Mojokerto, mojokerto.disway.id - Wehasta (Wahana Edukasi Harapan Semesta) kali ini menularkan ilmu bercocok tanam kepada santri Yayasan Baitu Husodo, di Desa Kejagan, Kecamatan Trowulan. Selain itu, Wehasta juga memberikan benih dan bibit tanaman serta sayuran untuk dibudidayakan.
Direktur Wehasta, Sisyantoko, mengatakan, pihaknya mengajarkan cara menanam bibit dan benih sayuran sebagai bentuk kepedulian Wehasta. ‘’Karena Padepokan Baitu Husodo membutuhkan ilmu praktis bercocok tanam untuk para santrinya,’’ katanya Selasa (10/10/2023).
Sekedar diketahui, Yayasan Baitu Husodo yang berada di Desa Kejagan, Kecamatan Trowulan, lebih merupakan tempat penampungan dan pembinaan para pemuda korban obat-obatan terlarang.
‘’Mereka ini kami tampung di sini untuk kami terapi dan kami beri kegiatan agar benar-benar bisa kembali ke kehidupan normal,’’ kata Gus Solich, pengasuh Yayasan Baitu Husodo, Minggu (8/10/2023).
Sebelumnya, selain dibina dengan ilmu agama, para santri pondok tersebut juga diberi kegiatan memilah barang-barang rongsokan dan mengolah lahan. Hanya saja, saat ini untuk barang rongsokan harganya sedang jatuh, sehingga memerlukan kegiatan lain yang memiliki nilai ekonomi lebih baik dibanding barang rongsokan.
Disebutkan, bahwa kegiatan bercocok tanam mengolah lahan yang membutuhkan banyak tenaga, tidak bisa dijalankan dengan baik. Karena santri binaan pondok tersebut tidak kuat melakukan pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik.
‘’Pengaruh obat-obatan terlarang sangat buruk pada fisik mereka. Sehingga jantungnya cepat sekali berdebar-debar kalau kerja berat mengolah lahan,’’ tambahnya.
Kalau orang normal mengolah lahan bisa berkali-kali mengayunkan cangkul untuk mengolah lagan atau menanam pohon. ‘’Santri kami maksimal hanya bisa beberapa kali, bahkan ada yang hanya kuat tiga kali mengayunkan cangkul. Setelah itu berhenti karena jantungnya tidak kuat,’’ sahutnya.
Karena itu pihaknya menghubungi Wehasta, untuk membantu mengajari santri Padepokan Baitu Husodo. ‘’Saat ini kami hanya bisa menampung maksimal 15 santri. Sebelumnya bisa lebih dari 50 orang. Tapi karena kondisi ekonomi saat ini cukup sulit, kami hanya bisa menampung maksimal 15 orang saja,’’ tuturnya.
Di sisi lain, Sisyantoko, menyebutkan alasan dia memberikan bibit dan benih tanaman. ‘’Perlakuannya mudah, tidak menguras tenaga. Hanya butuh telaten dan pemahaman tentang bibit tanaman,’’ tambahnya.
Cak Toko, panggilan akrabnya, saat itu selain memberi bantuan bibit dan benih sayuran juga mengajarkan cara bercocok tanam. ‘’Kebetulan kami jug produksi kompos rumah kompos di Trawas. Ini juga bisa membantu kegiatan santri di Pondok Baitu Husodo,’’ lanjutnya.
Praktik menanam bibit dan benih Minggu (8/10/2023) lalu itupun disambut antusias 10 santri binaan padepokan Baitu Husodo. Mereka juga langsung memparktikkan cara menanam bibit dan benih di polibag yang dicontohkan Cak Toko dan Muryanto, Pengelola TPS3R di Trawas.
‘’Kalian bisa memanen sayuran ini dengan cepat. Ada yang bisa dipanen dalam waktu satu bulan. Ada yang dua bulan. Kalau pola menanamnya diatur, nanti bisa panen tiap hari,’’ tambahnya.
Jadi bibit dan benih tanaman sayuran tersebut nantinya bisa dikonsumsi sendiri tanpa harus belanja. ‘’Kalau hasilnya bisa banyak. Nanti bisa juga dijual di warga sekitar sini,’’ sahutnya.
Lakpesdam NU Jombang juga Bantu Bina
Kepedulian terhadap Yayasan Baitu Husodo juga datang dari Lakpesdam NU Jombang. Abdul Wahab, dari Lakpesdam NU Jombang, yg saat itu juga hadir, memberikan dukungan mengenai jaringan dan teknis pemasaran yang bisa dilakukan.
Selain itu, untuk jangka pendek, akan mengkomunikasikan dengan institusi terkait. ‘’Bantuan suplai bahan makanan bisa dari Baznas. Di Jombang kami biasanya mengkomunikasikan dengam Baznas Jombang. Di sini bisa dengan Baznas Kabupaten Mojokerto,’’ kata Gus Wahab, panggilam akrabnya.
Jaringan Baznas bisa saling menginfomasikan tentang daerah-daerah setempat yang bisa diberi bantuan. ‘’Kalau di Kejagan, nanti kami komunikasikan dengan jaringan teman-teman yang membidangi wilayah di sini,’’ tuturnya.
Gus Wahab kemudian menjelaskan berbagai hal terkait kegiatan yang bisa dilakukan Padepokan Baitu Husodo. ‘’Hasil atau kegiatan yang sudah dilakukan di sini bisa dikomunikasikan atau disosialisasikan menggunakan media digital,’’ katanya.
Dia lalu menjelaskan tentang media sosial dan bagaimana memanfaatkannya. Selain itu, juga memotivasi pengasuh Padepokan Baitu Husodo untuk membentuk koperasi.
Hasil dari kegiatan menanam sayur bisa juga dipasarkan melalui media sosial maupun melalui koperasi. Untuk tahap awal, akan diajarkan mengelola administrasi dan memasarkan hasil usahanya.
‘’Baik hasil tanaman sayuran maupun rongsokan, bisa dikelola dan memberikan hasil. Nanti kami akan memberikan tutorial pengelolaannya,’’ tuturnya.
Baik Cak Toko maupun Gus Wahab, juga menyampaikan akan membantu mengkomunikasikan dengan institusi terkait. Selain itu juga pihak-pihak yang bisa membantu menyalurkan bantuan dan mengembangkan kegiatan di Yayasan Baitu Husodo. (*)