Pemuda Mojokerto Raup Cuan Puluhan Juta dari Budidaya Lobster Air Tawar

Pemuda di Mojokerto sukses raup keuntungan dari budidaya Lobster.- (Foto : Fio Atmaja)-
MOJOKERTO, mojokerto.disway.id - Dian Angga Prasetyo (29), seorang sarjana teknik sipil asal Kecamatan Pungging, Mojokerto, berhasil membudidayakan puluhan lobster air tawar dengan skala rumahan.
Bisnis lobster tersebut diberi nama Sugih Waras Lobster Farm Mojokerto. Awalnya Angga menekuninya semata berawal dari hobi. Lulusan Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini mulai menyukai dunia lobster sejak tiga tahun silam.
Keinginan membudidayakan lobster membawanya ke berbagai tempat budi daya di Surabaya dan Sidoarjo. Di sana, ia mengangsu ilmu seluk beluk bisnis lobster dari pembibitan sampai cara jual.
"Saya lebih suka membudidayakan lobster air tawar daripada ikan sejenis lele dan nila karena biaya perawatan terbilang murah dan sekali panen bisa meraup keuntungan hingga jutaan rupiah," kata Angga, Selasa (26/9/2023).Selain budidaya, Angga membuka pelatihan bagi mereka ingin belajar usaha budidaya lobster. Ia mengatakan sudah puluhan orang, dari awam sampai gagal budi daya berbagai jenis ikan, datang belajar merintis bisnis lobster air tawar padanya.
“Setelah observasi selama dua tahun, lewat literasi jurnal maupun buku akhirnya mulai eksekusi pada 2021,” ujarnya.
Angga menempatkan lobster-lobster tersebut di halaman belakang rumahnya. Ia menyulap halaman belakang rumah dengan mendirikan tiga kolam besar dan tiga kolam kecil. Setiap kolam itu berisi lobster jenis red claw dengan umur berbeda.
Kolam-kolam itu ditutupi dengan atap rendah dengan tujuannya agar lobster tidak terkena matahari secara langsung. Sebab, menurutnya, warna biru pada lobster red claw bisa berubah jadi gelap apabila terlalu banyak terkena sinar.
Lobster-lobster tersebut masih dalam proses pengembangan, artinya masih usia kecil bukan indukan atau lebih tepatnya masih tahap pembesaran nantinya bakal menjadi indukan untuk siap jual. Proses pembesaran bayi lobster berkisar usia tiga bulan baru dijual, dengan ukuran lobster yang siap jual itu memiliki panjang minimal 3,5 - 4 inchi.
Angga menjual lobster-lobster tersebut ke sebuah restoran di Sidoarjo. Dalam sekali panen bisa sampai 500 ekor untuk dijual. Biasanya harga menjualnya per set berisi 10 ekor seharga Rp 100 ribu. Dengan jumlah penjualan hingga 500 ekor lobster, ia bisa meraup penghasilan sekitar Rp 5 juta.
"Kalau untuk siap penjualan siklus pemanenan selama tiga bulan sekali, mulai dari indukan mulai bertelur, menetas dan menyortir dalam sebulan sekali hingga akhirnya dalam waktu tiga bulan itu sudah siap jual," ucapnya.
Untuk memastikan kualitas lobster, ia selalu menjaga kebersihan kolam dibantu sang ayah. Proses pembersihan dan penggantian air dilakukan seminggu atau dua minggu sekali.
Dalam hal makanan, lobster air tawar sendiri bukan tipikal hewan manja. Pemberian pakan dilakukan dalam dua kali sehari dengan di imbangi pakan pelet diberikan sekali sehari.
"Biaya pakan lobster air tawar juga tidak menguras kantong dalam-dalam, hanya mengeluarkan uang sekitar Rp 100 ribu untuk biaya pakan saja, karena satu kilogram pelet saja sampai sebulan tidak habis," bebernya.
Selain pelet, makanan lobster juga meliputi kacang-kacangan seperti kecambah, kacang hijau, jagung dan wortel. Kalau makanan hewani berupa cacing sutra.
“Untuk kecambah saya menanam sendiri dari kacang hijau yang saya rebus terus di taruh di bak atau wadah yang besar, terakhir di sungkap dengan kain,” tambahnya.
Sebelumnya budidaya lobster ini dikembangkan merupakan bisnis sampingan. Inovasi pengembangan ini dilakukan disela-sela kesibukan ia bekerja sebagai kontraktor di Surabaya-Sidoarjo. Dengan keberhasilan sekarang, Angga sangat antusias jika ada orang ingin belajar budidaya lobster kepadanya.
Sumber: