Mojokerto, Diswaymojokerto.id - Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto mencatat sebanyak 4.508 anak tercatat putus sekolah pada tahun 2025.
Meski mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, angka ini masih tergolong tinggi. Pada 2024, jumlah anak putus sekolah di wilayah Bumi Majapahit ini mencapai 4.936 anak.
"Data itu diambil dari dashboard Kemdikdasmen," kata Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, Liswati, Jumat, 25 Juli 2025.
Sementara, menurut United Nations International Children's Emergency Fund (Unicef) ada dua faktor utama alasan anak putus atau tidak sekolah.
Pertama, karena faktor budaya. Artinya budaya dalam hal ini bisa disebabkan pernikahan dini, faktor keluarga dan lingkungan yang kurang baik.
"Kalo penyebab yang spesifik anak tidak sekolah di Kabupaten Mojokerto menurut Unicef secara umum karena faktor budaya dan ekonomi," ujarnya.
Pihaknya telah melakukan berbagai langkah demi menekan angka anak putus sekolah di Bumi Majapahit.
BACA JUGA:Rumah Lansia di Trowulan Mojokerto Ludes Dilalap Si Jago Merah
"Kami terus melakukan koordinasi antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk melakukan sosialisasi pendidikan di masyarakat," ucapnya.
Dinas Pendidikan juga mengoptimalkan keberadaan pendidikan nonformal seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Lembaga ini dijadikan sarana untuk menjangkau anak-anak putus sekolah berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Selain itu, pihaknya juga mengadakan program peningkatan keterampilan hidup (life skill) bagi siswa pendidikan kesetaraan, terutama murid paket C, sebagai bekal menghadapi dunia kerja.
“Ini merupakan bagian dari pendekatan agar mereka tetap mendapatkan pendidikan dan memiliki peluang di masa depan,” pungkasnya.