Kisah Insipratif Diyem, Penjual Jamu Gendong Keliling Asal Kota Mojokerto yang Mampu Naik Haji

Kisah Insipratif Diyem, Penjual Jamu Gendong Keliling Asal Kota Mojokerto yang Mampu Naik Haji

Diyem, penjual jamu gendongan keliling mampu naik haji bersama sang suami-Foto : Humas Kemenag Jatim-

Surabaya, diswaymojokerto.id - Sebuah kisah inspiratif datang dari jemaah haji bernama Diyem Wiryo Rejo asal Gedongan, Kota Mojokerto. Diyem yang berusia 65 tahun ini amat bersyukur atas keberhasilannya naik haji tahun ini dari jerih payahnya sebagai penjual jamu keliling.

“Alhamdulillah, setelah mendaftar haji pada tahun 2012, tahun 2025 ini saya dapat berangkat ke Tanah Suci. Senang dan bersyukur sekali rasanya,” tutur Diyem yang ditemui ketika proses penerimaan jemaah di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, Rabu 14 Mei 2025

Diketahui, sebelum dapat mendaftar haji pada tahun 2012, Diyem rutin menabung sedikit demi sedikit di rumah. Setelah terkumpul sejumlah satu juta rupiah, uang tabungannya itu disimpan di bank.

“Saya kumpulkan uang sedikit demi sedikit di rumah untuk ditabung. Kalau lagi ada rezeki, satu bulan sudah dapat terkumpul uang satu juta. Kalau belum ada, ya bisa berbulan-bulan baru bisa terkumpul satu juta. Kalau sudah satu juta, saya tabung ke bank,” cerita Diyem yang juga merupakan ibu tiga anak ini.

BACA JUGA:UMKM Penggerak Perekonomian Dasar di Kabupaten Mojokerto , Perlu Dapatkan Pelatihan Manajerial Usaha Mikro

BACA JUGA:Angkutan Umum Mojokerto - Batu Kembali Beroperasi

Setelah menabung kurang lebih sepuluh tahun, Diyem pun selanjutnya dapat mengumpulkan uang 25 juta dan dia pun mendaftar haji. “Saya mendaftar haji bersama suami. Kebetulan beliau pun ada tabungan untuk mendaftar haji dari hasil pekerjaanya sebagai penjual nasi goreng,” jelas Diyem.  

Sejatinya, dia sudah memiliki keinginan berhaji sejak lama namun belum menjadi keinginan kuat. “Ketika saya menabung itu, teman saya bilang kalau kamu ada tabungan, buat daftar haji saja. Dari situ saya timbul keinginan kuat untuk mendaftar haji,” ujar Diyem.


Diyem, perempuan 65 tahun asli Solo yang kini tinggal di Kota Mojokerto bersama suaminya naik haji -Foto : Humas Kemenag Jatim-

Ia mengatakan, dari hasil mendorong gerobak jamunya itu sehingga dapat memperoleh keuntungan sekitar Rp100 ribu hingga Rp200 ribu perhari. “Namanya juga jualan, kalau waktu sepi ya tidak segitu. Penting balik modal,” ucap Diyem yang merupakan perempuan kelahiran Kota Solo ini.

Dirinya bersyukur, dengan keuntungan yang diperolehnya itu sekarang dapat menabung untuk melunasi biaya haji.

“Saya sangat bersyukur dengan apa yang sudah saya raih. Ingat waktu saya awal-awal jualan jamu pada usia sebelas tahun, sekitar tahun 1970. Saya lebih susah saat itu karena jualan jamu gendong. Anak-anak seusia saya masih senang main, saya sudah jualan jamu gendong keliling. Kalau lama tidak ada yang beli, saya duduk dulu. Berat kan,” kenang Diyem.

Setelah 55 tahun menjual jamu, Diyem mendapat karunia tak ternilai yakni menjadi tamu Allah ke Tanah Suci.

BACA JUGA:Ekskavasi Candi Brahu di Mojokerto, Fokus Menampakkan Struktur Pagar Kuno Sisi Selatan

Sumber:

b