Petani Mojokerto Keluhkan Beratnya Pinjaman dan Serapan Gula Lokal Tertekan Gula Impor

Salah satu petani tebu, Mubin (kiri).-Foto : Fio Atmaja-
Mojokerto, Diswaymojokerto.id -Para petani tebu di Mojokerto mengeluhkan beban pinjaman perbankan dan anjloknya daya serap gula lokal akibat maraknya gula rafinasi impor. Kondisi ini dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran produksi sekaligus mengancam musim tanam tahun 2026.
Mubin, salah satu petani tebu asal Mojokerto mengatakan, beban terbesar yang dihadapi saat ini adalah kewajiban melunasi pinjaman dari perbankan, koperasi, maupun pabrik gula.
“Waktu pembayaran sudah ditentukan. Kalau harga gula tidak segera bergerak, saya terpaksa harus mencari cara bagaimana bisa membayar tepat waktu. Tidak ada opsi perpanjangan,” ujarnya, Sabtu, 20 September 2025.
Selain cicilan, petani juga harus menanggung biaya operasional sehari-hari, seperti ongkos tebang-angkut, gaji pekerja tetap, hingga transportasi truk. Padahal, dari sisi produksi, rendemen tebu Mojokerto masih cukup kompetitif, yakni 7,3–7,8 persen dengan mutu bersih segar (MBS).
Ribuan ton stok gula menumpuk di gudang PG Gempolkrep, Gedeg, Mojokerto. -Foto : Fio Atmaja-
Pemerintah telah menetapkan harga gula Rp 14.500 per kilogram, sementara di pasaran bisa mencapai Rp 17.500–Rp18.500. Namun, daya serap gula lokal dinilai jauh menurun dibanding tahun sebelumnya.
“Alasannya karena banyak gula rafinasi beredar di pasar umum. Padahal mestinya hanya untuk industri makanan dan minuman. Akibatnya, gula petani terganggu penyerapannya,” jelasnya.
Situasi ini membuat persiapan musim tanam berikutnya terhambat. Dana yang semestinya dialokasikan untuk sewa lahan, garap, hingga pupuk, kini terpaksa digunakan menutup ongkos operasional.
BACA JUGA:''Cafe Mampir Ngombe ''Usung Konsep Jawa Tempo Dulu yang Membuat Pengunjung Betah Berlama-lama
Para petani lantas menyampaikan tiga harapan utama kepada pemerintah yakni penyediaan varietas bibit unggul melalui program P3DE, penyesuaian pupuk sesuai kondisi lahan di tiap desa dan kecamatan, serta fasilitasi kredit yang lebih ringan.
“Kami sudah menyampaikan hal ini ke Menteri maupun Menko. Harapannya sebelum musim giling berakhir, seluruh gula petani bisa terserap. Dengan dukungan regulasi yang tepat, kami optimistis produksi akan meningkat,” pungkasnya.
Sumber: