Membuat Sumur Resapan Harus Perhatikan Lokasi dan Lingkungan

Membuat Sumur Resapan Harus Perhatikan Lokasi dan Lingkungan

Peserta diajak melhat sumber mata air yang akan dijadikan titik pengukuran pembuatan suur resapan di bagian hulu-andung - disway mojokerto-

Pelatihan Perencanaan Pembuatan Sumur Resapan Proyek Mewlafor (1)

Mojokerto, Diswaymojokerto.id – Pembuatan sumur resapan air (SRA) harus memperhatikan lokasi calon sumur resapan dan kondisi lingkungan. Hal itu disampaikan Ir. Asep AS Mulyana, pakar geologi, hidrologi, dan hidrogeologi, dalam pelatihan perencanaan pembuatan sumur resapan air yang dilaksanakan Tim Mewlafor di Hotel Grand Whiz, Trawas, mulai Selasa, 24 Juni 2025, sampai Jumat 27 Juni 2025.

Beberapa hal terkait sumur resapan dijelaskan dan dipaparkan dengan detil oleh Asep AS Mulyana, termasuk mengenai kontur tanah sampai teknik dan detil pembuatan sumur resapan. ‘’Ada berbagai bentuk dan model sumur resapan. Ada yang bentuk kubus, tabung, model segitiga,’’ katanya.

Begitu juga mengenai bahan dan pola pembuatannya, mulai komposisi tanah, bahan pembuat, sampai penutupnya juga berbagai macam. ‘’Ada yang kombinasi tanah dengan susunan batu bata di bagian atas. Ada yang menggunakan lapiran tumpukan batu bata dari dasar sampai atas, ada juga yang menggunakan buis untuk sumur air, dan lainnya,’’ tambahnya.


Asep AS Mulyana menjelaskan pembuatan sumur esapan kepada peserta pelatihan perencanaan pembuatan sumur resapan-andung - disway mojokerto-

Dari berbagai model dan bentuk sumur resapan tersebut, yang paling penting, tambahnya, adalah seberapa banyak air yang bisa ditampung di sumur resapan untuk diresapkan ke dalam tanah. ‘’Kita bisa hitung berapa banyak air yang harus diresapkan ke dalam tanah dalam tiap musim hujan, dan berapa banyak mata air yang mengalami peningkatan debit air dengan adanya sumur resapan tersebut,’’ sahutnya.

BACA JUGA:Siapkan Pembuatan Sumur Resapan, Tim Mewlafor Gelar Pelatihan

BACA JUGA:Ruwat Agung Jolotundo Warnai Penyambutan Bulan Suro di Trawas Mojokerto

Asep yang juga aktif dalam water resources and watershed conservation program itu menjelaskan selain hitungan kebutuhan air yang akan diresapkan ke dalam tanah, yang tak kalah pentingnya adalah lokasi pembuatan sumur resapan. ‘’Lokasi itu berada di posisi yang bagaimana dan kondisi tanahnya harus diperhatikan,’’ paparnya.

Jangan sampai sumur resapan di bangun di tempat-tempat yang tidak meresapkan air karena kondisi tanah atau lahannya memang tidak bisa menyerap air. Kalau kondisi tanah tidak bisa menyarap air, sumur resapan yang dibangun justru tidak akan berfungsi dan bisa menjadi masalah tersendiri.

Karena itu harus diketahui juga peta kondisi lapisan tanah yang ada di kawasan yang akan dibangun sumur resapan. ‘’Jadi harus diketahui di daerah mana sumur esapan air itu dibangun di daerah mana sumber mata air yang diaharpkan meningkat debitnya dari pembuatan sumur resapan tersebut,’’ jelasnya.


Ir Asep AS Mulyana bersama PPK Proyek Mewlafor Ary Sulistyo, Regional Fasilitator Jawa Timur Proyek Mewlafor, Sutisna, serta Direktur YBLH Seloliman, Suroso menjelang peninjuan suber mata air Sonten di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas -andung - disway mojokerto-

Di daerah Kabupaten Mojokerto yang menjadi sasaran Proyek Mewlafor juga sangat perlu diketahui peta wilayah mata air dan lokasi pembuatan sumur resapannya. Untuk itu harus dibuat juga delineasi kawasan yang akan dibangun sumur resapan dan lokasi mata air yang akan menjadi sasaran pembuatan sumur resapan.

BACA JUGA:Jemaah Haji Asal Mojokerto Wafat di Jeddah Arab Saudi Saat Akan Pulang ke Tanah Air

Karena itu, dalam pelatihan perencanaan pembuatan sumur resapan, para peserta juga diberi gambaran tentang berbagai macam kondisi tanah, dan posisi lahan serta pengaruhnya terhadap aliran air dalam tanah. Disebutkan, pembuatan sumur resapan akan lebih efektif dilakukan di lokasi gunung berapi.

‘’Karena itu Kabupaten Mojokerto masih sangat mungkin dibangun sumur resapan dalam jumlah cukup banyak untuk membuat sumur resapan untuk meningkatkan debit air dalam tanah,’’ jelasnya lagi.

Asep yang berpengalaman membuat ribuan sumur resapan di berbagai daerah di Indonesia itu juga menyebutkan kontur tanah di daerah gunung berapi masih bisa menyerap air dengan optimal. Hal itu karena susunan  batuan dan tanahnya sangat memungkinkan menyimpan dan mengalirkan air di bawah tanah.


Peserta pelatihan diajak melihat contoh sumur resapan yang dibangun di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas-andung - disway mojokerto-

Disebutkan juga, untuk menjaga kawasan sub DAS di daerah hulu Kabupaten Mojokerto, tidak hanya perlu dibangun sumur resapan. Namun juga harus diperhatikan tata guna lahan yang bisa mempengaruhi kondisi tanah.

BACA JUGA:Jumat Berkah, PWI Mojokerto Gandeng SYD Mojokerto Bagi-Bagi Nasi

‘’Cara yang paling efektif untuk konservasi air adalah dengan membuat sumur resapan. Sedangkan cara yang paling baik mengurangi emisi karbon adalah dengan melakukan penanaman pohon,’’ pungkasnya.

Sumber:

b