Bercanda atau Bullying : Fenomena Konten ‘’AA Kasihan AA’’

Bercanda atau Bullying : Fenomena Konten ‘’AA Kasihan AA’’

Cahya Suryani-Dok-Disway Mojokerto-

 

Trend konten video tiktok ‘’AA Kasihan AA’’ ternyata dipopulerkan oleh salah satu akun instagram. Konten video ini direkam oleh pengguna akun tersebut saat melewati jalan sekitar jalur Halimun, Gunung Salak, Sukabumi. 

 

Pengguna akun tersebut melewati daerah itu, ada wanita tua yang mengemis dengan cara yang unik. Yaitu  berdendang ‘’AA Kasihan AA’’  yang artinya kira-kira ‘’Kakak, kasihan kakak’’ ketika ada pengendara yang lewat.

 
BACA JUGA:Remaja Bunuh Diri, Dinamika Stress yang Tak Segera Diketahui

 

Fenomena konten yang ramai di sosial media instagram pasti akan fyp di media sosial tiktok, ataupun sosial media lainnya. Karena tanpa disadari, hampir semua konten yang berseliweran pasti akan dipopulerkan juga melalui media sosial lainnya.

 

Setelah konten “AA Kasihan AA’’ yang ramai di instagram, akhirnya sampai juga di tiktok dan konten ini menjadi template video dan di parodikan. Bahkan ada juga pengguna media sosial yang menggantikan kalimat “AA Kasihan AA’’ menjadi ‘’Pak Acc Pak’’. 

 

Viralnya konten ini seperti juga dengan konten lainnya selalu mempunyai dua sisi. Sisi kreatif pengguna sosmed dapat membuat parodi berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat, hanya lucu-lucuan. 

 

Namun ada sisi “gelap” yang muncul karena ketidaksensitifan pengguna media sosial. Tanpa disadari parodi yang viral ini berbalut cyber bullying.

 

Lalu, muncul pertanyaan ‘’Kok cyber bullying?’’ loh kok baper?

 

Sebelum mengulas lebih lanjut, kita akan membandingkan bullying di jaman belum ada internet dan bullying saat ini.

 

Bullying bukan hal baru. Karena sejak lama sudah sering dilakukan, antara bullying dan bercanda bedanya hanya setipis tisu. Zaman kanak-kanak, pasti pernah mendapat panggilan dari teman dengan menyebutkan nama orang tua. 

BACA JUGA:Identifikasi Hoax, MAFINDO Latih 100 Mahasiswa Univ Pesantren KH Abdul Khalim

 

Awalnya penyebutan nama orang tua bisa jadi hanya olok-olokan karena lucu. Namun jika dilakukan terus menerus bisa jadi ada perasaan tidak nyaman yang muncul bahkan perasaan tertekan.  

 

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), bullying adalah penindasan atau risak (merunduk) yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau sekelompok yang lebih kuat. Tindakan ini dilakukan terus menerus dengan tujuan untuk menyakiti.

 

Penggunaan media sosial yang semakin masif, mau tidak mau akan menyerempet bullying di media siber. Pengertiannya hampir sama, yang berbeda hanya media dan jangkauannya lebih luas.

 

Viralnya konten ‘’AA Kasihan AA’’ memberikan dampak negatif pada anak dari Mbah Mbal. Karena anak itu mengalami perundungan sampai anak tersebut tidak mau bersekolah, takut diolok-olok. 

 

Perasaan tidak nyaman pada si anak karena perundungan emosional oleh orang sekitar. VIralnya konten tersebut dianggap lucu dan jadi bahan bullying ke ‘korbannya’.

 

Tidak ada yang salah dengan perasaan tidak nyaman anak Mbah Mbal. Karena anak tersebut merasakan  bullying dari sisi mental (psikis) — merasa kesal, malu, bodoh, bahkan marah.

 

Secara emosional — merasa malu atau kehilangan minat pada hal-hal yang disukai —, bahkan bisa jadi anak tersebut merasakan perubahan secara fisik. Perubahan fisik ini umumnya juga mengikuti dampak yang terjadi.

 

Tidak dapat dipungkiri, bullying secara langsung ataupun melalui online, bisa memberikan dampak negatif. Seperti dampak sosial: menarik diri, kehilangan kepercayaan diri, lebih agresif kepada teman dan keluarga. 

 

Dampak pada kehidupan sekolah: penurunan prestasi akademik, rendahnya tingkat kehadiran, perilaku bermasalah di sekolah. Dua dampak ini yang sekarang dialami secara langsung oleh anak Mbah Mbal. 

 

Sangat disayangkan, di usia yang masih kecil harus merasakan dampak negatif dari viralnya konten ibunya. Walaupun tidak dipungkiri, ada juga sisi baiknya, banyak bantuan finansial yang diterima mbah Mbal.

 

Perlu diingat bahwa bullying dalam media apapun dapat menimbulkan trauma bagi siapapun yang menerima, tidak terkecuali anak Mbah Mbal. Dan Bagi orangtua perlu memperhatikan kesehatan mental anak. (*)

Sumber:

b