Harga Merangkak Naik, Petani Kopi di Mojokerto Menuai Berkah
Seorang petani kopi di Jatirejo Mojokerto menunjukkan buah kopi yang siap dipanen-Foto : Fio Atmaja-
Pemasaran kopi Asmoro, produk kopi buatannya lebih banyak dilakukan secara online, dan ke kedaia maupun cafe - cafe sudah berlangganan.
"Kami memanfaatkan jaringan internet di desa, pemasaran mulai dari Surabaya hingga Tangerang. Dalam satu bulan, kami bisa menjual satu setengah kwintal bubuk kopi, dan sejauh ini, kenaikan harga tidak mengurangi penjualan," ungkapnya.
Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati memetik kopi Trawas bersama warga-Foto : Dinas Kominfo Kabupaten Mojokerto-
Meski demikian, ia mencatat beberapa kendala dihadapi petani kopi di Desa Rejosari, seperti pemasaran karena jauhnya akses ke pasar dan belum adanya bantuan pupuk subsidi.
"Kami berharap pemerintah bisa membantu memfasilitasi alat-alat produksi kopi dan memberikan pupuk subsidi, terutama di kawasan hutan masyarakat," harapnya.
Adi menambahkan, produk kopinya, Kopi Asmoro, memiliki variasi harga mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 120 ribu per kilogram, tergantung kemasan dan jenis kopi.
"Selain dari desa saya, saya juga mengambil kopi dari Desa Jembul Tawang Rejo, Ngembat, dan Sumberjati untuk menjaga stok," pungkasnya. (*)
Sumber: