Kisah Tersembunyi di Relief Patung Buddha Tidur Terbesar di Indonesia
Patung Buddha tidur di Vihara Mojopahit, Trowulan, Mojokerto-(Foto : Fio Atmaja)-Fio Atmaja
MOJOKERTO, mojokerto.disway.id - Patung Buddha tidur terbesar di Indonesia terletak di Maha Vihara Mojopahit, Dusun Kedungwulan, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, menyimpan relief tersembunyi dibawah pondasi patung.
Relief tersebut digunakan memperindah permukaan pondasi patung. Ada cerita tersirat dari relief-relief ini mungkin belum banyak diketahui.
Menurut Upasaka Pandhita Maha Vihara Mojopahit, Dharmapalo Saryono, sisi timur dan utara relief itu saling berhubungan. Tiga bulan sebelum wafatnya sang Buddha melakukan perjalanan ke Kusinara dijelaskan dalam bagian ini. Ketika mengajar agama Buddha kepada murid-muridnya pada saat itu, Siddhartha tidur terutama di sisi kanannya karena kondisi fisiknya menurun.
“Cerita Siddhartha Gautama pada saat dia mau paranibbana, yaitu pencapaian tertinggi dalam Buddha digambarkan di sisi depan dan utara,” ujar Saryono, Sabtu (23/9/2023)
Relief selanjutnya merupakan satu kesatuan di sisi selatan dan belakang. Bagian ini membahas penerapan hukum karma secara universal atau di dunia.
“Bagian samping kiri dan belakang menggambarkan hukum sebab karma,” terangnya.
Patung berwarna emas ini memiliki panjang 22 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 4,5 meter. Patung ini juga dikenal sebagai Buddha Maha Paranibbana karena menggambarkan momen-momen akhir kehidupan Buddha Gautama.
Saryono menjelaskan, patung ini dibangun sebagai penghormatan kepada Siddhartha Gautama, Guru Agung Buddha. Sang Buddha lahir dengan nama Siddhartha Gautama di Kota Kapilavastu, India, pada tahun 623 sebelum masehi (SM). Dia merupakan anak tunggal dari Raja Suddhodana, raja Kerajaan Kosala, dan Dewi Maha Maya.
“Pada usia 35 tahun, Siddhartha memperoleh pencerahan dan menjadi Buddha saat berlatih meditasi di bawah pohon Bodhi di Hutan Gaya, India. Setelah 40 tahun mengajar agama Buddha, Buddha Gautama wafat pada tahun 543 SM,” bebernya.
Ketiga kejadian ini semuanya terjadi pada saat sama, khususnya pada bulan purnama sidhi bulan Waisak dalam kalender umat Buddha. Umat Buddha memperingati Hari Waisak untuk memperingati kelahiran, pencerahan, dan kematian Siddhartha Gautama.
Selain menjadi tempat ibadah, Maha Vihara ini seiring dengan perkembangan waktu menjadi objek wisata populer dikenal dengan patung Buddha tidur sangat besar di Indonesia.
Tempat ini memiliki tradisi toleransi beragama sangat kental. Yayasan Lumbini saat ini mengelola destinasi wisata ini. Setiap pengunjung wajib memberikan donasi sebesar Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak untuk membantu biaya kebersihan.
Sumber: