Mojokerto, Mojokerto.disway.id - Muhammad Rasyid Sadzily (57), warga Dusun Kedung Bendo, Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, sukses menekuni bisnis kerajinan kulit sapi.
Bapak tiga anak ini merintis usaha Sadzily Style sejak tahun 2002. Awalnya, saat berangkat kerja sering masuk angin, ia mendapat saran dari temannya untuk memakai jaket kulit.
“Waktu itu saya akhirnya pakai jaket kulit buatan kakak saya sendiri. Terinspirasi dari itu banyak teman yang pesan hingga berjalan sampai sekarang ini,” katanya kepada Disway Mojokerto, Selasa (9/7/2024).
Permintaan dari teman-teman begitu banyak, sehingga pada tahun 2003 ia menjual sepedanya untuk menambah modal dan membeli bahan baku karena banyak pesanan jaket kulit.
“Teman-teman pabrik yang pesan. Sebenarnya saya sendiri tidak bisa jahit, jadi saya yang desain kemudian ada bagian jahit. Saat itu banyak pesanan,” ujarnya.
Pengrajin berbagai kerajinan kulit dengan harga yang lumayan terjangkau dari Mojokerto-Foto : Fio Atmaja-
Seiring berjalannya waktu, usahanya terus berkembang. Jaket kulit ia buat dari bahan jaket second dari Korea di Surabaya banyak diminati para pecinta jaket kulit.
“Jaket kulit awalnya dari jaket second Korea saya permak ambil kulitnya karena harganya minim. Namun, sekitar 5 tahun lalu produk tersebut sudah tidak masuk ke Indonesia, jadi sekarang membuat dari bahan baku baru dari lembaran. Ada baiknya produk Indonesia sendiri,” ucapnya.
Eks karyawan pabrik kertas selama 32 tahun ini kemudian mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan. Pada tahun 2022, ia berinovasi membuat tas dari kulit, dompet, sepatu, sandal, dan accessories berbahan dasar kulit sapi.
Selain jaket juga membuat tas dari kulit-Foto : Fio Atmaja-
“Pensiun dari pabrik pada tahun 2022, saya fokus pada usaha ini. Sedangkan bahan baku jaket saat ini dari perusahaan lain dari lembaran. Untuk bahan baku tas dan lainnya dari kulit eco, karena untuk tas ketebalan di atas 1,5 milimeter, sedangkan jaket kulit rata-rata dari kulit domba yang tebalnya 0,7 milimeter,” terangnya.
Proses pembuatan jaket kulit bisa memakan waktu satu hari bahkan lebih untuk satu produk. Produksi tas dalam sehari bisa mencapai enam biji jika modelnya sederhana. Pemasaran selama ini masih lokal dan hanya offline.
“Kebanyakan orang beli secara offline karena ini jaket kulit, jadi kalau online banyak ragu karena berbahan kulit. Jadi, antar teman ke teman. Saya juga pernah membuka di sosial media dan Shopee, tapi kendalanya sama dengan produk luar yang murah-murah. Untuk tas juga sama, kebentur barang luar negeri yang murah,” bebernya.
Sepatu berbahan kulit asli-Foto : Fio Atmaja-
Selama ini ia bekerja sendiri, dulunya ada dua orang sekitar 15 tahun lalu, tapi sekarang hanya satu orang karena sepi. Pemasaran rata-rata dari Jawa Timur, luar pulau seperti Bali, Sulawesi, dan Sumatera. Untuk omzet dalam satu bulan tidak menentu karena masa transisi hanya mencapai Rp 2.000.000, sementara dulu bisa mencapai Rp 6 - 10 juta per bulan.