organik, dengan pemandangan rangkaian bukit di Pacet dan Gunung Welirang serta Arjuna di latar belakang.
Panitia Gathering Perusuh Disway di Mojokerto, Warijan, menyambut kedatangan para Perusuh Disway di DIC Farm. Staf bagian medsos Disway Mojokerto yang juga Dahlanis itu menyatakan gembira para Perusuh Disway bisa gathering di Mojokerto. ‘’Ini sebuah kehormatan tersendiri bagi kami di Mojokerto. Kami bersama ACI Ojol mengucapkan selamat datang di Bumi Majapahit,’’ katanya.
Wahyu Kokkang mengajak para Perusuh Disway pada Gathering ke 3 Perusuh Disway di hari ke 2 di Mojokerto-andung - disway mojokerto-
Warijan pun menjelaskan rangkaian acara yang sudah disiapkan di DIC Farm tersebut. ‘’Nanti makan siang sambil menikmati pemandangan persawahan dan gunung yang ada di sebelah selatan,’’ katanya.
BACA JUGA:Gathering ke 3 Perusuh Disway, Berawal di Surabaya Berakhir Mojokerto
Setelah itu akan ada acara bersama Wahyu Kokkang, kartunis dan karikaturis yang sengaja datang dari Semarang. ‘’Mas Kokkang, yang juga menulis buku dan menjadi pernah ditulis di catatan Dahlan Iskan, akan memberikan sesuatu. Kita tunggu nanti apa yang akan disampaikan Mas Kokkang,’’ tambah Warijan.
Usai makan siang, para perusuh kemudian diberi 4 lembar kertas putih dan sebuah spidol hitam. Tak lama kemudian Wahyu Kokkang yang berada di tengah para peserta gathering menjelaskan untuk apa kertas dan spidol yang dibagikan.
Sebelum menjelaskan tentang penggunaan kertas dan spidol, Wahyu Kokkang bercerita tentang lingkaran dan kehidupan. ‘’Kita semua mengetahui lingkaran. Dalam kehidupan kita selalu berkaitan dengan lingkaran. Bentuk kepala kita tidak kotak, tetapi berbentuk lingkaran,’’ katanya.
Wahyu Kokkan bersama Bagus Cahyono, Direktur ACI OJol saat Gathering ke 3 Perusuh Disway di DIC Farm, Gondang, Mojokerto. Kokkang dialog dengan Bagus tentang gambar wajah-dok ACI Ojol for Disway Mojokerto -
Begitu juga hidup kita, tambahnya. ‘’Hidup itu, menurut saya, bisa dikatakan seperti lingkaran. Kadang berada di bawah, kadang di atas. Ada juga yang bertahan di atas, ada yang bertahan di samping. Tetapi jarang ada yang mau bertahan di bawah,’’ sahutnya.
BACA JUGA:Polwan Mojokerto Bakar Suaminya Hingga Meninggal Dituntut 4 Tahun Penjara
Lebih jauh kemudian Wahyu Kokkang menjelaskan tentang menggambar atau memvisualisasikan apa yang ada di pikiran. ‘’Kalau kita terbiasa memvisualisasikan, atau kemampuan menggambar juga berpengaruh pada kemampuan setiap individu,’’ tuturnya.
Kokkang juga mengumpamakan tentang kebiasan dan kemampuan menggambar. ‘’Kita yang mempunyai anak kecil atau cucu, kalau dari kecil sudah terbiasa menggambar, dia akan mempunyai kelebihan disbanding anak lain yang kemampuan menggambarnya tidak sebaik dia,’’ sahutnya.
Kita bisa melihat kemampuan seseorang dari bagaimana dia menggambar. ‘’Ada orang yang bisa menjelaskan sesuatu hal dengan mudah dan gampang dipahami. Tapia da juga yang ‘mbulet’ aja caranya memberikan penjelasan,’’ paparnya, disambut tawa para perusuh.
Dahlan Iskan memberikan hadiah kripik tempe 'made in USA' kepada pemenang game gambar wajah pada gathering ke 3 Perusuh Disway hari ke 2 di DIC Farm, Gondang'-andung - disway mojokerto-
Usai memberikan penjelaskan tentang lingkaran, Kokkang kemudian meminta para Perusuh Disway, menggambar. ‘’Siapa yang nanti gambarnya bagus akan dapat hadiah bisa ikut pertemuan gathering lagi tahun depan,’’ timpal Dahlan Iskan yang juga ikut pada sesi menggambar Bersama Wahyu Kokkang.
