Masjid Agung Darussalam Mojokerto, Perpaduan Arsitektur Majapahit dan Arabia
Masjid Madasa Mojokerto memiliki arsitektur campuran antara Majapahit dan Arabia. -Foto : Fio Atmaja-
Terdapat 118 speaker sealing pada bagian atap dan delapan hanging speaker di dinding. Pada bagian tengah-tengah masjid dipasang dua layar monitor berukuran besar.
Penggunaan lampu juga dipasang pada tiap sudut atap lengkap dengan lampu gantung yang terpasang pada tiap kubah. Masjid juga memiliki ruangan khusus bagi VIP (Very Important Person) yang dilengkapi AC kaset.
Bagian plafon masjid, kanan-kiri mihrab, mimbar khusus khatib dan mimbar khusus kyai dipenuhi ukir-ukiran kayu jati. Pembangunan Madasa dilakukan untuk memperluas kapasitas masjid.
Bangunan masjid tersebut memiliki lebar 37 meter dan panjang 70 meter. Dari sebelumnya hanya memiliki daya tampung sekitar 400 jamaah, ke depan diperkirakan mampu menampung total masjid dengan dua lantai bisa mencapai 5.000 jemaah.
Takmir Masjid Agung Darussalam, H Muhammad Mansur menjelaskan, selain sebagai icon Kabupaten Mojokerto karena lokasi strategis, pembangunan masjid dengan pertimbangan masjid akan dijadikan tempat singgah bagi peziarah dari Syekh Jumadil Kubro di Trowulan yang akan kembali ke Surabaya.
Bedug di Madasa ini diklaim terbesar di Indonesia, dengan diameter mencapai 225 cm dan panjang 3,5 meter.-Foto : Fio Atmaja-
“Masjid lama hanya seluas 3.500 meter, saat ini luasanya 1,2 hektar. Pembangunan masjid baru ini dengan konsep Majapahitan dan Arabiah. Majapahit bisa dilihat dari ukiran, nantinya pintu ada lima pintu. Kiri-kanan Majapahit, tengah konsep pintu masjid di Madinah,” terangnya, Rabu (27/3/2024).
Madasa tidak hanya berfungsi sebagai area peribadatan umat Muslim saja. Pihak Yayasan Madasa merancang lokasi tersebut sebagai salah satu lokasi wisata religi di Kabupaten Mojokerto. Nantinya, area sekitaran halaman masjid bakal dilengkapi tempat pujasera, tempat makan outdoor, toko retail, dan kios UMKM.
“Saat bulan Ramadan seperti ini, insya Allah kegiatannya penuh. Pagi ibu-ibu dari majelia taklim mengadakan pengajian pagi, sore jam 5 menjelang berbuka ada pembagian takjil hingga berbuka, malamnya tarawih dan tadarus. Hari pertama kemarin, lebih dari 300 jamaah,” katanya.
Ini merupakan Ramadan tahun kedua, Madasa sudah bisa digunakan untuk salat tarawih. Ia mengatakan, proses pembangunan Madasa sejak tahun 2007 dan sempat terhenti di tahun 2009. Kemudian berlanjut hingga saat ini, masjid belum selesai dari proses pembangunan.
“Lima pintu di bagian depan, itu nanti finishingnya karena proses pembangunan masjid belum selesai. Nanti terakhir, mungkin tahun 2025. Bangunan lama tempat wudu yang ada di depan itu rencana akan difungsikan, rencana luarnya dibangun menara tunggal,” tukasnya. (*)
Sumber: