Ketika Film Animasi “Merah Putih: One For All” Jadi Bahan Perbincangan Netizen

ini salah satu foto penonton film Merah Putih: One For All yang diambil dari sebuah postingan di X dengan nama akun @rozeflur-Foto : Devi Magang-
Mojokerto, diswaymojokerto.id - Dunia animasi Indonesia kembali menjadi sorotan, setelah gebrakan Jumbo yang berhasil mencuri perhatian publik, kini giliran "Merah Putih: One For All" yang memanaskan lini masa.
Film animasi yang resmi tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025 ini langsung memancing diskusi luas di berbagai platform media sosial, mulai dari X (Twitter), Instagram, TikTok, hingga Quora.
Film ini tidak sekadar menawarkan cerita bertema persatuan, tetapi juga menghadirkan pendekatan visual dan audio yang berbeda dari standar film animasi lokal. Hasilnya? mayoritas publik memberikan kritikan pedas dan sindiran-sindiran yang mengenai hasil filmnya.
Merah Putih: One For All diproduksi oleh Perfiki Kreasindo, disutradarai oleh Endiarto dan Bintang Takari, digarap selama kurang lebih kurang dari satu bulan sebelum rilis dengan melibatkan tim kreatif lokal.
Cerita film berpusat pada kisah sekelompok karakter dari latar budaya berbeda yang bersatu untuk menghadapi ancaman bersama, mengangkat pesan solidaritas dan kerja sama sebagai nilai utama.
Tidak butuh waktu lama setelah penayangan, berbagai komentar pun membanjiri di berbagai macam platform media sosial.
Opening dari film Merah Putih: One For All-Foto : Devi Magang-
Di Instagram, akun @omarojii menulis panjang lebar bahwa One For All memberikan pengalaman yang luar biasa dengan menggunakan kalimat sarkasme dia mengatakan, “Merah Putih: One for all berhasil memberikan pengalaman yang luar biasa transformatif. Tidak hanya mata gue yang dibuat bekerja keras menyesuaikan diri dengan visualnya yang eksperimental, tapi telinga gue juga ikut berpetualang lewat kualitas audio yang dinamis. Bayangkan volume naik-turun tanpa peringatan, seperti roller coaster emosional yang dirancang oleh editor audio yang sedang mencoba fitur audio level untuk pertama kalinya,” tulisnya panjang lebar.
Sementara di X, akun @rozeflur juga mengeluhkan kualitas audio yang “membuat sakit telinga” dan alur cerita “seperti mimpi pas demam” yang ditulisnya secara singkat sebagai review.
BACA JUGA:Disway Mojokerto dan Tim Mewlafor Sosialisasi Pembuatan Sumur Resapan di Desa Kemiri, Pacet
BACA JUGA:Warung Pecel Madiun Bu Eka, di Jalur Mojokerto-Pacet Menantang Jaman
“Ga usah nonton, audio bikin sakit kuping, alur cerita kayak mimpi pas demam. Sepanjang 70 menit satu studio ketawa. Total penonton day 1 jadwal pertama di bdg (bandung) cuma 14 orang,” kritiknya.
Kemudian di Quora, beberapa akun memberikan komentar yang menggunakan sindiran unik, seperti akun bernama Sigma yang menyamakan pengalaman menonton trailer One For All dengan “mimpi demam tinggi”.
Bahkan, seorang pengguna bernama mathius yeremia, menggambarkan alur cerita film seperti main game yang selesai misi pertama, lanjut misi kedua, tanpa penjelasan yang menyatukan.
Sumber: