Siapkan Pembuatan Biopori dan Sumur Resapan, Tim Mewlafor Koordinasi DLH Kabupatan Mojokerto

Tim Mewlafor bersama Dirut Disway Mojokerto, Andung A Kurniawan yang juga sekretaris ALiansi Air Majapawitra, bertemu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto membahas program pembuatan biopori dan sumur resapan. -dok Tim Mewlafor for Disway Mojokerto-
Mojokerto, Diswaymojokerto.id –Tim Mewlafor melakukan koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto, Jumat, 23 mei 2025, terkait rencana pembuatan bipori dan sumur resapan di 7 wilayah kecamatan daerah hulu 3 Sub DAS Brantas. Langkah itu dilakukan setelah Tim Mewlafor melakukan koordinasi dengan Kepala Dikbud Kabupaten Mojokerto beberapa waktu lalu.
Fasilitator Proyek Mewlafor Regional Jawa Timur, Sutisna, S.Hut, M.P., mengatakan, pertemuan dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto, sebagai tindak lanjut pertemuan dengan Kepala Dikbud Kabupaten Mojokerto. ‘’Kami melakukan koordinasi terjair pembuatan biopori, denha prioritas di sekolah adiwiyata dan sekolah sehat, jadi selain dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, kami juga melakukan koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabuopaten Mojokerto,’’ katanya, Sabtu, 24, Mei 2025.
Sutisna yang didampingi, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek Mewlafor, Ari Sulistyo, S.Hut., M.T., M.Sc, menambahkan, ada 8000 biopori yang harus dibuat. ‘’Biopori itu dibuat dengan prioritas di sekolah adiwiyata dan sekolah non adiwiyata di wilayah 7 kecatamatan di 3 Sub DAS Brantas,’’ tambahnya.
Fasilitaor Regional Jawa Tiur, Sutisna, S.Hut, M.P., bersama PPK Mewlafor Regional Jawa Timur, Ary Sulistyo, S.Hut, M.T, M.Sc, menemui Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten mojokerto, Zaqqy Asy'ari terkait program pembuatan bipori dan sumur resapan dala-andung - disway mojokerto-
Disebutkan, Tim Mewlafor menemui Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto, Zaqqy Asy’ari, pada Jumat, 23 Mei 2025, pagi di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto. Dalam pertemuan itu Sutisna menyampaikan, pembuatan biopori merupakan bagian dari Proyek Mewlafor di Kabupaten Mojokerto. ‘’Sekarang ini proyek Mewlafior memasuki tahapan pembuatan biopori dan sumur resapan,’’ tambahnya.
BACA JUGA:Kedapatan Bawa Sabu, Mahasiswa Asal Gresik diamankan Polisi di Mojokerto
BACA JUGA:Proyek Mewlafor Masuk Tahap Pembuatan Biopori, Tim Melwafor Bertemu Kadis Dikbud Kab Mojokerto
Untuk biopori akan dibuat sebanyak 8000 unit, sedangkan sumur resapan akan dibuat 597 unit. ‘’Untuk biopori kami prioritas ke sekolah di wilayah 7 kecamatan di wilayah hulu Sub DAS Brantas. Sedangkan untuk sumur resapan kami prioritas ke daerah-daerah catchment area untuk mendukung keberadaan sumber mata air,’’ tambahnya.
Sementara Ari Sulistyo menyebutkan beberapa kriteria sekolah yang akan mendapatkan proyek bipori dan sumur resapan. ‘’Lokasi dan tempatnya harus memadai untuk pembuatan biopori dan sumur resapan,’’ katanya.
Mungkin tidak semua sekolah mendapatkan sumur resapan, karena sumur-sumur resapan harus di lokasi-lokasi catchment area. ‘’Kami akan melihat apakah di sekolah itu bia diabngun sunur resapan, baik sebagai bagian dari proyek atau sebagai sarana pendidikan,‘’ tuturnya.
Kepala DLH Kabupaten Mojokerto, Zaqqy Ashari, dan Agus Teguh Pribadi, Kabid Pengendalian Pencemaran, dan Kerusakan Lingkungan Hidup, saat menerima tim Mewlafor di ruang rapat Kantor DLH Kabupaten Mojokerto. Zaqqy mendukung Proyek Mewlafor di Kabupaten Moj-andung - disway mojokerto-
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto, Zqqy Asy’ari mengatakan sangat mendukung program pembuatan biopori dan sumur resapan di wilayah Kabupaten Mojokerto. Disebutkan, pemkab Mojokerto ada regulasi mengenai kewajiban pembuatan sumur resapan, baik di kawasan pedesaan, perkotaan, mauoun kawasan pariwisata.
BACA JUGA:Kalapas Mojokerto : Seluruh Pegawai Dilarang Main Game dan Judi Online
‘’Pemkab Mojokerto ada regulasi mengenai sumur resapan, yakni perbup nomor 13 tahun 2015,’’ paparnya.
Karena itu, proyek Mewlafor selaras dengan program Pemerintah Kabupaten Mojokerto ikut melindungi sumber air, menambah debit sekaligus membantu mitgasi bencana di wilayah Kabupaten Mojokerto. Karena itu dia berharap Tim Mewlafor memperhatikan dan menyesuaikan pelaksanaan proyek dan menyesuaikan dengan regulasi yang ada.
Pada kesempatan itu, pihaknya memberikan data dan nama-nama sekolah-sekolah adiwiyata di Kabupaten Mojokerto. Tidak itu saja, Zaqqy juga berharap selain sekolah adiwiyata, tim Mewlafor juga melibatkan sekolah-sekolah hijau untuk penempatan biopori.
‘’Jadi tidak hanya sekolah adiwiyata, namun juga sekolah hijau. Ini sangat penting karena ikut menanamkan pola pikir budaya memperhatikan lingkungan di sekolah-sekolah,’’ katanya.
Dari data yang ada, terdapat sekitar 130 sekolah adiwiyata di wilayah Kabupaten Mojokerto mulai dari SD termasuk MI, sampai SMP. ‘’Monggo disesuaikan dengan program proyek yang dikerjakan untuk wilayah 7 kecamatan di Kawasan hulu 3 Sub DAS Brantas,’’ tambahnya.
Zaqqy yang didampingi Agus Teguh Pribadi, S.P., M.M., Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran, dan Kerusakan Lingkungan Hidup, juga menyebutkan untuk sekolah adiwiyata ada sekolah adiwiyata nasional dan adiwiyata mandiri. Pihaknya berharap pembuatan dan sumur resapan tidak hanya membangun fisiknya saja.
‘’Tapi juga membangun pola pikir, kebiasaan, dan budaya memperhatikan lingkungan, tidak hanya di sekolah-sekolah adiwiyata, tapi juga masyarakat. Kami berharap ini bisa memberikan dampak positif yang banyak untuk sekolah dan masyarakat di lingkungan sekolah dan masyarakat lainnya,’’ tuturnya.
Sumber: