Bertahan Puluhan Tahun, Perajin Patung Trowulan Terancam Gangguan Pernapasan, Harap Solusi dari Pemkab Mojoker

Perajin patung Dusun Jatisumber, Watesumpak, Trowulan, Mojokerto, saat melakukan pemahatan patung.-Foto : Fio Atmaja-
Mojokerto, Diswaymojokerto.id – Keberadaan puluhan perajin patung di Dusun Jatisumber, Desa Watesumpak, Trowulan, Mojokerto telah bertahan selama lebih dari lima dekade kini menghadapi tantangan serius. Paparan debu berbahaya dari proses pemahatan mengancam kesehatan para perajin.
Debu halus dihasilkan dari pembuatan patung batu tersebut memicu gangguan saluran pernapasan dan menjadi keluhan utama para pemahat. Para perajin berharap ada perhatian dan solusi konkret dari pemerintah daerah Mojokerto.
“Banyak teman-teman pemahat mengeluh karena lambat laun terkena gangguan pernapasan. Ini harus jadi perhatian serius,” ujar Kepala Dusun Jatisumber, Wawan Arianto, yang juga seorang perajin patung, Senin, 30 Juni 2025.
Para perajin saat membuat patung di luar rumah.-Foto : Fio Atmaja-
Wawan menjelaskan, seni pahat patung di Jatisumber telah berlangsung turun-temurun selama lebih dari 50 tahun. Saat ini terdapat sekitar 60 perajin aktif, meskipun jumlah tersebut cenderung menurun dari tahun ke tahun.
Patung-patung yang dihasilkan sangat beragam, mulai dari Buddha, Ganesha, Ken Dedes, hingga Siwa, tergantung permintaan pasar. Material utama batu diperoleh dari Pacitan (batu hijau) dan Mojowarno, Jombang (batu putih/gunung).
BACA JUGA:Gudang Barang Bekas Berisi Tumpukkan Kardus di Pasar Dlanggu Mojokerto Terbakar
Agar tidak membahayakan orang lain, sebagian besar pemahat kini bekerja di luar rumah. Bahkan lokasi pemahatan dijauhkan dari area pemukiman.
“Saya berharap dinas terkait bisa turun langsung untuk melihat kondisi dan memberi solusi, karena dampaknya nyata bagi kesehatan,” tegasnya.
Seni pahat patung di Jatisumber telah berlangsung turun-temurun selama lebih dari 50 tahun-Foto : Fio Atmaja-
Dari sisi pemasaran, produk patung Jatisumber dipasarkan lewat pengepul, gudang, hingga ekspor mandiri. Beberapa pemesan datang langsung, termasuk dari Bali.
“Dulu orang Mojokerto ke Bali, sekarang orang Bali yang datang ke sini,” ujarnya.
Harga patung juga bervariasi tergantung ukuran, kualitas pahatan, dan tingkat kerumitan. Patung buatan tangan memiliki nilai lebih tinggi dibanding patung cor yang lebih seragam secara detail.
Sumber: