Mojokerto, Mojokerto.disway.id – Rumahnya hampir tidak pernah sepi dari siswa-siswinya yang belajar musik dan seni suara. Dari belajar memainkan alat musik biola, piano hingga belajar vokal. Itulah rumah Anggie Primary, seorang guru seni budaya, SMU 3 Kota Mojokerto. Terhitung hingga tahun 2023 ini, ayah dua orang anak genap menekuni profesinya sebagai guru selama 14 tahun.
Selama kurun waktu itu, banyak sekali penghargaan di bidang seni musik yang telah diperolehnya. Antara lain ; juara kompetisi musik cover asian games 2018, Juara video music challenge yamaha 2019, Juara dilan 1991 cover competition tahun 2019, Juara 1 holywings music cover 2020.
Anggie, demikian guru ini sering disapa, merupakan sosok yang sangat dekat dengan murid-muridnya. Tak ada ‘gap’ antara dirinya sebagai pengajar, dan siswa sebagai objek pengajaran. Sosoknya seringkali difavoritkan oleh para siswa-siswinya. Ia bercerita setiap tahun ketika ada peringatan hari guru nasional, selalu ada momen menarik dari murid-muridnya untuk dirinya.
‘’Ternyata ada beberapa murid yang selalu mengamati kegiatan sehari hari saya secara detail, misalnya menyapa mereka, menyiram tanaman, mendisiplinkan anak-anak ketika upacara dan hal-hal yang saya lakukan setiap hari. Nah, mereka menuliskan dalam bentuk surat secara detail sehingga saya merasa tersentuh, ternyata apa yang kita lakukan setiap hari bisa menjadi contoh untuk orang-orang sekita kita,’’papar Anggie.
Saat ditanya adakah peristiwa yang tidak bisa dilupakan selama menjadi guru seni budaya, Anggie menjawab jika hal itu ditulis pasti akan panjang narasinya. ‘’ Tetapi ada satu momen di tahun 2019 yang akan selalu saya ingat. Pada saat itu saya berhasil mengantarkan murid saya menjuarai kompetisi cover musik nasional ost. Film Dilan 1991, dan kami berkesempatan untuk perform di label warner musik Indonesia di Jakarta. Rasanya bangga sekali,’’ungkap Anggie berbinar.
Tampaknya menjadi guru telah merasuk di jiwa raga seorang Anggie. Ia mengatakan banyak kisah menarik selama dirinya mengajar siswa siswinya. ‘’Akhirnya yang saya sadari : murid adalah guru yang sebenarnya. Saya belajar banyak hal dari murid , karena setiap murid memiliki keunikan, jadi dalam setiap proses pembelajaran yang harus saya bangun adalah chemistry dengan murid, ketika itu sudah terbentuk maka kami akan mudah berkolaborasi,’’ungkapnya. (*)