Ucapan HUT ke 80 kemerdekaan RI - Tjiwi Kmia

‘Panggil Aku Ayah’, Film Penuh Tawa dan Tangis, Sajikan Kisah Keluarga yang Menyentuh

‘Panggil Aku Ayah’, Film Penuh Tawa dan Tangis, Sajikan Kisah Keluarga yang Menyentuh

Poster film 'Panggil Aku Ayah', film sinema yang mengaduk perasaan-istimewa-

 

Mojokerto, Diswaymojokerto.id - Dunia perfilman Indonesia kembali menyuguhkan tontonan hangat yang sarat makna melalui film drama keluarga berjudul “Panggil Aku Ayah”, garapan sutradara Benni Setiawan yang tayang mulai 7 Agustus 2025 di seluruh bioskop Indonesia. Film produksi Visinema Studios ini merupakan hasil adaptasi dari film Korea Selatan berjudul Pawn (2020).

Film ini tak hanya berhasil mengaduk emosi penonton melalui akting apik yang mengundang tangis serta komedi ringan yang menghibur, Film ini juga membawa kisah yang dekat dengan keseharian, membuatnya terasa relate bagi para penonton.

"Panggil Aku Ayah" menceritakan tentang kisah Dedi (Ringgo Agus Rahman) dan Tatang (Boris Bokir), dua sepupu yang bekerja menjadi penagih utang. Suatu hari, saat mereka mencoba menagih utang pada Rossa (Sita Nursanti), ibu tunggal yang hanya tinggal bersama anak satu-satunya, Intan (Myesha Lin), Rossa tidak memiliki uang untuk membayar cicilan.


'Panggil Aku Ayah', sebuah film yang mengaduk perasaan. pesan-pesan yang tertulis untuk 'Ayah'-istimewa-

Dalam menghadapi situasi tersebut, Tatang memberikan sebuah ide pada Dedi agar membawa Intan sebag ai jaminan. Dikarenakan Intan terus-terusan meminta kembali, Dedi berniat untuk mengembalikan anak tersebut pada ibunya.

BACA JUGA:Momentum Presiden Prabowo

Namun, Rossa justru memilih menitipkan Intan pada Dedi dan Tatang, sementara ia pergi ke Jakarta untuk bekerja. Di tengah kebingungan, Dedi dan Tatang berusaha merawat Intan sebaik mungkin sembari menunggu Rossa kembali.

Dalam perjalanan tersebut, berbagai peristiwa terjadi yang lambat laun membuat hubungan antara Dedi, Tatang, dan Intan kian dekat bak keluarga. Seperti film-film hasil adaptasi pada umumnya, "Panggil Aku Ayah" berpegang pada kisah mengharukan dari karya originalnya, Pawn.

Akan tetapi, film ini tetap membawa warna tersendiri melalui balutan nuansa lokal yang sukses membuat penonton merasa akrab. Memotret kehidupan masyarakat di era 90-an, dengan latar perkampungan yang sederhana menghadirkan perasaan hangat bagi penonton.

Detil properti yang khas seperti, televisi tabung, telepon kabel, sampai buku telepon yang legendaris berhasil menarik senyum penonton, sekaligus membangkitkan nostalgia pada masa-masa tersebut. Ditambah dengan penggunaan dialog bahasa Sunda, film ini terasa semakin ‘beda’ dari film aslinya.

BACA JUGA:Meriah !!! Ada Tahu Goreng Gratis di Bazar Malam Panjer, UMKM pun Padati Jalan

Hal lain yang perlu disoroti pada film ini adalah alur cerita yang mampu mengaduk emosi penonton. Pada dasarnya, film "Panggil Aku Ayah" memiliki kisah yang cukup sedih. Maka tidak mengherankan jika penonton menitikkan air mata selama menyaksikan film berdurasi 120 menit ini.

Selain membuat haru, film ini juga menyuguhkan komedi ringan lewat celetukan dalam dialog yang membuat para penonton tertawa. Tak hanya itu, kedekatan serta kasih sayang yang tumbuh di antara Dedi, Tatang, dan Intan membuat film ini tidak hanya menghadirkan tawa dan tangis, tetapi juga menyentuh lewat nilai kekeluargaan.

Film ini membawa pesan bahwa, keluarga tidak selalu tercipta karena ikatan darah, tetapi juga bisa didapat dari kedekatan, rasa sayang, serta ketulusan yang membuat seseorang merasa lengkap. Lebih lagi, sosok Dedi yang tampil dengan penuh usaha dan perjuangan demi membahagiakan Intan, memberi gambaran tentang figur ayah yang dapat diandalkan oleh anaknya. Menjadikannya tidak sekadar bumbu bagi emosi penonton, melainkan juga sebagai pengingat akan pengorbanan ayah.

Berdasarkan pada kelebihan-kelebihan yang ada, tak heran jika sejak pertama kali tayang di layar kaca, film ini mendapat banyak reaksi positif dari penonton. Di CGV Sunrise Mall, Mojokerto, pihak bioskop bahkan menyiapkan sebuah papan “Pesan Untuk Ayah” sebagai ruang ekspresi penonton. Papan tersebut langsung diserbu dengan tumpukan sticky notes berisi ungkapan haru untuk ayah. Mulai dari ucapan terima kasih, ungkapan sayang, doa agar sehat dan panjang umur, sampai curahan rindu yang mengharukan.

BACA JUGA:Makadamia, Kafe Kekinian dengan Nuansa Modern di Mojokerto

Hal serupa juga tempak di media sosial X yang para penggunanya beramai-ramai membagikan pengalaman setelah menonton film "Panggil Aku Ayah".

“The real film ‘Panggil Aku Ayah’ nunjukin banget sosok seorang bokap itu memang selalu ada buat anak-anaknya. Walaupun nggak sedarah juga tapi feel kedekatannya tuh nyata banget,” ungkap pemilik akun @apriliondiazt itu.

Sementara akun bernama @DarkOushiza menulis, “Comfort film yang melakukan tugasnya dengan baik buat mancing emosi, karena dipenuhi momen potong bawang. Cerita dan alur ngikut film aslinya, tapi tetap terasa unik dan beda karena lokalisasinya. Salah satu performa akting terbaik Ringgo.”

Dengan kisah yang hangat nan penuh makna, film ini cocok untuk ditonton bersama keluarga tercinta. Tak hanya menghibur, tetapi juga mengingatkan kita tentang betapa berharganya kebersamaan.

Sumber:

b