Mojokerto, diswaymojokerto.id - Kegiatan membaca buku bersama digelar di Kota Mojokerto atas inisiasi komunitas literasi Mendadak Klub Buku menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkumpul, membaca, dan berdiskusi tentang beragam karya sastra maupun nonfiksi, sekaligus memperkuat budaya literasi di ruang publik.
Membaca bareng ini diikuti oleh peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pekerja kreatif. Mereka membawa buku pilihan masing-masing dan saling berbagi cerita mengenai bacaan yang sedang dibaca. Suasana kegiatan berlangsung santai namun reflektif, dengan diskusi ringan yang muncul secara spontan di antara peserta.
Salah satu narasumber, Rewina, membacakan dan menceritakan buku berjudul "Di Ladang Pir". Buku tersebut merupakan karya penulis asal Georgia yang mengangkat kisah anak-anak yang hidup dalam kondisi termarjinalkan. Menurut Rewina, cerita dalam buku itu menghadirkan potret kehidupan anak-anak dan perempuan yang jarang mendapatkan ruang suara dalam masyarakat.
Kegiatan membaca buku bersama lalu berdiskusi tentang bacaan yang dibaca oleh para pegiat literasi di Mojokerto-Foto : Elsa Fifajanti-
“Buku ini membuat saya lebih peka terhadap realitas sosial yang sering kita abaikan. Dalam setiap konflik apapun yang ada di suatu negara, termasuk yang baru-baru ini terjadi seperti bencana di Sumatra dan Aceh, seringkali yang menjadi korban adalah perempuan dan anak,” ujar Rewina saat berbagi pandangan dengan peserta lain. Ia menambahkan, membaca bersama di ruang publik memberi pengalaman berbeda karena pembaca bisa langsung bertukar perspektif.
BACA JUGA:BMKG Juanda Menghimbau Waspadai Cuaca Ekstrem di Jawa Timur 21–31 Desember 2025
BACA JUGA:Jelang Natal, Gereja di Kota Mojokerto Mulai Disterilisasi
Narasumber lainnya, Sutiyono Hadi, seorang fotografer, memilih membaca esai foto berjudul "Lisette" dari Belanda. Esai tersebut mengisahkan kehidupan seorang perempuan pekerja seks yang secara khusus menangani klien penyandang disabilitas. Sutiyono menjelaskan bahwa karya tersebut tidak hanya berbicara soal profesi, tetapi juga tentang kemanusiaan, empati, dan kebutuhan akan sentuhan serta pengakuan.
“Sebagai fotografer, saya tertarik pada bagaimana foto dan teks saling melengkapi untuk membangun empati. Esai ini membuka diskusi tentang isu disabilitas dan seksualitas yang masih dianggap tabu. Kita seringkali tidak sadar bahwa teman-teman difabel juga manusia yang memiiki kebutuhan yang sama dengan kita yang normal," kata Sutiyono.
Para pegiat literasi di Mojokerto sekali waktu bertemu untuk membaca buku bersama, mereka membuat perkumpulan bernama Mendadak Klub Buku-Foto : Elsa Fifajanti-
Penggagas Mendadak Klub Buku Lintang Budiyanti dan Rewina, menyampaikan, kegiatan ini bertujuan mendekatkan buku kepada masyarakat tanpa kesan eksklusif. Dengan membaca bersama di ruang terbuka, mereka berharap literasi bisa menjadi aktivitas yang inklusif dan menyenangkan. Ke depan, komunitas ini berencana menggelar kegiatan serupa secara rutin di berbagai titik yang berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lain.