Kembangkan Wisata Berbasis Penelitian, KTH Kepuh Jombang Dapat Apresiasi Peneliti Belanda
Peneliti Belanda didampingi kelompok KTH Kepuh saat melihat keanekaragaman hayati dikembangkan kelompok KTH Kepuh-Fio Atmaja-
Jombang, mojokerto.disway.id - Kelompok Tani Hutan (KTH) Kepuh di Dusun Mendiro, Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, mengembangkan pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan ekowisata berbasis penelitian.
Kegiatan ini mendapatkan apresiasi dari peneliti lembaga Makara Belanda, Christa Nooy, dalam kunjungannya pada Sabtu, 21 Oktober 2023.
Christa didampingi Direktur Yayasan Ecoton, Daru Setyo Rini, melihat berbagai macam tanaman hutan diolah KTH Kepuh, seperti talas bening, kopi, durian dan kemiri. Produk-produk ini dijual sebagai makanan siap saji atau digunakan untuk mendukung program ekowisata dikembangkan kelompok tersebut.
KTH Kepuh mencoba mengembangkan usaha lain tetap melestarikan hutan dan memanfaatkan hasil hutan non kayu, terutama anggota perempuan.
Salah satu anggota KTH Kepuh, Anti Suparmi (52), mengatakan bahwa ekowisata dikembangkan kelompoknya berbeda dengan ekowisata pada umumnya. Ekowisata mereka tawarkan berbasis pada penelitian partisipatif materinya lebih banyak berasal dari pengetahuan lokal masyarakat.
Christa mengabadikan Kelompok Tani Hutan (KTH) Kepuh-Fio Atmaja-
Pengunjung ikut dalam program ekowisata akan diajak untuk melihat hutan lindung dulunya sempat gundul akibat penjarahan hutan, pengamatan burung di hutan, penelitian serangga air di sungai dan mengikuti aktivitas petani hutan ketika panen kemiri di hutan lindung.
“Kegiatan ekowisata ini kami sebut dengan Citizen Science Tourism, yaitu ekowisata yang tidak hanya menawarkan pemandangan alam, tetapi juga mengajak pengunjung untuk terlibat dalam upaya konservasi dan perlindungan kawasan hutan lindung melalui kegiatan penelitian atau pengamatan keanekaragaman hayati Wonosalam,” ucap Anti saat di konfirmasi, Senin (20/11/2023).
Kegiatan ekowisata ditawarkan KTH Kepuh sangat beragam, pihaknya juga menyediakan jasa pemandu, homestay di beberapa rumah warga sebagai fasilitas pendukung.
“Jadi kami juga menyediakan penginapan dengan suasana khas pedesaan dan suasana alam masih sangat asri jauh dari bisingnya aktivitas perkotaan. Bukan hanya itu peran masyarakat juga di libatkan dalam penyedian home stay,” katanya.
Terpisah, Peneliti senior Ecoton, Amiruddin Muttaqin, menjelaskan bahwa kegiatan pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan pengelolaan ekowisata berbasis penelitian dikembangkan KTH Kepuh bukan hanya untuk mengejar keuntungan ekonomi, melainkan bertujuan menjaga keseimbangan lingkungan dan melakukan usaha bertanggung jawab terhadap lingkungan.
“Hasil hutan berupa kayu yang dimanfaatkan bisa habis, melainkan hasil hutan non kayu seperti buah-buahan, madu hutan dan jasa lingkungan berupa ekowisata yang memperhatikan berbagai aspek.
Sehingga tidak asal-asalan membuat wisata hanya mengejar ekonomi, karena kawasan hutan dimanfaatkan masyarakat dan KTH Kepuh merupakan kawasan hutan lindung, sehingga pengelolaan dan pemanfaatannya harus berkelanjutan,” terangnya.
Amir menambahkan bahwa ekowisata dikembangkan KTH Kepuh didukung Indonesia Power Grati untuk mendukung program berkelanjutan.
Sumber: