Monumen Pejuang di Ngoro Mojokerto Simpan Kisah Pertempuran Besar, Banyak Orang Tak Mengetahui Sejarahnya
Monumen perjuangan di Ngoro, Mojokerto. -Foto : Fio Atmaja-
Mojokerto, Diswaymojokerto.id - Patung pejuang yang berdiri di kawasan pertigaan Ngoro Industrial Park (NIP), Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, menjadi salah satu monumen bersejarah masa revolusi kemerdekaan.
Namun, tak banyak warga mengetahui bahwa monumen tersebut dibangun untuk mengenang pertempuran sengit yang terjadi pada Februari 1949, saat pasukan republik menghadapi serangan militer Belanda.
Monumen Sedati dibangun untuk mengenang perjuangan pasukan pejuang dari kesatuan Batalyon Bambang Yuwono. Selain di Sedati, sebuah tugu peluru di Gumeng Gondang juga didirikan sebagai penanda bagi Batalyon tersebut.
Sayangnya monumen sebagai penanda perjuangan masa revolusi kemerdekaan itu keberadaannya tidak banyak diketahui. Patung pejuang tersebut terhalang pandang oleh bangunan yang tumbuh disekitarnya.
BACA JUGA:Ada Hidangan Unik Hingga Ekstrem, Festival Kuliner Thailand Hadir di Mojokerto
BACA JUGA:Bupati Jember, DPR RI Gus Rivqi Gelar Diskusi bersama Lions Grup Bahas Penerbangan Jember-Bali
Sejarawan Mojokerto, Ayuhanafiq menjelaskan, ketika Belanda melakukan gerakan militer pada September 1948, para pejuang republik terpaksa mengalami perubahan posisi.
Serdadu Belanda menyerang hampir semua kedudukan militer RI, bahkan ibukota Yogyakarta jatuh dan para petinggi pemerintahan ditawan. Belanda mengambil momentum saat kedudukan militer Indonesia kacau akibat peristiwa Musi di Madiun yang dikenal sebagai Madiun Affair.
"Dalam analisa militer Belanda, pada saat itu kekuatan militer Indonesia lemah akibat pertikaian internal republik. Namun perkiraan itu meleset sebab para pejuang menolak menyerah dan menyerang balik menggunakan taktik gerilya. Maka berkobarlah perang kemerdekaan jilid 2," ujarnya, Sabtu, 25 Oktober 2025.
Pada bulan Februari 1949, satu kompi pasukan dibawah pimpinan Kapten Budiman Sumantri membuat barikade. Kompi Budiman merupakan bagian dari kesatuan tempur Batalyon Bambang Yuwono (BY) yang saat itu ditempatkan di wilayah Ngoro-Mojosari.
"Kompi itu menggunakan bekas bangunan Pabrik Gula Sedati sebagai markasnya. Misi sebenarnya dari batlayon BY adalah masuk ke wilayah Sidoarjo dengan sasaran akhir bersama kesatuan perjuangan lainnya merebut Surabaya," jelasnya.
BACA JUGA:Cuaca Ekstrem, Tebing di Claket Mojokerto Longsor
BACA JUGA:Mengenal Ayam Kemaron, Kuliner Warisan Majapahit yang Kaya Rempah
Namun misi itu terhalang oleh kuatnya penjagaan lawan di jembatan Ngrame, Tanjangrono maupun Jembatan Porong. Sedangkan masuk ke Sidoarjo dengan cara menyeberangi Sungai Porong juga riskan karena airnya besar pada saat musim hujan saat itu.
Sumber:



