Oleh: Cahya Suryani M.A
Pengamat Psikologi Komunikasi
BEBERAPA hari ini, kita seakan dibangunkan dari tidur nyenyak. Bukan oleh suara bising yang memekakkan telinga, tapi dari suatu simbol yang diterima oleh salah satu lembaga media.
Paket yang berisi kepala babi diperuntukkan untuk Cica ( Fransisca Rosana) jurnalis Tempo perempuan. Pengiriman paket ini bisa memiliki banyak arti.
Sebagaimana kita ketahui bersama, simbol memiliki makna yang lebih besar daripada kata-kata. Sebuah simbol mampu menyampaikan informasi dan emosi secara ringkas.
ilustrasi--
Dalam pendekatan komunikasi, sebuah simbol dapat melampaui batas bahasa dan budaya, sehingga memungkinkan pemahaman yang lebih cepat dan luas. Contoh sederhana, sebuah ikon hati diartikan LOVE. Tanpa memberikan penjelasan kata-kata, semua bisa mengartikan simbol ini adalah cinta. Atau Emoji air mata akan diartikan sebagai sebuah tangisan.
BACA JUGA:Terima Aduan Reklamasi Surabaya Waterfront Land, LaNyalla: Keadilan Harus Jadi Ukuran
Simbol memiliki kekuatan sebagai alat komunikasi yang efisien daripada kata dalam banyak situasi. Dalam komunikasi digital, penggunaan emoji dapat menggantikan ekspresi verbal yang memungkinkan penggunanya mengungkapkan perasaan atau emosinya secara instan tanpa memerlukan teks panjang.
Simbol memiliki kekuatan untuk membangun identitas dan mempengaruhi opini public. Seperti dalam isu politik dan sosial, simbol kepala babi dapat membangkitkan rasa persatuan, solidaritas dalam kelompok masyarakat.
ilustrasi--
Tidak hanya itu, penggunaan simbol memiliki makna yang lebih besar daripada penggunaan kata, karena beroperasi pada tingkat kognitif dan emosional individu yang lebih dalam. Simbol dapat memicu ingatan tanpa perlu diproses secara verbal.
Respon emosional individu juga dapat keluar secara refleks hanya dengan melihat simbol. Teori psikologi Gestalt, manusia cenderung memahami makna secara holistik, sehingga simbol dapat dengan cepat diterjemahkan ke dalam pengalaman atau konsep yang lebih luas.
BACA JUGA:Pohon Pete Tumbang di Trawas, Lalu Lintas Lumpuh Selama Satu Jam
BACA JUGA:Wali Kota Tegaskan Perencanaan yang Baik Memastikan Pembangunan Dilakukan Terarah dan Efisien
Carl Jung juga menekankan pentingnya simbol dalam ketidaksadaran kolektif. Ia berpendapat bahwa simbol tertentu, seperti matahari, air, atau lingkaran, memiliki makna universal yang melekat dalam jiwa manusia dan sering muncul dalam mimpi, mitologi, dan budaya.
Simbol-simbol ini tidak hanya mengkomunikasikan makna, tetapi juga membentuk cara seseorang memahami dunia dan dirinya sendiri. Karena itulah, simbol sering digunakan dalam persuasi, pemasaran, dan propaganda untuk memengaruhi opini atau keputusan seseorang secara tidak langsung tetapi kuat.
ilustrasi--
Pada paket pengiriman kepala babi, simbol ini memiliki banyak makna. Bisa mencekam ataupun makna yang ‘menggemaskan’. Saat menonton Kera Sakti, kita akan menemukan tokoh siluman babi yang bernama Patkai, k arakternya terkenal karena sifatnya yang pemalas, rakus, dan sering berpikiran mesum, tetapi ia juga memiliki hati yang baik dan setia pada gurunya.
Saya iseng bertanya pada Chat GPT, “Karakter babi yang menggemaskan dalam kartun’’.
BACA JUGA:Peduli Sosial, Pikka Mojokerto Berbagi Takjil untuk Penumpang KA dan Masyarakat Pengguna Jalan
Jawaban yang keluar “Karakter babi dalam kartun sering kali digambarkan sebagai makhluk yang menggemaskan, ceria, dan penuh kelucuan”.
Beberapa di antaranya bahkan menjadi ikon dalam dunia animasi karena kepribadian mereka yang unik. Berikut beberapa karakter babi menggemaskan di kartun :
Peppa Pig – Dari kartun Peppa Pig, karakter ini adalah seekor babi kecil berwarna merah muda yang penuh rasa ingin tahu dan suka bermain dengan keluarganya. Suaranya yang khas dan tingkahnya yang polos membuatnya sangat disukai anak-anak.
Porky Pig – Dari Looney Tunes, Porky Pig dikenal dengan gaya bicaranya yang khas, terutama frasa "Th-th-th-that's all folks!". Ia sering menjadi karakter yang ramah dan baik hati meskipun terkadang pemalu.
BACA JUGA:Wabup Mojokerto Rizal Tekankan Edukasi Pangan Alternatif dan Sinergitas untuk Kendalikan Inflasi
Hamm – Dari Toy Story, Hamm adalah celengan berbentuk babi yang cerdas dan sarkastik. Meskipun terlihat sederhana, ia memiliki kepribadian humoris yang membuatnya menonjol di antara mainan lainnya.
Piglet – Dari Winnie the Pooh, Piglet adalah sahabat setia Pooh yang kecil dan pemalu tetapi sangat berani dalam menghadapi ketakutannya. Karakternya yang manis dan penuh perhatian membuatnya sangat menggemaskan.
Pua – Dari Moana, Pua adalah babi kecil kesayangan Moana yang sangat imut dan setia. Meski tidak banyak muncul dalam film, ekspresi wajahnya yang polos dan menggemaskan berhasil mencuri perhatian penonton.
Lalu, hubungannya dengan pengiriman kepala babi pada TEMPO?
Kartun babi lucu dan kepala babi dalam ancaman adalah dua ekstrem dari spektrum makna yang bisa dimiliki oleh simbol babi. Dalam psikologi komunikasi, ini menunjukkan bahwa simbol bersifat fleksibel dan tergantung pada konteks, framing, dan pengalaman psikologis audiens dalam menafsirkan maknanya.
BACA JUGA:Proyek Mewlafor Masuk Tahap II, Direktur PEPDAS Audiensi dengan Bupati Mojokerto
Dalam kartun, babi sering digambarkan sebagai karakter imut, ceria, polos, dan ramah, seperti Peppa Pig atau Piglet. Mereka biasanya menjadi tokoh yang lucu, menggemaskan, atau bahkan protagonis yang disukai anak-anak. Dalam konteks ini, babi adalah simbol kepolosan dan hiburan.
Namun, dalam konteks pengiriman kepala babi sebagai ancaman, babi bukan lagi sekadar hewan lucu. Dari perspektif psikologi komunikasi, paket berisi kepala babi yang dikirim ke kantor Tempo bisa dianalisis sebagai bentuk komunikasi nonverbal yang bertujuan menyampaikan pesan tertentu secara simbolis. Dalam kasus seperti ini, kepala babi bukan sekadar objek fisik, tetapi memiliki makna yang sarat dengan konotasi budaya, emosional, dan bahkan psikologis bagi penerima serta masyarakat luas.
Dalam konteks budaya, pengiriman kepala hewan terutama babi sering digunakan sebagai bentuk ancaman atau peringatan. Secara psikologis, ini dikenal dengan fear appeal, yaitu menimbulkan rasa takut untuk mengendalikan perilaku target. Kemungkinan pengirimnya ingin menciptakan tekanan psikologis agar penerima merasa terancam, takut, atau bahkan menghentikan aktivitas tertentu.
Dalam psikologi komunikasi, bagaimana suatu pesan dipahami sangat bergantung pada konteks dan framing. Dalam kasus Tempo, simbol kepala babi bisa dipersepsikan sebagai serangan terhadap kebebasan pers atau kritik terhadap pemberitaan tertentu.
BACA JUGA:Siapkan Pengamanan Menjelang Lebaran, Polres Mojokerto Kota Gelar Ops Ketupat 2025
Media dan masyarakat kemudian menafsirkan pesan ini berdasarkan pengalaman, budaya, dan situasi politik yang sedang berlangsung. Namun, dalam psikologi komunikasi massa, ancaman semacam ini sering kali justru mendapatkan efek sebaliknya, yaitu “reactance effect”—di mana individu atau institusi yang diancam malah semakin teguh mempertahankan pendiriannya karena merasa kebebasan mereka sedang ditekan.
Penerima pesan “paket” ini bisa mengalami tekanan, ketakutan dan lain sebagainya karena pengirim menggunakan pendekatan “emosional persuasion” alih-alih menggunakan kata-kata tapi menggunakan konstruksi symbol untuk menimbulkan ketakutan.
Sebulan belakang ini kita disajikan dengan pemberitaan yang menggemaskan dari isu politik, kebijakan pemerintah. Adanya oknum yang bermain dengan mengatasnamakan pemerintah, pengesahan UU yang cepat, kerugiaan negara akibat kasus korupsi dan juga isu ekonomi yang hampir setiap hari membuat kita cemas, dan gemes pengen nyubit.
Terlepas dari itu semua, mau tidak mau kita harus mengakui keadaan komunikasi digital kita yang semakin mengkhawatirkan karena kegaduhan informasi yang berkembang secara cepat tanpa jeda. Oleh karena itu untuk menyikapi situasi yang menggemaskan semacam ini dapat menimbulkan gejolak emosi dimasyarakat.
BACA JUGA:Libur Lebaran, BPJS Komitmen Buka Akses Layanan Nonstop
Emosi tersebut dapat tertuang dalam diskusi di media sosial, diskusi public dan juga obrolan di warung kopi. Oleh karena itu kita semua tetap harus berpikir tenang dan kritis agar tidak mudah diadu domba. Jangan lupa memilah dan memilih informasi yang dikonsumsi agar tetap sehat mental.
Salam Literasi, salam Sehat …