Siapkan Pembuatan Sumur Resapan, Tim Mewlafor Gelar Pelatihan

Siapkan Pembuatan Sumur Resapan, Tim Mewlafor Gelar Pelatihan

Direktur PEPDAS Kemnetrian Kehutanan, Nurul Iftitah, S.Hut., M.Si., bersama staf BPDAS dan peserta pelatihan usai pembukaan [elatihan perencanaan pembuatan suur resapan-andung - disway mojokerto-

 

Mojokerto, Diswaymojokerto.id – Proyek Mewlafor menggelar pelatihan pembuatan sumur resapan di wilayah 7 kecamatan di kawasan hulu. Pelatihan tersbut sebagai lanjutan dari pelaksanaan Proyek Mewlafor yang memasuki tahun ke 2 dengan program pembuatan 8000 biopori dan 597 sumur resapan.

Pelatihan pembuatan sumur resapan yang dilakukan di Hotel Grand Whiz, Kecamatan Trawas itu dibuka Direktur PEPDAS (Pengelolaan dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Ssungai) Kementrian Kehutanan, Nurul Iftitah, S.Hut., M.Si. Pelatihan dengan narasuber Ir Asep AS Mulyana, dan Ir. Anang B. Setiawan, S.T, M.Sc., diikuti 35 peserta yang terdiri pegiatan lingkungan, seperti Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, Aliansi Air Majapawitra, PPLH Seloliman, Perumdam Mojopahit Kabupaten Mojokerto, sejumlah dinas di Pemkab Mojokerto, serta staf BPDAS Brantas Sampean.

Pada kesempatan itu, Direktur PEPDAS Kementrian Kehutanan, Nurul Ifitah, S.Hut, M.Si., mengatakan, Kabupaten Mojokerto dilewati 3 anak sungai dari DAS Brantas. Air di Mojokerto digunakan untuk pertanian dan konsumsi air bersih seperti perumdam dan perusahaan skala besar.


Pelatihan perencanaan pembuatan sumur resapan sebagai tindak lanjut program proyek Mewlafor dilaksanakan di Grand Whiz. Pelatihan sebagai tindak lanjut proyek mewlafor-andung - disway mojokerto-

Saat ini ketersediaan air di Kabupaten Mojokerto sudah mulai memprihatinkan. Di beberapa desa sangat sulit mendapatkan air, khusus di musim kemarau seperti di Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, dan Desa Padangsari Kecamatan Jatirejo.

BACA JUGA:Jelang Malam Satu Suro, Polisi di Kota Mojokerto Amanakan Puluhan Botol Miras

Di sisi lain bencana banjir juga sering di alami pada Kecamatan Mojoanyar, Kecamatan Pungging, Kecamatan Ngoro, Desa Pulorejo, Desa Banyulegi Kecamatan Dawarblandong. ‘’Kondisi tersebut disebabkan perubahan penggunaan lahan di 3 sub DAS yaitu Sub DAS Porong, Sub DAS Brangkal dan Sub DAS Sadar,’’ katanya.

Untuk memperbaiki permasalahan  tersebut di atas, Kementerian Kehutanan, sejak beberapa tahun ke belakang telah melakukan upaya perbaikan lahan-lahan kritis. ’’Melalui upaya penanaman pohon dengan berbagai program,’’ tambahnya.

Salah program yang sedang kita jalankan adalah pemanfaatan  dana Hibah Bantuan Luar Negeri (HLN) melalui Proyek MEWLAFOR ini. Proyek MEWLAFOR  atau Maintaining And Enhancing Water Yield Through  Land  And Forest Rehabilitation merupakan sebuah proyek hibah dari Global Environtment Facility  (GEF) yang sudah di inisiasi sejak tahun 2018 oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan  bersama UNIDO serta Stakeholders terkait seperti, Aliansi Air, Yayasan Seloliman dan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, dan lain-lain.


Pelatihan perencanaan pembuatan sumur resapan dikiuti 35 peserta dari pegiat lingkungan, BPDAS, staf dinas di Pemkab Mojokerto.-andung - disway mojokerto-

Proyek  ini, bertujuan mengelola dan meningkatkan hasil air melalui  kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dalam bentuk vegetatif dan sipil teknis dalam jangka waktu 3 tahun. Proyek MEWLAFOR telah berjalan sejak tahun 2024, yang diawali dengan kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) Skema  Agroforestry seluas 251, 28 ha,  penanaman hutan konservasi bambu seluas 130,11 ha yang tersebar pada 24 Kelompok Tani Hutan.

BACA JUGA:323 Atlet Kabupaten Mojokerto Dilepas Wabup Berlaga ke Ajang Porprov IX Jatim

Sedangkan tahun ini akan fokus untuk melaksanakan kegiatan pembangunan sipil teknis yaitu berupa pembangunan sumur resapan sebanyak 597 unit. Selain itu juga peningkatkan kesadaran masyarakat secara dini kepada anak didik dengan belajar membuat biopori pada beberapa lembaga sekolah  di Mojokerto, sebanyak 8000 unit.

Sumur Resapan  merupakan sumur atau lubang yang di bangun  pada permukaan tanah untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. ‘’Pembangunan sumur resapan ini merupakan teknik konservasi air untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengembangkan daya guna air dengan memperbesar tampungan air tanah, memperbesar resapan air hujan ke dalam tanah dan memperkecil aliran permukaan sebagai penyebab banjir,’’ tuturnya.

Untuk itu dalam membangunan sumur resapan air di lapangan  harus memperhatikan beberapa aspek teknis antara lain, calon Lokasi SRA merupkan daerah pemukiman padat penduduk dengan curah hujan tinggi, aliran permukaan (surface run off) tinggl. Selain itu, aliran permukaan tinggi, vegetasi penutup tanah kurang dari 30 % dari luas DAS/Sub DAS yang bersangkutan.


Ir Asep AS Mulyana memaparkan materi mengenai pembuatan sumur resapan pada pelatihan perencanaan pembuatan suur resapan Proyek Mewlafor.-andung - disway mojokerto-

Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permebilitas tanah lebih besar sama dengan 2,0 cm/Jam. Kedalaman air tanah minimum 1,50 m pada musim hujan, diutamakan pada morfologi hulu dan tengah DAS.

BACA JUGA:Pemkab Mojokerto Dukung Pelatihan Batik Canting untuk Memberdayakan Perempuan

Untuk mengawali kegiatan pembangunan sumur resapan air ini, diperlukan perencanaan yang matang, dan akurat. ‘’Sehingga nanti dalam pelaksanaan pembuatan sumur resapan air lebih efektif, efisien, tepat sasaran dan berhasil guna,’’ paparnya.

Karena itu maka dalam penentuan lokasi  sumur resapan harus menggunakan metodologi yang jelas, handal, terukur dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat. Sumur Resapan Air ini akan di bangun focus pada 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Pacet, Trawas, Pungging, Jatirejo, Gondang, Ngoro dan Kuntorejo.

Sumber:

b