BACA JUGA:Perpustakaan Milik Disperpusip Kota Mojokerto Lolos Standardisasi PISA
Pada lembar kertas pertama, para perusuh diminta menggambar tiga lingkaran berdampingan. Setelah itu, mereka diminta melihat gambar lingkaran yang masing-masing mereka buat.
Setelah semua selesai menggambar tiga lingkaran di kertas pertama, Kokkang mengatakan, 3 lingkaran itu pasti besarnya tidak sama.
Selain itu, juga ada lingkaran yang ujung-ujung garisnya tidak bertemu. ‘’Tidak ada apa-apa. Memang seperti itu. Tidak usah dihapus, karena memang spidol tidak bisa dihapus. Itulah kenapa saya minta menggambar menggunakan spidol. Dalam kehidupan juga sama, sesuatu yang salah tidak bisa dihapus, hanya bisa diikhlaskan,’’ tambahnya.
Wahyu Kokkang, Kartunis dari Semarang, memberikan pengantar tentang lingkaran kepada Perusuh Disway pada Gathering ke 3Peurusuh Disway di DIC Farm, Gondang, Mojokerto-dok ACI Ojol for Disway Mojokerto -
Kemudian Kokkang minta semua peserta membuat gambar lingkaran lagi. Setelah gambaran lingkaran kali ke 2 jadi, dia mengatakan kali ini pasti menggambarnya lebih hati-hati dan berusaha agar ujung garis lingkarannya bertemu.
BACA JUGA:Aminuddin Jurnalis JTV di Mojokerto Terpilih sebagai Ketua PWI Mojokerto Raya
‘’Kalaupun ujungnya bisa ketemu, bentuknya bisa sudah tidak benar-benar lingkaran. Padahal kalaupun ujung garisnya tidak bertemu juga tidak apa-apa, gambarnya sudah menunjukkan lingkaran. Minimal setiap orang sudah melihat itu sebagai lingkaran,’’ katanya.
Permainan menggambar lingkaran pun terus berlanjut dan kali ini para Perusuh Disway diminta menggambar lingkaran yang lebih besar. Kali ini Kokkang juga mengatakan, bahwa ketika menggambar lingkaran yang lebih besar, pasti waktunya akan lebih lambat dibanding ketika menggambar sebelumnya.
‘’Ini bukti ketika kita memasuki kehidupan yang lebih besar, kita berpikir lebih banyak, kebutuhan juga lebih banyak. Hal yang harus dilakukan juga lebih banyak. Tapi yang kita hasilkan juga lebih besar atau lebih banyak,’’ paparnya.
Perusuh Disway menerima kertas dan spidol yang akan digunakan dalam game tentang lingkaran bersama Wahyu Kokkang pada Gathering ke 3 Perusuh Disway di DIC Farm, Mojokerto-dok ACI Ojol for Disway Mojokerto -
Berbagai permainan gambar lingkaran dilakukan, termasuk menggambar wajah sendiri berdasarkan lingkaran. Setelah itu, beberapa orang diminta menjelaskan satu-per satu tentang gambar wajah uang dihasilkannya.
BACA JUGA:Antisipasi Inflasi Jelang Nataru, Pemkab Mojokerto Gelar HLM TPID
Salah satu yang diminta menjelaskan gambar adalah Bagus Cahyono, Direktur ACI Ojol dan Speedcash yang juga berada di tengah-tengah peserta. Setelah berbagai permainan gambar itu, para peserta diminta saling berhadapan 2 orang dan menggambar wajah masing-masing pasangan yang berhadapan. Ketika menggambar wajah masing-masing pasangan, bentuknya sesuai dengan kemampuan dan imajinasi masig-masing.
Dengan menggambar wajah pasangan dan melihat wajah kita digambar pasangan, masing-masing akan bisa mengapresiasi dan menerima karya orang lain. ‘’Ini penting, karena dengan saling mengapresiasi dan menerima karya orang lain, kita
Bahkan ketika peserta diinta menggambar wajah sendiri dengan dasar lingkaran besar kemudian diberi gambar mata dengan alisnya, mulut, hidung. ‘’Dari garis gambar yang dihasilkan, bisa bermacam-macam ekspresi, sesuai bentuk lengkung atau garis yang Digambar,’’ tuturnya.
Sesi menggambar Bersama Wahyu Kokkan diakhiri dengan menggambar Wahyu Kokkang sesuai sudut pandang dan posisi masing-masing. Hasil gambaran terbaik mendapat hadiah oleh-oleh Kripik Tempe yang dibeli Dahlan Iskan dari Amerika.