Kreatif, Anggota Banser Mojokerto Buat Gelas dan Teko dari Bambu
Kerajinan Gelas terbuat dari bambu. foto/fio atmaja--
Mojokerto, mojokerto.disway.id - Kasiyanto (39), anggota Banser asal Kramat Jetak, Pacet, membuat gelas hingga teko berbahan bambu untuk kebutuhan sehari-hari. Bermodal kreativitas otodidak dan kearifan lokal, pria yang akrab disapa Cak Gusi Anyol itu mampu memanfaatkan bambu menjadi kerajinan bernilai seni tinggi.
Cak Gusi belakangan memposting peralatan minum berbahan bambu bumbung tersebut di status WhatsApp. Di atas meja ukir kayu jati, gelas berbagai ukuran itu terlihat rapi. “Iya, buatan sendiri. Kalau pas tidak ada kesibukan, bikin ini,” katanya.
Selain gelas lengkap dengan lepek dan tutupnya, ia juga membuat cangkir, teko, hingga tempat sendok berbahan bambu. Semua itu dikerjakan secara mandiri dengan perkakas manual, seperti golok, gergaji, dan tatah. “Yang paling modern hanya gerinda,” tambahnya.
Kerajinan gelas. foto/fio Atmaja--
Baru tiga bulan terakhir ayah dua anak itu memproduksi gelas bambu. Idenya ini bermula dari keberadaan wisata budaya dan kuliner tradisional bernama Pasar Keramat di kampung yang populer dengan sebutan Kramat Jetak itu.
Pemilik rumah di sudut persimpangan jalan sebelum lokasi wisata mengemas nuansa serba bambu tersebut ingin berinovasi dengan membuat peralatan minum dari bambu.
“Semuanya sudah pakai bambu, kecuali gelas yang masih plastik. Dari situ saya mulai bikin ini,” tutur Ketua RT 04/RW 07 Desa Warugunung itu.
Beruntung ia punya lahan luas dipenuhi dengan rerimbun bambu apus. Satu-satunya jenis bambu menurutnya paling cocok jadi kerajinan karena berkarakter lentur dan tidak mudah patah.
Bambu yang sudah berumur tua, dipotong dan dibiarkan selama dua pekan agar mengering. Kecuali kuping ditempel dengan lem, setiap produk gelas dan sejenisnya dibuat dari satu ruas bambu utuh tanpa bahan sambungan.
Kerajinan Gelas terbuat dari bambu. foto/fio atmaja--
Setelah pengamplasan, gelas sudah jadi akan melalui proses perebusan. Gelas direbus dengan air garam selama kurang lebih enam jam. Proses tersebut dilakukan agar bumbung tidak retak ketika terkena bahan panas semisal untuk menyeduh kopi.
BACA JUGA:Kerajinan Tampah Bambu di Centong Mojokerto Tetap Bertahan Melawan Bahan Plastik
Cara ini sama dengan kebiasaan merendam kayu atau bambu bahan rumah dalam air selama waktu tertentu supaya awet dan tahan jamur dilakukan orang zaman dulu. “Ini kearifan lokal,” ujarnya.
Tahapan finishing kerajinan ini yakni memoles gelas dengan lapisan food grade, bahan semacam plitur tapi ramah makanan. Selain menggunakan bahan kimia, pria yang aktif sebagai anggota Banser Tanggap Bencana (Bagana) Mojokerto itu juga melakukan proses pemanggangan gelas sebagai bentuk pewarnaan alami.
“Dua hal ini saya sesuaikan dengan keinginan pemesan,” kata relawan biasa berjaga di jalur ekstrem Pacet-Cangar tersebut.
Dalam sehari, ia mengaku bisa menghasilkan sedikitnya delapan gelas bambu. Sementara ini, ada tiga ukuran gelas yang diproduksi dengan harga mulai Rp 10-30 ribu. Dia juga menjual produk satu paket Rp 130-150 ribu yang terdiri dari teko dan empat gelas.
“Sementara ini membuat gelas bambu masih jadi sampingan. Ke depan kalau prospeknya bagus mungkin akan saya prioritaskan,” tandasnya.
Sumber: