Arkeolog Univ Negeri Malang Dwi Cahyono: Uri - Uri Budaya Majapahit Sangat Penting di Tengah Modernisasi
Sejarawan dan Arkeolog Univ Negeri Malang-Foto : Fio Atmaja-
Mojokerto, Mojokerto.disway.id - Arkeolog Universitas Negeri Malang (UM), M. Dwi Cahyono mengungkapkan di tengah zaman modern, uri - uri budaya Majapahit sangat diperlukan, dan harus bisa bertransformasi mengikuti zaman agar relevan dengan kekinian. Menurutnya, budaya itu ditempatkan dalam konteks waktu, artinya terdapat sebutan Tri Kala (masa lampau, masa kini, masa mendatang).
"Budaya Majapahit harus bertransformasi agar relevan dengan era kekinian," kata Dwi Cahyono dalam diskusi jelang peringatan HUT ke-730 Majapahit di Padepokan Bima Sakti, Pacet, Kabupaten Mojokerto, Senin malam (23/10/2023).
Agar relevan dengan era kekinian, budaya Majapahit harus bertansformasi dan berkontekstualisasi. Sehingga budaya masa lampau yang kuno dapat memiliki nilai guna di masa sekarang.
baca juga : Jelang HUT - 730 Majapahit, Gelar Diskusi Majapahit dalam Seni dan Kreativitas
Dwi Cahyono menjelaskan, masa lampau ditinggalkan dalam bentuk peninggalan, cultural heritage itu warisan budaya atau natural heritage. Atau bisa campuran dari keduanya yang biasa kita sebut saujana.
Ia mencontohkan Claket, Kecamatan Pacet ini merupakan saujana. Saujana sendiri memiliki arti sejauh mata memandang. "Di Desa Claket terdapat warisan alam dari gunung - gunung purba. Selain itu didalamnya juga terdapat warisan budaya masih bertahan hingga saat ini," bebernya.
Menurutnya, Majapahit merupakan satu peristiwa sejarah, peristiwa sosial-sejarah ini bagian warisan masa lampau. "Ini menjadi cultural heritage mestinya ditangani dengan tiga ikhtiar yang berkolerasi," ungkapnya.
Pertama eksplorasi, eksplorasi budaya Majapahit belum selesai. Diantaranya unsur mikro dari majapahit. Perlunya eksplorasi mengenai khasanah budaya majapahit dalam berbagai bentuk, berbagai fungsi. Kedua konservasi, khasanah budaya Majapahit yang telah ditemukan, seyogjanya untuk dilakukan pelestarian. Ketiga pendayagunaan, dimana khasanah budaya majapahit didayagunakan agar punya nilai guna.
"Budaya Majapahit merupakan sumber budaya masa lalu sebagai sumberdaya yang didayagunakan agar bernilai guna. Ketiga hal ini yang saya sebut sebagai three in one agar secara simultan terus dilakukan," tambahnya.
Dwi Cahyono mencotohkan Wayang Beber dalam bentuk lembaran yang merupakan seni pertunjukan SMAN 1 Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Uniknya, pertunjukan wayang beber yang disajikan dalam bentuk lembaran itu sempat dipertunjukkan di Candi Kesimantengah, Pacet, Kabupaten Mojokerto kala pandemi covid-19. Contohnya Guru SMAN 1 Pacet, yang bernama Arif. Dia mengembangkan Wayang Beber yang dilakukan dengan live streaming. Sebenarnya inspirasi awal dari Wayang Beber ini relief candi.
"Jadi pahatan dimensional pada pahatan dinding candi, dengan wahana batu atau dinding candi lalu kemudian dialihwahanakan dari pahatan pada bata atau batu ke lembaran kain atau kertas. Inilah yang dinamakan bertransformasi," bebernya.
Kemudian adanya digitalisasi menggunakan wahana-wahana visual dengan perangkat gadget. Hal ini bisa dialihwahanakan lagi dari manual yang beralih ke digital.
"Ini menjadi bentuk transformasi disertai dengan alih wahana. Kemudian kontekstual dengan perkembangan di masing-masing massa. Hal tersebut berkenaan dalam satu aspek seni rupa," ulasnya.
Selain itu, ia sudah menjelaskan mengenai alat musik masa lalu yang terpahat di relief-relief candi. Hal ini bukan tidak mungkin kita transformasikan ke era kekinian.
"Contohnya kami membuat pesona Borobudur. Dimana dari relief candi kita hadirkan seni pertunjukan. Alat musik dalam relief candi itu ditampilkan dalam pertunjukan. Sound of Borobudur contohnya," ungkap dia. (*)
Sumber: