Ulang Tahun ke-2 Pasar Keramat Mojokerto, Tekankan Peran Perempuan dan Nilai nilai Moralitas
Pertunjukan orkestra Jawa di Pasar Keramat, Pacet-Foto : Fio Atmaja-
BACA JUGA:Penetapan Kepala Daerah Terpilih di Pilkada Jatim 2024 Diperkirakan Awal Januari 2025
BACA JUGA:PWI Mojokerto Raya Dilantik, Prioritas Tingkatkan Profesionalisme dan Integritas Jurnalistik
“Ekologi menjadi fokus utama kami. Sumber mata air, tanah yang subur, dan aktivitas manusia yang selaras dengan alam harus terus dijaga untuk mendukung keberlanjutan ekosistem,” jelasnya.
Pasar Keramat juga menyediakan 128 menu tradisional bebas MSG, dengan 20% hasil penjualan dialokasikan untuk zakat. Sekitar 80% warga setempat terlibat langsung dalam kegiatan pasar, baik sebagai pedagang, pengelola, maupun tenaga pendukung lainnya.
Keberadaan Pasar Keramat sendiri berada di area kebun bambu seluas 1,2 hektare, dan hanya dibuka dua minggu sekali pada Minggu Wage, dan Kliwon.
Pasar Keramat dengan suguhan tempo doeloe yang menarik untuk dikunjungi-Foto : Fio Atmaja-
Lokasi berdirinya Pasar Keramat ini sebelumnya merupakan tempat pembuangan sampah dan dianggap angker karena berada di area hutan bambu yang cukup lebat.
Pasar ini menggunakan koin gobog sebagai alat transaksi, koin gobog sendiri berupa kepingan bambu yang dibentuk bulat dengan diameter lebih besar dan tebal jika dibanding dengan uang koin resmi. Adapun dalam koin gobog diberi stempel khusus sebagai ciri khasnya. Ini sebagai penanda nilai nominal uang tersebut.
Untuk melakukan transaksi, pengunjung harus menukarkan sejumlah uang terlebih dahulu sebelum melakukan transaksi jual beli. Penukaran tersebut hanya bisa dilakukan di lokasi Pasar Keramat.
BACA JUGA: Sarmuji : KAUJE dan Unej Kita Kibarkan Setinggi-tingginya
BACA JUGA:Pameran Seni Lukis di Mojokerto, Perkenalkan Berbagai Jenis Karya dan Aliran Lukis kepada Masyarakat
Selain dapat menikmati pasar budaya di tengah kebun bambu, pengunjung juga bisa menikmati beragam jenis makanan, jajanan dan minuman tradisional. Seperti gulali, arbanat, serabi, lupis, cenil, gatot, tiwul, dawet, bubur hingga horok-horok. Untuk makanan ada, lonte (lontong sate), soto, gudeg, pecel.
Untuk minuman, ada jamu, kopi dan lainnya. Makanan tersebut tidak disajikan dengan piring pada umumnya, semua jajanan dan makanan disajikan dengan menggunakan alas dari daun pisang, daun mangkokan atau alas piring yang terbuat dari anyaman bambu.
Sumber: